22 | Malam Yang Suram

34 23 0
                                    

-  h a p p y  r e a d i n g ✨

"Gausah ngepush diri lo segitunya, Kal

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Gausah ngepush diri lo segitunya, Kal. Kasih diri lo buat istirahat, jangan egois."

• • •

Jam tujuh malam, Kala masih belum pulang dari Arborea kafe. Dia masih setia duduk di pojokan untuk belajar. Dua jam lamanya setelah jam kerjanya habis. Perempuan itu terlihat sangat ambisius mengejar mimpinya.

Dengan pulpen dan buku, ia merangkum materi dari YouTube. Setelah tiga puluh menit berlalu, Kala selesai merangkum materi.

Ia istirahat sebentar, meregangkan ototnya yang penat. Kala mengedarkan pandangannya, mendapati kafe yang ramai. Sukur dia mengambil posisi di ujung, jadi jauh dari keramaian.

"Kala, masih belum pulang?" tanya Rehan yang baru saja mengantarkan pesanan.

Kala menggeleng seraya tersenyum. "Nanti, aku masih belum beres."

"Hampir tiga jam belajar, ga pegel tuh otak?"

Kala terkekeh. "Engga, udah biasa."

Rehan mengangguk. "Gih lanjut sampai lo puas. Lo beneran keren banget, segigih itu. Semoga lo keterima di univ impian lo ya, Kal."

Kala tersenyum simpul, hatinya terasa hangat. Satu dukungan dari orang dekat sangat berarti, Kala semakin semangat untuk mengejar mimpinya.

Kala melanjutkan belajarnya. Perempuan itu membuka situs Kemendikbud untuk latihan soal di sana. Ia mengisi nama dan asal sekolah, lalu memilih subtest literasi dalam bahasa Indonesia.

Perempuan itu tampak fokus dengan soal-soal yang ada di sana. Tangannya bergerak mencatat soal itu di buku, guna mempelajarinya lagi di lain waktu.

Di sisi lain pada tempat yang sama, seseorang duduk dari satu jam yang lalu. Bahkan dia sudah menghabiskan dua gelas kopi. Untuk memantau kegiatan yang dilakukan oleh seorang perempuan yang tengah duduk di pojok sana.

Ia beranjak, berjalan dengan memasukkan satu tangan dikantong dan satunya lagi memegang almamaternya.

Lelaki itu duduk, tepat di hadapan Kala. Ia menaruh almamaternya di atas meja, lalu menatap Kala. "Gausah ngepush diri lo segitunya, Kal. Kasih diri lo buat istirahat, jangan egois."

Tangan Kala berhenti mencoret kertas untuk mencari jawaban. Ia menoleh ke depan dan mendapati Bian di sana.

"Kamu ngapain? Kenapa ada di sini terus?" tanya Kala beruntun.

"Tempat umum. Semua orang bebas datang ke sini. Lagian, kafe mana yang gamau didatangi?"

Kala mengangkat bahunya acuh. Ia lanjut mengerjakan latihan soal yang sudah ia catat. Kala hanya takut, memberi respon lebih pada pacar orang.

Hujan Di Penghujung Kemarau ✓ Where stories live. Discover now