kejutan dari semesta

22 1 0
                                    

Menuju pukul sembilan malam, acara family gathering makin meriah. Di tengah hingar bingar pertemuan antara petinggi serta anggota Perusahaan Good Food Indonesia, Kurniawan memberi sinyal kepada semuanya, bahwa dia ingin menyampaikan sesuatu. Lekaki setengah baya yang berpenampilan necis dan casual itu berjalan menuju podium yang disediakan tepat di pertengahan ball room. Lampu sorot sengaja di arahkan padanya agar orang-orang beralih atensi ke satu titik.

Kanaya, Raditya, dan Balin, ketiganya pun menghentikan obrolan basa-basi yang langsung tertuju pada Kurniawan yang tengah berdiri seraya ingin memberikan sambutan penting bagi perusahaan.

"Wah, itu Papahmu, kan, Nay? Luar biasa. Dari jauh aja aku udah tahu, kalau beliau orangnya kompeten dan cerdas," celetuk Raditya selagi tangan kanannya memegang segelas jus anggur merah.

Mendengar itu, secara bersamaan Kanaya dan Balin tersenyum samar. Meskipun, kala lalu keluarga mereka terjadi permasalahan kecil, tetapi nyatanya Tuhan mendengar salah satu doa dari mereka. Sehingga situasi membahagiakan itu bisa tercapai dengan sendirinya.

Balin berdeham. Dia membenarkan dasi bermotif garis-garisnya baru membalas ucapan Raditya. "Kamu gak mau berdoa, Dit? Kalau dia bisa jadi calon mertuamu besok?" tanyanya yang spontan membuat Kanaya memelotot, lalu mencubit lengan Balin keras dan menekan. Cowok itu mengaduh, tetapi Kanaya tidak memedulikannya.

Melihat interaksi antar kakak beradik itu, Raditya setengah iri. Dia dibesarkan sendirian. Tidak memiliki saudara kandung sama sekali. Itu karena Mahendra memilih meninggalkan Dewi dengan penyebabnya terlalu sepele. Sedangkan Dewi tidak langsung move on atau mencari pengganti. Tetap pada masa lalu yang akhirnya kembali bersama. Begitulah cinta. Terkadang tidak memakai logika.

"Kak, kalau ngomong yang bener, dong. Udah malem jadi ngelantur gitu, ya?" cibir Kanaya tidak terima. Dia kembali melahap sepotong cheese cake yang tersisa setengah. Rahangnya naik turun, diikuti kedua pipi gembulnya yang makin mengembang.

"Makannya yang bener atuh, Neng. Kok, salah tingkahnya gitu banget, sih, ha-ha." Bukannya diam, Balin semakin menggoda Kanaya. Kapan lagi melihat Kanaya panas dingin di sebelah cowok yang kelihatannya menyimpan rasa terhadap adik perempuannya itu?

"Selamat malam semuanya. Salam sejahtera bagi kita semua yang ada di sini."

Suara Kurniawan terdengar menggema ke seluruh area ball room. Mendadak suasana riuh redam menjadi hening. Beberapa orang masih terlihat berbincang dengan menurunkan intonasi bicara.

Kurniawan tersenyum lebar. "Sekali lagi, bahkan berulang kali saya ucapkan banyak terima kasih kepada para tamu undangan yang telah menyempatkan waktu untuk hadir ke acara family gathering Good Food Indonesia. Tepuk tangan yang meriah untuk kita semua!"

"Wohoo!" teriak Raditya. Dia paling keras bertepuk tangan, setengah heboh dan Kanaya yang berdiri di sebelahnya tampak keheranan melihat tingkahnya barusan. Apa mungkin dia benar-benar berdoa dan berharap dijadikan mantu oleh Kurniawan? Hah, yang benar saja maemunah.

Balin terkekeh, kemudian merangkul Raditya. Dia berbisik, "Semangat, Dit. Pokoknya aku dukung kamu jadi adik iparku. 100%!"

"Beneran, Bang? Jangan janji manis doang, ya. Harus dukung bener, nih."

Anggukan kepala sebagai tanda persetujuan Balin. "Iya, tenang. Makannya, kalau PDKT itu yang sat set, jangan cuma mojok doang kayak tadi," tambahnya.

Tanpa sadar, keduanya tengah diperhatikan oleh Kanaya. Tatapan gadis itu serasa ingin menghabisi kedua cowok yang berdiri di depannya persis.

"Tsk. Nggak usah kebanyakan gosip!" gerutunya.

"Galak bener, sih. Ntar cepet tua lho, Nay." Balin mencoba merangkul Kanaya, tetapi langsung ditepis oleh cewek itu.

BECAUSE OF PANCAKE [SELESAI]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant