23 | Apa Itu?

27 22 5
                                    

- h a p p y r e a d i n g ✨

-  h a p p y  r e a d i n g ✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ting!

Notifikasi dari ponsel Kala membuat perhatiannya teralihkan.

Perempuan itu merogoh ponselnya untuk mengetahui pesan apa yang masuk melalui WhatsApp miliknya.

+6282393920474
| Kala, apa kabar?

Kala mengabaikan notifikasi itu, walaupun dalam hatinya bertanya-tanya siapa pengirim pesan itu.

"Bian, kamu bisa denger aku ga?" Kala bertanya seraya menepuk pelan pipi Bian.

Bian mengangkat kepalanya. Netranya langsung bertemu tatap dengan mata indah milik Kala. "Makasih, ya, udah nurut."

Perempuan itu menunduk. "Aku... takut," lirihnya.

"Gapapa, mereka udah pergi. Maaf, lo harus terlibat." Bian merengkuh Kala untuk menenangkan perempuan itu.

"Ayo, duduk di sana dulu," ucap Kala yang disetujui oleh Bian.

Kala membantu Bian berdiri lalu membopong tubuh lelaki itu, sampai pada kursi di pinggir jalan.

Bian duduk bersandar di kursi, terlihat lelah dan terluka. Tetapi, karena kapalanya yang masih terasa sakit, lelaki itu merebahkan kepalanya pada bahu Kala.

Kala menegakkan tubuhnya. Jujur, iya tidak pernah kontak fisik dengan laki-laki selama tinggal di kota.

"Maaf, Kal, bentar aja. Ini ga modus, kepala gue beneran sakit," jujurnya. Bian sudah tidak tahan.

Kala mencoba memahami keadaan Bian saat ini. Perempuan itu membiarkan kepala Bian berada di bahunya.

"Aku bawa kamu ke rumah sakit aja, ya? Luka kamu banyak banget," tawar Kala dengan wajah penuh kekhawatiran.

Bian menggeleng pelan. "Ga perlu, ini cuma lecet doang. Udah biasa."

Mendengar ucapan Bian, Kala menurut. Lalu, Perempuan mengambil tisu dari tasnya dan mulai membersihkan luka-luka kecil di wajah Bian dengan lembut. Mereka duduk bersama, dalam keheningan malam yang kembali tenang.

"Kal," panggil Bian.

"Hmm?"

"Kamu beruntung ya, punya keluarga yang sayang sama kamu, punya banyak teman yang tulus, banyak orang baik di sekeliling kamu," lirihnya dengan asal.

"Kenapa, ya, Kal, aku gabisa ngerasain hal yang serupa?" lanjut Bian.

Kala masih diam di tempatnya. Bahkan, tangannya yang sedari tadi membersihkan luka, ikut diam.

"Sekali lagi, Kala. Kamu ngasih perhatian pada orang yang tepat."

🍂🍂🍂

Malam itu, suasana kota cukup sepi, dan udara dingin terasa menyegarkan. Kala melangkah masuk ke dalam kosannya, masih terbayang wajah lelaki yang baru saja mengantarnya.

Hujan Di Penghujung Kemarau ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang