13 | Senja Akan Selalu Menanti

41 32 3
                                    

- h a p p y r e a d i n g ✨

Kala menelan ludah dengan susah payah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kala menelan ludah dengan susah payah. Perempuan itu masih setia menunduk dan mengunci mulutnya dengan rapat.

Kala takut, takut orang tuanya marah. Ini kali pertama Kala berbohong kepada orang tuanya.

Ayah meletakkan sendoknya dan menatap Kala dengan serius. "Apa itu, Kal? Jujur."

Nyalinya ciut, tapi ia harus bicara. Kala takut, jika ia terus diam, Ayah semakin marah kepadanya.

Kala menelan ludah, merasa beban yang semakin berat. "Kala punya ponsel," ujarnya dengan suara lirih.

"Kal?" Ayah menatapnya dengan ekspresi heran.

"Kala tahu, Kala salah sudah menyembunyikannya dari kalian. Waktu itu keadaan kita runyam, Kala ga nemuin waktu yang pas buat ngasih tahu," terangnya.

"Kamu punya uang dari mana, Kal?" tanya Ayahnya.

"Kala ngumpulin uangnya sendiri, Yah. Dari SMA, uang saku Kala, dan juga uang yang sering Ayah dan Ibu kasih dari membantu di kebun."

Ayah dan Ibu saling pandang, kemudian Ibu bertanya, "Kenapa kamu menyembunyikannya, Nak?"

Kala merasa menyesal. "Kala takut membuat Ayah dan Ibu marah."

Ayah menaruh tangannya di bahu Kala dengan lembut, "Kita tidak marah, Kal. Hanya ingin tahu lebih banyak. Jujur dan terbuka adalah kunci kepercayaan di antara kita."

"Kala membeli ponsel itu bukan tanpa tujuan. Kala membeli buat mencari informasi lebih soal perguruan tinggi dan kehidupan di kota, Kala juga mencari pekerjaan di sana," kata Kala yang masih mencoba meluruskan permasalahan ini.

Ibu mengangguk mengerti, "Anakku, kami mengerti niat baikmu. Tapi ingat, selalu sampaikan hal-hal seperti ini kepada kami. Kita bisa saling mendukung dan mencari solusi bersama."

Kala mengangguk, lalu melanjutkan. "Kala ingin, jika nanti Kala benar-benar pergi ke kota, Kala mudah menghubungi kalian."

Ayah tersenyum lembut, "Kamu punya impian besar, Kal. Ayah dan Ibu akan selalu mendukung. Sebagai keluarga, kita akan mencari cara bersama-sama."

Dalam momen kejujuran ini, Kala merasa beban yang ada di hatinya berkurang. Ia merasa semakin dekat dengan keluarganya, dan harapannya untuk masa depan yang lebih baik pun mendapat dukungan penuh.

🍂🍂🍂

Kala dan Adam kembali bertemu pada sore hari, tepat setelah keduanya menyelesaikan pekerjaan masing-masing.

Kali ini mereka tak hanya berjumpa, melainkan bersepeda mengelilingi desa. Kegiatan ini dulunya sering mereka lakukan, mengingat mereka pergi ke sekolah menggunakan sepeda.

Namun, akhir-akhir ini mereka jarang bersepeda bersama. Karena sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

Kehidupan setelah sekolah ternyata sangat sulit. Banyak perubahan yang terjadi di dalam hidup. Siap atau pun tidak, semuanya tetap akan berjalan.

Hujan Di Penghujung Kemarau ✓ Where stories live. Discover now