10 | Sebuah Ketakutan

46 33 3
                                    

-  h a p p y  r e a d i n g ✨

"Kala, ketika kamu memilih suatu hal, kamu juga harus siap dengan konsekuensinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kala, ketika kamu memilih suatu hal, kamu juga harus siap dengan konsekuensinya."

• • •

Beberapa hari yang lalu, Kala duduk menunggu Adam di tepi Danau. Kini, giliran Adam yang menanti Kala di pinggir danau itu.

Mereka kembali berjanji untuk bertemu, di Danau ini, pada saat sore hari, sama seperti hari sebelumnya.

Cukup lama lelaki itu menunggu sampai ia bosan duduk sendiri di sana. Adam menurunkan kakinya, membiarkan jemarinya menyentuh air.

Waktu terus berlalu, dan Kala belum kunjung datang. Adam menunggu dengan sabar, tetapi rasa cemas mulai menyusup ke dalam pikirannya. Tidak, Adam tidak khawatir Kala todak datang. Hanya saja, Adam takut sesuatu yang burut terjadi pada perempuan itu ketika di perjalanan menuju ke sini.

Matahari perlahan-lahan merunduk ke balik bukit, meninggalkan jejak warna oranye dan merah di langit senja. Adam duduk di tepi Danau dengan pandangan yang mengarah ke cakrawala yang berubah-ubah.

Setelah beberapa saat, Adam memutuskan untuk berdiri. Dengan langkah hati-hati, dia berjalan-jalan di sekitar danau, mengagumi keindahan senja yang memantul di permukaan air.

Tiba-tiba, suara langkah kaki halus menyusul di belakangnya. Adam berbalik dan tersenyum melihat Kala yang tiba dengan senyuman cerah di wajahnya.

"Maaf, Adam. Aku terlambat," ucap Kala sambil menghampiri.

Adam menggelengkan kepala. "Gapapa, yang penting kamu sudah di sini. Kenapa tadi, apa ada masalah?"

Kala menjelaskan, "tadi aku nemenin ibu di kebun, Ayah lagi ada kerjaan lain, makanya sampai sore banget. Maaf ya, Dam."

Adam tersenyum. "Ga perlu minta maaf, Kal. Yang penting kamu baik-baik saja, aku sempat khawatir tadi."

"Kamu? Khawatir sama aku?" ulang Kala dengan semburan tawa. "Yang bener aja, Dam!"

Alis Adam menyerngit. "Memang, salah?"

Kala menggeleng. "Ga. Cuman ya aneh aja."

"Yaudah," sahutnya pelan.

"Duduk sini, Kal," katanya seraya menepuk tempat di sebelah ia duduk.

"Udah nunggu lama, ya, Dam?" tanya Kala.

"Dari langit berwarna biru, sampai sekarang berwarna jingga," jawab lelaki itu.

Kala terkekeh mendengarnya. Adam ini lucu juga, batinnya.

Mereka kembali duduk di tepi Danau, menatap matahari yang semakin meredup. Percakapan mereka pun mengalir, penuh tawa dan keceriaan.

Hujan Di Penghujung Kemarau ✓ Where stories live. Discover now