25. A Big Surprise

11.3K 1K 283
                                    

Sebab, mendapatkan berlian tak akan semudah mendapatkan batu kali. Kecuali berlian itu jatuh di depan kaki mu dan kau hanya perlu menyimpannya untuk dirimu sendiri.

**

Aku masih ingat perkataan Yoo Mirae tempo hari, mendapatkan berlian tidak akan semudah seperti mendapatian batu kali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku masih ingat perkataan Yoo Mirae tempo hari, mendapatkan berlian tidak akan semudah seperti mendapatian batu kali. Sehun itu bak berlian, tak mungkin mendapatkan manusia dengan definisi nyaris sempurna seperti dia dengan gratis. Dalam perjalanannya aku pasti akan terluka dan babak belur, yang mana sedang aku alami saat ini. Kabar baiknya, aku tidak sendiri.

Ada Oh Sehun yang mendukungku secara penuh, Baekhyun dan Mirae yang walaupun julit luar biasa tapi selalu mengungkapkan kebenaran yang menyadarkanku. Chanyeol yang membantuku dengan banyak pamrih, juga Sophia anak manis yang aku tak sabar ingin segera jadi ibunya yang sah.

Biasanya aku suka kesendirian. Berbelanja sendiri, jalan-jalan sendiri, tidur sendiri, makan sendiri. Tapi ada pada satu titik di mana aku berpikir bahwa jika bisa bersama-sama kenapa aku harus sendirian?

Bohong jika aku bilang aku baik-baik saja setelah bertemu dengan ibu Sehun. Aku bahkan sampai muntah-muntah karena tertekan dan gugup. Itu bukan tanda kehamilan, percayalah. Asam lambungku sangat mudah naik saat stres, dan itu membuatku mudah muntah. Aku bahkan sempat menangis tersedu-sedu di kamar mandi sampai mataku merah. Untung saja eye liner dan maskara yang ku gunakan waterproof, jadi aku bisa keluar dengan wajah yang tidak jelek-jelek amat.

Aku lekas menemui Sophia bukan tanpa alasan. Sebelum tahu dia anak Sehun, aku sudah berteman baik dengannya. Dia punya wajah menyenangkan yang membuat moodku bagus. Tak ku sangka, malah bertemu juga dengan Park Chanyeol yang sedang tergila-gila pada guru Sophia.

Biasanya aku benci makanan manis. Tapi kemarin aku mengkonsumsi banyak gula sampai sakit kepala. Setidaknya sakit kepala lebih baik daripada aku harus mengingat-ingat pertemuanku dengan Ibu Sehun. Wanita itu betulan menyeramkan.

Orang menjuluki ku Ratu Setan, Ratu Iblis, Maleficent, Medusa, pokoknya tokoh jahat yang biasanya melakukan segala cara untuk mendapatkan yang diinginkan. Tapi Ibu Sehun bak terbuat dari api mentah neraka. Aku bahkan sampai merinding hanya karena mendengar dia menyebut namaku.

Cek yang dia ajukan betulan melukai harga diriku. Tapi aku lebih marah karena Ibu Sehun menukar anaknya dengan uang. Harga Sehun hanya sebatas materi di matanya.

"Kenapa melamun, Hon?" Sehun membuyarkan lamunanku. Tadi dia sedang sibuk melakukan video conference dengan beberapa pegawainya. Dan aku duduk di ruang tv sambil mengaduk teh yang kini sudah dingin.

"Hei.. kau sudah selesai meeting? Mau aku buatkan teh hangat? Aku tadi membeli tiramisu. Dan-"
Aku tak lantas melanjutkan kalimatku karena dia menatapku lekat. Amat lekat sampai aku ikut memandang ke tubuhku sendiri, berpikir kalau mungkin aku sudah mengenakan sesuatu yang salah.
"Ada yang salah?" Tanyaku kemudian. Karena aku merasa aku mengenakan pakaian rumahan biasa, celana pendek dan kaus putih off shoulder, tanpa bra. Aku benci mengenakan bra saat sudah tiba di rumah.

The Sugar Baby (Completed - Sequel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang