4 | Keinginan Yang Sulit

67 40 2
                                    

-  h a p p y  r e a d i n g ✨

"Kala?" celetuk Adam ketika sampai di depan rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kala?" celetuk Adam ketika sampai di depan rumah.

Ia baru selesai membersihkan diri lalu ibu menyerukan namanya hingga ia pergi ke luar dari kamar dengan tergesa-gesa.

"Masuk dulu, Kal," ucap Adam.

Kala menuruti perintah yang diberikan oleh Adam. Perempuan berkaos pink itu memasuki rumah Adam dengan langkah gontai. Ia duduk pada kursi rotan di ruang tamu rumah Adam. Rasanya sudah lama sekali ia tidak mampir ke sini. Perempuan itu duduk santai sembari menunggu Adam yang pamit ke dapur.

Selang beberapa menit, Adam muncul diikuti oleh ibunya di belakang lelaki itu. Adam meletakkan teh hangat di meja sedangkan ibunya meletakkan kue kering.

"Maaf, Nak Kala, hanya ini yang bisa kami hidangkan," ucap Bu Rumi seraya membuka toples kue kering itu. "Dimakan ya, Nak."

"Lama kamu tidak kemari, nak," ujar Bu Rumi setelah mengambil posisi duduk dihadapan Kala.

"Iya, Bu. Sekarang Kala bantuin Ibu di kebun," jawabnya singkat.

"Adam sering bantu Ibu, ya?" tanya Kala. Pasalnya sedari tadi ia melihat Adam yang sibuk menyuguhkan jamuan untuk dirinya.

"Iya, nak. Adam juga sering bantu ibu masak, goreng ikan juga bisa."

"Loh, bukannya itu pekerjaan perempuan?" bingung Kala.

Bu Rumi mengangguk. "Benar, tapi tidak ada salahnya anak laki-laki belajar hal yang serupa. Agar kelas bisa membantu pekerjaan istri di rumah."

Kala sangat heran mendengar jawaban yang sangat bijak itu. Ia hanya kaget, di desanya jarang sekali punya pemikiran seperti Bu Rumi.

Pasti istri Adam nanti sangat beruntung memiliki suami seperti Adam dan ibu mertua yang sangat baik.

Bu Rumi menatap sang putra yang duduk di samping dirinya. Seakan paham, wanita paruh baya itu pamit pergi ke dapur. Membiarkan kedua remaja ini berbicara.

"Ada yang ga beres, Kal?" tanya Adam ketika ibunya sudah tak terlihat dibalik tirai.

"Kanu ngomong gitu seolah aku datang pas lagi ada masalah aja," gerutu Kala.

Adam tersenyum. "Bukan gitu, aku cuma menebak dari eksepsi kamu."

"Keliatan banget ya?" tanya Kala yang diangguki oleh Adam.

"Tadi malam-" jedanya. Seakan ada perasaan ragu yang tiba-tiba menghampiriku dirinya.

"Ngomong aja, Kal. Aku pasti ngertiin kamu." Adam mencoba membuat Kala lebih tenang dan percaya untuk bercerita lebih jauh.

"Tadi malam, aku kembali berselisih sama Ayah," terangnya dengan sekali tarikan napas.

"Soal?"

"Kuliah," jawab Kala memperjelas.

Hujan Di Penghujung Kemarau ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang