20 | Aku Ada Di Sini

36 31 4
                                    

-  h a p p y  r e a d i n g ✨

"Kalau kamu perlu didengar, ada kuping aku yang siap mendengarkan semua keluhan kamu, Bi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kalau kamu perlu didengar, ada kuping aku yang siap mendengarkan semua keluhan kamu, Bi. Aku ada di sini."

• • •

Mereka berdua duduk di kursi yang tersedia di sana. Malioboro terlihat sangat indah ketika malam hari.

Kala menyukainya.

"Aku baru pertama kali ke sini," ujar Kala dengan wajah sumringah.

Jika diingat-ingat, semenjak Kala datang ke kota ini, ia belum pernah jalan-jalan mengenal lebih jauh tentang kota yang sedang ia tempati. Kesehariannya dipenuhi oleh bekerja dan belajar.

Bian tersenyum. "Bagus, kalau kamu suka."

Perempuan itu tersenyum tipis. "Untung diajakin kamu ke sini. Kalau engga, mungkin aku masih sibuk sama rutinitas ku yang membosankan."

"Next time, kalau bosan, tinggal call gue aja, gue ajakin muter Jogja sampai lo pegel."

Kala tersenyum samar. Senang bisa bertemu dengan Bian. Walaupun ia tidak tahu apakah Bian memang tulus berteman dengan atau tidak.

"Tau ga, gue baru putus sama Keno."

Percakapan antara orang yang duduk di belakang mereka terdengar sangat jelas di telinga Kala. Percakapan itu mengisi keheningan diantara Kala dan Bian.

"Lah, lo pacaran lima tahun anjir."

"Ya gimana? Ibunya ga setuju," lirih perempuan dengan hoodie putih itu.

"Alasannya apa?" tanya perempuan dengan rambut sebahu.

"Gue, anak broken home. Katanya ga pantes dinikahin. Takut nular, katanya. Anak broken home itu ga pantes dijadikan pasangan. Orang tuanya mau lata belakang calon mantunya bagus."

Kala benar-benar tertegun mendengar penuturannya tersebut. Seperti tidak menyangka itu terjadi di dunia nyata.

Perempuan itu melirik ke samping, mendapati Bian yang sedang menunduk. Kakinya tergerak menendang-nendang kerikil di tanah.

"Bi?" panggil Kala.

"Pulang aja, ayo," ajaknya.

"Katanya mau naik delman?" tanya Kala. Pasalnya, tadi Bian mengajaknya untuk naik delman. Karena tidak ada yang kosong, jadilah mereka menunggu.

"Ga jadi, gapapa ya? Next time aja."

Kala mengangguk pelan, mencoba menyembunyikan kekecewaan di wajahnya. "Iya, gapapa."

Mereka memutuskan untuk pulang dengan. Dalam perjalanan, suasana hening menyelimuti mereka. Kala tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Bian. Apa mungkin karena omongan orang tadi.

Tapi, apa hubungannya?

"Bi, nggak apa-apa kan?" tanya Kala dengan lembut.

Bian tersenyum tipis. "Gapapa, Kal."

Hujan Di Penghujung Kemarau ✓ Where stories live. Discover now