9

35 7 0
                                    

Ditulis oleh Kak Puingpahing

***

Duka
Ia adalah nestapa yang hancurkan jiwa
Benamkan tawa, sisakan sesal yang membekas

***

"Hasil penelitian laboratorium, sidik jari dan aroma parfum Alisha Rose Pratama, ditemukan di tubuh korban." Suhendi membuka rapat terbatas bersama tim penyidik kasus kematian Ceo Allow Management, Alan Pramoedya.

Adrian menunduk mendengar hasil laporan yang disampaikan Suhendi.

"Secara tidak langsung, ketua tim penyelidikan akan dialihkan pada Sersan Lena Ananta," lanjut Suhendi menunjuk ke arah wanita penyidik berambut pendek itu.

"Saya harap, Sersan Adrian tetap fokus dan profesional dalam pekerjaan ini." Lena menepuk bahu Adrian.

Adrian mengangguk meski ada rasa yang berat menyadari sang Kakak akan dinaikkan statusnya menjadi tersangka. Ia terbukti bersentuhan dengan korban. Dan memiliki motif untuk membunuh korban.

"Kami akan memanggil Alisha dan menahannya." Lena memberi perintah.

Adrian tidak bisa berkata-kata lagi. Bukti sudah di depan mata. Alisha terbukti bertemu dan berseteru dengan Alan. Meski ia masih tak yakin Alisha setega itu akan membunuh Alan.

Adrian pulang dari kantornya dalam keadaan tak menentu. Ia sengaja kembali ke rumah. Ingin melihat bagaimana kabar sang ayah. Ia khawatir, ayahnya akan sangat terbebani oleh kasus yang menimpa putri sulungnya itu.
Remang malam di balkon lantai dua rumah mewah itu hening. Adrian berdiri menatap jauh ke langit. Kelip gemintang tampak sangat indah. Tapi, hatinya malah gundah gulana.

Triiiing

Ponselnya berdering. Cherry menelepon.
"Halo," sapa Adrian singkat.

"Adrian, apa benar Alisha Rose jadi tersangka?" tanya Cherry langsung. Rupanya kabar itu telah menguar di udara.

Adrian mengembuskan napasnya yang berat. "Iya," jawabnya.

"Ah, aku tidak percaya. Bukankah dia kakakmu?" Cherry bertanya lagi.

"Iya." Lagi-lagi Adrian memberi jawaban singkat. Bukan karena malas. Pikirannya sedang tidak menentu. Mendengar kabar hasil penyidikan laboratorium, membuat Adrian hampir tidak mematuhi aturan sumpah jabatannya.
Belum lagi memikirkan bagaimana ia harus menceritakan pada sang ayah. Adrian khawatir kesehatan ayahnya akan memburuk.

"Kamu tenang ya, semoga masalah ini lekas selesai." Cherry mencoba menasehati. Adrian mengiyakan lalu menutup telepon. Percakapan yang sunyi bagi Adrian. Cherry sudah berusaha berbuat baik, tapi Adrian tidak bisa mengalihkan pikirannya dari keadaan Alisha dan sang ayah.

"Adrian," panggil Gusta Pratama dari pintu kamar sang putra. Adrian menoleh dan mendapati sosok ayahnya berdiri di pintu.

Laki-laki baya itu melangkah dan duduk di bibir ranjang putranya. Ia menatap dinding-dinding kamar bercat putih. Kamar ini biasanya kosong lantaran sang putra jarang pulang. Hanya saat-saat tertentu saja Adrian pulang dan tidur di kamar pribadinya ini.

"Ayah tahu kenapa kamu pulang," ucap Gusta pelan sembari menatap putranya. Tatapan teduh mata sang ayah menyiratkan duka mendalam.

"Karena Alisha, bukan?" Gusta melanjutkan kalimatnya.

"Maafkan Ian, Ayah." Adrian duduk di sebelah sang ayah.

"Untuk apa?" Ayahnya menepuk bahu Adrian.

"Ian tidak bisa membantu Kakak." Adrian tertunduk.

