raja modus

35 7 32
                                    

"Sialan!

Satu pukulan keras pada dinding terdengar di sebuah kamar milik seorang pemuda yang kini dipenuhi amarah. Setelah mendengar kabar soal family gathering dari salah satu karyawan perusahaan milik Kurniawan, Balin merasa terpojokan dan tidak terima. Ketika yang lain mengetahui soal itu, dia sendiri tidak tahu, bahkan harus mendapat informasi dari orang lain.

Ini semua karena Kanaya. Lagi dan lagi, Balin akan menyalahkan adik bungsunya yang takpernah menganggapnya ada. Ini kenyataan, kalau Kurniawan sendiri telah menegaskan siapa yang paling pantas menjadi pewaris perusahaan nantinya.

Setelah meluapkan emosi yang tertahan, Balin keluar kamarnya menuju ruang kerja pribadi Kurniawan. Deru napasnya memburu. Untuk ke sekian kalinya dia akan berusaha mencari sebuah penjelasan.

Brak!

Dibukanya pintu berwarna cokelat tua mengkilat itu dengan kasar. Balin tidak peduli apabila nanti Kurniawan langsung menamparnya karena tidak sopan.

"Ada apa?" Hanya satu pertanyaan yang keluar dari Kurniawan ketika dirinya hendak membaca sebuah proposal di meja. Kedua alisnya terangkat disertai wajahnya yang datar, tetapi sorot matanya tajam.

Balin mendengkus kasar. Dia berjalan mendekat. "Kenapa aku nggak dikasih tau soal family gathering itu, Pah?" tanyanya sambil menahan emosi yang membara.

Belum langsung menjawab, Kurniawan masih fokus membolak-balikan lembaran berkas yang dijadikan satu dalam satu map warna biru.

"Kenapa Papah nggak minta tolong aku untuk ikut serta dan malah nyuruh Kanaya pulang ke Jakarta? Kenapa, Pah?" tambah Balin lagi.

Kurniawan selesai melihat proposal perjanjian kerjasama yang ada di meja, lalu dia bangkit dari kursi. Dia berjalan ke arah jendela kamar yang terbuka gordennya. Kurniawan memandangi kerlap-kerlip lampu ibukota yang tampak indah dipandang lama.

"Kenapa kamu ikut campur urusan perusahaan lain, Balin? Apa kabar perusahaan yang kamu naungi?" tanya Kurniawan tanpa peduli oleh beberapa pertanyaan dari Balin sebelumnya. Dia pun menaikan salah satu sudut bibirnya, kemudian tubuhnya berbalik dan pandangannya berubah lurus ke arah Balin.

"Kamu tidak perlu repot-repot ikut family gathering. Sudah Papah bilang sejak awal, lebih baik kamu fokus membangun perusahaan start up tempat kamu bekerja, lagi pula itu acara kekeluargaan bukan pekerjaan." Kurniawan menjelaskan panjang lebar yang membuat Balin refleks mengepalkan kedua tangan.

Balin berdecak sebal. "Apa aku bukan termasuk keluarga Papah di sini? Lantas, kenapa dulu aku harus--"

"Tidak usah membahas masa lalu. Intinya, kamu fokus saja melakukan yang terbaik di kerjaan tanpa ikut campur urusan perusahaan lain. Sekarang Papah mau pergi dulu ada gala dinner bareng para petinggi di cabang 7. Kalau butuh apa-apa, bilang sama Pak Salam, ya." Pak Salam adalah salah satu asisten pribadi Kurniawan.

Setelahnya, pria berkemeja biru tua itu berjalan cepat keluar ruang kerjanya melewati Balin begitu saja.

"Persetan dengan semua ini!" ucap Balin bernada tinggi. Bodo amat terdengar oleh ayahnya yang baru saja pergi meninggalkan dirinya sendiri.

Beberapa menit lewat, Balin keluar ruangan, tetapi tidak untuk mengejar Kurniawan. Dia ingin pergi ke sebuah tempat untuk melampiaskan segala amarahnya.

***

Suara jangkrik saling bersahutan dari luar kamar menemani Raditya merenung sambil rebahan di atas tempat tidur. Pertemuan yang secara tidak sengaja dengan Ayara membuatnya mendadak galau. Bukan karena apa-apa, melainkan ada yang harus diselesaikannya. Tentang hubungan mereka yang hanya sebatas teman, tetapi dianggap lebih oleh Ayara.

Raditya bukan tipe yang memberi harapan, lalu ditinggal begitu saja tanpa kejelasan. Namun, setelah berulang kali berpikir, dirinya memang salah. Mungkin sikapnya terlalu easy going dan secara tidak sadar perhatiannya yang berlebihan membuat Ayara terbawa perasaan sendiri.

"Sial, perkara perasaan emang serumit ini," gerutu Raditya, lalu bangkit dari posisi rebahan, kemudian mengambil ponsel yang diletakan di nakas samping tempat tidur.

Entah apa yang merasuki pikirannya, Raditya iseng mencari akun instagram milik Kanaya. Tidak butuh waktu lama dia mencari, akun dengan gambar kucing hitam ditemukan dalam waktu lima menit. Beruntung, Kanaya tidak menggunakan nama akun yang aneh bin ajaib.

Karena akun Kanaya tidak diprivasi, Raditya bisa langsung stalking tipis-tipis. Pertama kali melihat, hanya ada enam foto random. Rata-rata foto kue dengan caption bahasa inggris singkat. Setelah selesai melihat satu per satu foto yang ada, Raditya beralih pada instagram story Kanaya.

"Eh, kayaknya galau, nih, anak," gumam Raditya ketika melihat Kanaya me repost kalimat dari akun khusus quotes yang dipenuhi kegalauan soal cinta.

"Ketika kamu berhenti berharap, artinya kamu sudah ikhlas." Kira-kira begitulah yang Raditya baca secara perlahan. Spontan, jemarinya mengetikan sebuah balasan singkat untuk status Kanaya itu.

@Radit.1001
Galau amat, Bu.

Seketika, detak jantung Raditya mendadak tidak terkontrol. Aliran darahnya memanas. Dia pun memukul keningnya sendiri menggunakan telapak tangan.

Bisa-bisanya gue bales tanpa pake acara follow dulu lagi! Ampun, Radit.

Raditya meracau dalam hati. Belum lagi, Kanaya posisi sedang online. Bisa jadi, sebentar lagi cewek itu langsung membalas.

@KanayL
Maaf, kamu siapa, ya?

Busyet! Dia nggak tau siapa gue?

Raditya berdecak pelan sambil menggeleng-gelengkan kepala. Dia merasa gemas setelah melihat balasan Kanaya barusan.

@Radit.1001
Eh, maaf. Ini aku Radit. Raditya Sadajiwa.

@KanayL
Oh, cowok random yang hobinya modus?

@Radit.1001
Beuh, tanyanya gitu amat, Bu.

@KanayL
Lah, aku, kan, cuma nanya. Kalau misal nggak, tinggal bilang nggak kali.

"Judes amat ini cewek. Lagi PMS kali, ya?" gumam Raditya selagi ambil posisi rebahan lagi.

@Radit.1001
Hm, ya maaf, deh. Padahal, aku jarang banget modus.

@KanayL
Artinya sering dong kalau jarang? :>

@Radit.1001
Iya, bakalan sering kalau ceweknya itu kamu. :>

***

"Apaan, sih, ini orang. Modus banget!"

Kanaya menggerutu. Dia tidak membalas pesan terakhir dari Raditya. Kini, dirinya beralih pada akun instagram milik Yudhis. Cowok itu tidak membuat insta story, tetapi satu foto yang belum pernah dilihat oleh Kanaya muncul di feed.

"This is love," ulang Kanaya selagi membaca caption dari foto langit dengan semburat merah jingga.

"Maksudnya apa, ya?" Kanaya jadi penasaran. Terlihat 10 komentar untuk foto senja milik Yudhis itu.

Kanaya mencoba membaca satu per satu secara teliti. Kedua matanya sampai tidak berkedip selama beberapa waktu hingga terasa panas. Sesaat kemudian Kanaya membulatkan matanya begitu menemukan satu komentar dari akun @Monera_love memberi emotikon cinta sebanyak tiga kali dan dibalas oleh Yudhis dengan balasan 'Cintaku.'

"HAH?"

Astaghfirulloh. Kanaya langsung merapal istighar berulang kali. Jantungnya berdebar kencang. Refleks, dia langsung mencari nomor Yudhis. Dia menelpon melalui aplikasi WhatsApp, tetapi sama saja, tidak pernah ada jawaban.

"Jadi, selama ini dia selingkuh?"

BECAUSE OF PANCAKE [SELESAI]Where stories live. Discover now