Chapter 20 : Runaway

1.3K 55 10
                                    

Sean membanting stirnya dan memarkir mobil nya di hutan pinggir sungai dekat dari hotel Clifbreakers. Ia menekan perut bagian atasnya yang masih nyeri, ia benar-benar membutuhkan tim medis sekarang, namun pikirannya terpusat pada hotel itu.

Berkali-kali ia hampir terpeleset karena berjalan di atas tanah yang basah, pohon-pohon di dekatnya menjadi tempat bertumpunya. Sesekali ia bersandar selama beberapa detik agar bisa mengumpulkan tenaga untuk melangkah beberapa meter lagi. Pakaian lusuhnya akan menarik perhatian penjaga-penjaga di depan gedung itu. Ia mengendap-endap melangkah ke bagian belakang gedung.

Sean menemukan sebuah tempat yang sepertinya aman baginya untuk beristirahat. Terdapat sebuah gudang reyot yang tersembunyi di balik pepohonan. Jaraknya tidak terlalu jauh dari hotel. Ia kembali mengumpulkan tenaga untuk mencapai gudang itu.

Terdapat tumpukan jerami dan beberapa peralatan di rak-rak kayu kusam. Ia merebahkan dirinya di atas tumpukan jerami. Udara malam menggigit kulitnya, Ia mempererat jaket yang ia pakai dan menutupi kepalanya dengan penutup kepala yang tersambung dengan jaketnya. Hanya dalam beberapa menit, Sean yang kelelahan terlelap.

Sayup-sayup terdengar suara lembut dentingan piano yang membangunkan Sean dari tidur nyenyaknya di atas jerami. Piano itu memainkan lagu tema pernikahan. Kemudian disambung dengan instrument lainnya yang melengkapi lagu tersebut. Sean mengusap matanya untuk menghilangkan kantuk. Ia membuka lebar pintu gudang dan melihat banyak sekali mobil dan orang-orang berpakaian rapih memasuki hotel. Sean keluar dari tempat persembunyiannya dan bersandar ke tembok samping hotel. Ia mengintip ke bagian depan hotel. Mereka semua memegang sebuah kartu yang sepertinya adalah undangan. Ia berpikir untuk sesaat.

Apa mungkin ini semua akan melibatkan Keyline? ia membatin.

Sean melihat sebuah pintu aluminium yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. Dengan pelan tapi pasti ia melangkah menuju pintu itu. Tangannya yang agak gemetar itu berusaha membuka gagang pintu aluminium. Baru saja Ia membuka pintu, tiba-tiba seseorang menabraknya hingga jatuh.

"Kayla?"

"Ya Tuhan! Untung saja kau datang!"

Kayla membantu Sean berdiri, "Dimana Keyline?" tanya Sean.

Kayla menghirup napas panjang untuk mulai menjelaskan semuanya, "Keyline masih ada di bangunan itu, mereka membebaskanku entah kenapa. Dan aku tidak bisa membebaskan Keyline. Ia pun tidak ingin kabur, Ia sudah kehilangan harapan"

"Dan.. ia pikir kau sudah tiada" lanjutnya.

Sean terdiam mendengar penjelasan dari sahabat Keyline.

"Tolonglah Keyline, Sean. Kau harapan satu-satunya untuknya. Kaulah sumber dari kebahagiaannya. Jagalah Keyline, jangan pernah biarkan para bajingan itu menangkapnya lagi. Pergilah sejauh mungkin!" pesan Kayla.

"Terimakasih, Kayla"

Kayla menepuk pelan pundak Sean, "Good luck, and take care. Tolong kabari aku jika kalian selamat"

Sean mengangguk, "Aku berjanji"

Ia melangkah masuk ke dalam bangunan hotel. Yang pertama ia lihat ketika memasuki pintu itu ada koridor yang panjang dengan beberapa pintu di dindingnya. Ia melihat sebuah pintu besi di ujung koridor, pintu besi itu terbuka. Sean berlari ke arah ruangan besi itu. Namun yang ia temukan hanya ruangan besi gelap tanpa ada siapapun di dalamnya.

"Keyline!" desis Sean.

"Dimana kau?"

Ia membuka satu per satu pintu di dinding koridor. Tak lama kemudian, ia mendengar suara tangisan dari salah satu pintu. Sean melangkah perlahan menuju pintu yang ia rasa terdapat sumber dari suara tangisan yang ia dengar.

Runaway [SELESAI]Where stories live. Discover now