23. The War

10.5K 1.1K 192
                                    

Aku akan lanjut kalo komen udah 200 ++. Please be an active readers.

Selamat membaca dan inget 17 plus ya ini 😄😄

**
The pain of the broken heart is beyond words. Or maybe it's because Oh Sehun is the subject?

**
Becker Holding, Teheran-ro, Seoul

Aku sudah pernah patah hati sebelumnya. Patah hati terparahku adalah dengan Yoo Yeon Seok. Dulu dia adalah pria nomer satu di hidupku. Tempatku bergantung. Tempatku berpegangan kala aku pikir dunia tak lagi bisa aku pijak. Satu-satunya orang yang akan mengulurkan tangan saat aku jatuh, tersungkur dan tidak bisa bangun. Lalu dalam hitungan menit, dia menghancurkan semuanya. Pergi dengan alasan sudah mempunya wanita lain.

Yeon Seok memang pernah sangat brengsek di mataku. Aku bahkan tak sudi menyebut namanya alih alih bertatap muka dengannya. Butuh berbulan-bulan, sampai pada akhirnya aku merenung dan sadar bahwa bukan dia yang jahat, tapi ekspektasiku saja yang berlebihan. Expectation is the root of all heartache. Tapi Yeon Seok adalah masa lalu. Seseorang yang tak akan jadi masa depanku.

Hari ini aku mengalami patah hati lain. Rasanya jauh-jauh lebih menyakitkan dari patah hatiku dengan Yeon Seok. Aku sudah memprediksi bahwa Yeon Seok akan meninggalkanku, bahwa impian soal pernikahan hanyalah khayalan semu. Aku saja yang kelewat halu dan terus bertahan hidup dalam mimpi-mimpi bodoh. Saat itu rasanya hanya kehampaan, tidak ada air mata atau amarah. Aku hanya berdiam selama seharian di kamar dan semua baik-baik saja keesokan harinya. Kali ini berbeda.

Selalu saja ada pertama kali untuk segala sesuatu.
Pertama kali jatuh cinta.
Pertama kali patah hati.
Pertama kali bercinta.
Dan aku baru saja mengalami patah hati setengah mati.

Penolakan ibu Sehun betulan menghantamku dengan telak. Aku begitu berani menodongkan pisau ke leher Paman Li, menyingkirkan Da Hye dengan totalitas, dan aku jauh lebih berani menghadapi singa lapar di Afrika. Well... opsi terakhir nampaknya berlebihan. Tapi sejak dulu aku ditanamkan pelajaran agar aku menghormati orang tua. Jadi aku betulan tidak berkutik ketika ibu Sehun dengan jelas menolakku. Aku jadi bercermin selama bermenit-menit tiap paginya, memandangi setiap jengkal tubuhku sambil terus bertanya "apa kurangku?"

Lalu aku sadar bahwa aku punya banyak kekurangan. Yang paling mutlak, aku terlahir bukan dari keluarga kaya. Menelaah pada drama yang biasa aku tonton, ibu Sehun tentu menginginkan seorang anak menantu yang paling tidak sepadan dengan mereka. Mungkin rekan bisnis atau semacamnya. Yang satu itu tidak tertolong. Aku juga tidak bisa memilih harus dilahirkan dari keluarga mana.

"Lee Na Ra! Ya!" Baekhyun menepuk keras bahuku. Saking kerasnya sampai aku nyaris jatuh dari kursiku.

Saat ini aku sudah kembali ke kantor, bekerja sampai larut sebagai pengalihan isu. Rencana awalku dengan Sehun tadinya berada di Jerman selama seminggu, lalu mampir ke Marseille dan menikmati hidangan seafood di tepi laut. Tapi semua hancur karena aku sudah bad mood dengan penolakan ibu Sehun. Walaupun pria itu sendiri juga tak habis pikir dengan apa yang ku katakan tempo hari. Sehun hanya bilang bahwa ibunya butuh waktu, pun aku. Dia terlihat sangat santai. Seolah hubungan kami tak akan jadi masalah sekalipun ibunya tidak merestui.

"Sialan Byun Baekhyun! Aku akan melakukan visum dan melaporkanmu ke polisi untuk kekerasan ini." Aku berujar berlebihan. Tapi Baekhyun tidak meledek seperti biasanya. Dia menunjukkan wajah kuatir.

"Kau kenapa? Ada masalah?" Tanyanya, sambil meraih setoples cookies cokelat dari mejaku. Aku sedang kalut, jadi aku membiarkannya saja. Padahal biasanya aku melindungi cookies coklatku seperti aku melindungi nyawaku sendiri.
"Kau kan baru pulang liburan dari Berlin. Mana oleh-oleh?" Dia menengadahkan tangan, yang segera aku tepis dengan kesal.

The Sugar Baby (Completed - Sequel)Where stories live. Discover now