1 | Awal Kemarau

131 49 7
                                    

-  h a p p y  r e a d i n g ✨

-  h a p p y  r e a d i n g ✨

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kala namanya. Perempuan berusia delapan belas tahun dengan sejuta mimpi yang ingin ia raih. Terlahir dari keluarga sederhana yang membuat dirinya begitu sulit untuk mewujudkan semua mimpinya.

"Kala, kamu bisa bantu ibu sebentar?" teriak sang ibu dari depan rumah.

"Sebentar," sahut Kala dari dalam. Perempuan itu bergegas membereskan buku serta alat tulis yang berserakan di atas meja. Lalu, dengan langkah cepat ia menghampiri ibu di luar sana.

Ibu terlihat memakai topi purun di kepalanya, serta bakul yang sudah ia gendong dipundak. "Tolong kamu angkat itu Kal," pintanya seraya menunjuk ke arah bakul kosong itu.

"Iya Bu, ini langsung dibawa ke kebun aja?"

Ibu mengangguk. "Kamu ada kerjaan lain ga?"

Kala menggeleng, "gada Bu."

"Syukurlah, hari ini kamu bisa bantu ibu di kebun? Soalnya banyak yang harus dipanen."

Kala mengangguk kecil tanpa membantah sedikit pun. Setelah lulus SMA satu bulan yang lalu, hari-hari Kala hanya diisi dengan membantu ibu di kebun dan belajar.

Kalau ditanya untuk apa belajar, jawaban Kala hanya untuk mengisi waktu luang. Kala juga berharap bisa masuk perguruan tinggi walaupun hal itu sangat mustahil untuk digapai.

Perempuan dengan rambut yang ia ikat menjadi satu itu berjalan mengikuti sang ibu dari belakang. Perjalan dari rumahnya menuju kebun tidak terlalu jauh.

"Taruh di situ aja Kal," sang ibu kembali memberikan perintah. "Habis itu kamu petik bayam di sebelah sana ya."

Siang hari ini terasa sangat terik, pasalnya sekarang memasuki musim kemarau. Sesekali perempuan itu menyeka keringatnya yang bercucuran sambil memetik bayam yang sudah siap panen.

Setelah memetik bayam satu bakul penuh, ia duduk pada pondok kecil di bawah pohon untuk beristirahat sebentar. Biasanya ia memetik bayam hingga dua bakul setiap harinya. Namun karena dampak kemarau, ia hanya memetik satu bakul.

Kala menatap langit yang tampak sangat biru tanpa awan sedikit pun, matahari memancarkan cahayanya sangat terang. Lalu, pikirannya terlempar jauh, berandai-andai tentang masa depan yang ia inginkan sambil memejamkan matanya.

"Kala."

Panggilan yang terdengar di telinga perempuan itu membuatnya harus membuka kembali matanya yang terpejam. Menoleh ke sekitar untuk mengetahui siapa yang memanggilnya.

"Loh, Adam," ucap gadis itu seraya membangunkan tubuhnya.

Cowok itu, Adam, tersenyum simpul. "Udah beres metik bayam?"

Hujan Di Penghujung Kemarau ✓ Where stories live. Discover now