"Lakukan saja tugasmu sebagai penyidik. Gadis itu biar menyelesaikan sendiri masalahnya." Gusta bangkit berdiri.

"Tapi ..." Adrian tidak melanjutkan kalimatnya. Gusta kembali menepuk bahu sang putra.

"Jadilah penyidik profesional, jangan bawa perasaan pribadi di dalamnya." Nasihat sang ayah begitu jelas meresap ke sanubari. Adrian kini lebih tenang. Ia memang harus melaksanakan tugasnya dengan baik.

Bukan soal Alisha atau siapa. Bukan karena ia kakak kandung Adrian. Ini soal tugas, membela kebenaran, menunjukkan hal yang benar dan menghukum yang salah.

Adrian mencoba memejamkan matanya. Bergumul dengan malam, menanti pagi.

***

"Apa? Tersangka?" Alisha terlonjak mendengar panggilan dari kepolisian. Ia dinaikkan status dari saksi menjadi tersangka lantaran hasil laboratorium menunjukkan adanya sidik jari dan aroma parfum Alisha di tubuh korban.

"No!" Alisha berteriak.

Bimo mencoba memenangkan artisnya. "Please, Cha. Datang aja sesuai prosedur. Kalau elo menolak malah bakal makin susah."

"Gue nggak salah!" Alisha masih menyangkal.

"Nyatanya mereka nemu sidik jari elo! Aroma parfum juga, lo ngapain lagi si sama Alan?" Bimo menelisik.

"Hem ..." Alisha mendengkus. "Gue pelukan sama dia," jawab Alisha pelan.

"Gila lo!" umpat Bimo seketika. "Lo kenapa sih?" Bimo benar-benar tak habis pikir pada kelakuan Alisha. "Lo bilang udah nggak demen sama dia, napa peluk-peluk segala?" Bimo mengomel.

Alisha masih memijit keningnya. "Gue masih sayang," ucap Alisha jujur.

"Gila! Artis gue naif! Bucin akut!" Bimo mengoceh lagi.

"Mana gue tahu Alan bakal mati! Dia seharusnya tanggung jawab, bukan mati!" Alisha berseru. Tanpa sadar kalimat yang terlontar membuka rahasia yang selama ini ia simpan seorang diri.

"Tanggung jawab?" Bimo mengulang kalimat artisnya. Ia menatap Alisha lekat. Ada rasa penasaran menyeruak tiba-tiba. Bimo tahu, ada hal besar yang disembunyikan Alisha darinya. Sebuah rahasia yang hanya Alisha yang tahu, atau mungkin Alan juga tahu sebelum dia mati. "Tanggung jawab apa?" Bimo memelankan pertanyaannya sembari mendekat. Ditatapnya dalam-dalam gadis yang bertahun-tahun sudah ditangani karirnya.

Alisha masih terisak.
"Alisha, jawab!" Bimo mengguncangkan bahu Alisha. Tapi, gadis itu tetap bungkam.

"Tanggung jawab apa?" Bimo terus mengulang pertanyaannya. Rasa khawatir dugaannya benar membuat gusar.

Alisha terbenam di tangisannya. Air mata bak hujan yang meluncur deras dari muara netra. Ia tak bisa menghentikan lelehan kristal bening di pipinya. Tangisnya pecah memenuhi seluruh ruangan puluhan meter di atas tanah. Kaca bening memamerkan pemandangan puncak-puncak gedung pencakar langit.

Dari luar hanya tampak dua insan yang tergugu oleh kepedihan. Bimo memeluk Alisha penuh kasih, sesal singgah tanpa diminta. Ia hadir di akhir sebuah kesalahan.
"Maafkan aku," lirih bibir Alisha bergumam. Tapi isak tangisnya masih menghinggapi. Nada sendu di akhir suaranya.

***

Yeayyy.. Update dari Kak Puingpahing sudah bisa di nikmati.

Huhuuuu... Poor Alisha.
Emang lo ngapain sama Alan sih, Cha?
Tungguin terus, ya, update cerita mereka.

CIRCLE OF LOVE Where stories live. Discover now