14

31 4 0
                                    

"Sial," Aliman melempar berkas yang diberikan oleh asistennya. Kali ini ia telah salah memilih kambing hitam. Sekian lama ia menghindar untuk terlibat dengan Gusta Pratama , namun kali ini ia sudah terlanjur mengusik Macan Tua itu.

Aliman terlihat berpikir keras. Tentunya berusaha agar bisa lolos dari kesalahannya saat ini. Dia tak ingin jika sampai harus berurusan dengan Gusta Pratama, senior dalam dunia bisnis yang ia segani. Setelah sekian lama menghindar dan memilih jalan berbeda dengan Gusta, kini ia malah memotong jalannya di jalur yang berlawanan dengan Gusta Pratama.

Setelah puas memaki, dengan wajah merah ia memutuskan untuk pulang. Kali ini ia memutuskan pulang ke rumahnya, bukan kepelukan wanita-wanita muda yang memuja kantong tebalnya.

*

Fiat hitam yang terparkir di halaman depan mencuri perhatian Aliman. Tidak biasanya rumah utama menerima tamu.

Pelan Aliman melangkah memasuki pintu masuk. Sekilas memperhatikan nomor plat Fiat yang terparkir. Pintu terbuka sebelum Aliman menyentuh gagang pintu. Asisten rumah tangga yang selalu siap sedia untuk membuka pintu, membungkukkan punggung ketika Aliman melangkah masuk.

"Teman Non Cherry, Tuan," asisten sepuh itu menjelaskan tanpa menunggu pertanyaan dilemparkan.

Aliman mengangguk tipis mendengar penjelasan itu. Tak ingin mencari tahu lebih lanjut, ia melangkah naik menyusuri tangga mewah yang terlihat gagah menopang beban.

***

"Sekalian makan malam di sini, ya," Cherry berusaha membujuk Adrian agar bersedia untuk memperpanjang waktu bersamanya. Adrian hanya tersenyum sebagai jawaban, ia sudah mengatakan bahwa akan melanjutkan penyelidikan mengenai kasus kematian Alan.

Adrian paham, mengapa Cherry tak sedikit pun berminat untuk membahas masalah Alan. Cherry sudah menceritakan mengapa ia bisa bertunangan dengan Alan.
Ia juga paham bagaimana kondisi keluarga Cherry. Cherry sudah menceritakan semua hal tentang Alan. Serta kekecewaannya terhadap Aliman. Satu hal yang ia tak pernah tahu, hal yang tak akan pernah bisa Cherry ceritakan. Sebuah rahasia antara Cherry dan Aliman. Rahasia yang menjadi penentu nasib Alisha.

Kadang Adrian merasa sungkan dengan hubungan mereka. Dimana ia sebagai seorang penyidik, malah menjalin kedekatan dengan mantan tunangan korban dari kasus yang tengah ditanganinya. Namun Adrian selalu menulikan telinga untuk semua itu.

"Aku seneng loh, kamu mau main kerumah. Jadi ingat waktu jaman sekolah dulu, kan." Cherry berbicara sambil berjalan bersama Adrian setelah keluar dari kamar ibunya.

"Iya, terus kamu bilang ada tugas kelompok biar nggak usah les piano."

"Yang itu nggak usah diingat kali, bikin malu tau," Cherry mencubit tangan Adrian.

"Loh, bener kan. Aku nggak salah," Adrian mengelak saat Cherry ingin mencubit lengannya.

Sambil berjalan menuruni tangga, mereka terus bercanda.
Terdengar suara deheman yang menginterupsi percakapan keduanya. Aliman berada di bagian bawah tengah tangga, dengan jas yang tersampir di tangan kirinya. Cherry dan Adrian menghentikan langkahnya. Setelah berhenti sejenak, Aliman melanjutkan langkahnya menaiki tangga.

Saat melewati Cherry dan Adrian, Aliman meminta Cherry untuk menemuinya di ruang kerjan. Cherry hanya mendelikkan matanya.

Aliman urung memasuki kamar, ia memilih memasuki ruang kerjanya setelah melihat tamu Cherry yang datang berkunjung.
Ia merasa bingung, mengapa Cherry mengundang penyidik yang menangani kasus kematian Alan. Sambil memikirkan kemungkinan hubungan macam apa yang ada diantara Cherry dan si penyidik, Aliman menyulut sebatang cerutu.

Belum tuntas masalahnya yang melibatkan Alisha kedalam kasus Alan, kini putrinya malah mengundang penyidik yang bertanggung jawab untuk kasus kematian Alan kerumah mereka. Dilihat dari kedekatan mereka, Aliman yakin ada hubungan khusus antara keduanya.
Ia mengembuskan asap putih melalui mulutnya, mencoba melepaskan sebagian masalahnya bersama asap tebal itu.

Setelah mengantarkan Adrian, Cherry bergegas menemui Aliman di ruang kerjanya. Tanpa mengetuk ia langsung mendorong pintu besar yang terbuat dari kayu Jati tersebut. Setelah menutup pintu, Cherry menghempaskan tubuhnya di sofa panjang berwarna abu-abu yang ada di ruangan itu. Aliman tak terusik dengan kelakuan Cherry. Ia sudah mulai terbiasa dengan usaha pemberontakan Cherry terhadap dirinya.

Setelah lama saling mendiamkan akhirnya Cherry membuka suara, "Papa mau bicara apa? sengak Cherry kelamaan di sini." ucapnya yang tak langsung direspon. Aliman memandang putrinya, lalu kembali mengembuskan asap putih cerutunya yang masih tersisa sepertiga.

"Kamu ada hubungan apa dengan penyidik itu? Bukankah dia salah satu penyidik yang menangani kasus Alan." Aliman langsung bertanya pada Cherry.

"Namanya Adrian." sahut Cherry. "Cherry sudah kenal dia dari jaman sekolah. Dan baru ketemu lagi sekarang."

"Harusnya kamu tidak terlalu akrab dengan penyidik itu. Kamu tidak sadar dengan resikonya," ucap Aliman dengan tegas.
"Apa yang kita sembunyikan bisa saja terbongkar, harusnya kamu sudah paham hal seperti ini." nada Aliman mulai meninggi.

"Harusnya Papa bisa menyelesaikan semuanya. Ngapain ribut-ribut bahas ini lagi!"

"Kamu lupa, kalau yang menyebabkan kematian Alan itu kamu!" Aliman menggebrak meja.

Cherry tersentak, Aliman menyebutkan lagi kejadian itu. Dadanya turun naik menahan amarah. Teringat lagi kejadian nahas malam itu.

"Asal Papa ingat, semua itu terjadi karena Papa! Semua kelakuan buruk Alan pada Cherry apa Papa lupa?!" Cherry menghamburkan majalah dan berkas-berkas yang ada di atas meja.

"Berani kamu membentak Papa, hah!" Aliman berang terhadap sikap Cherry.

"Lalu Cherry harus berbicara seperti apa, pada orang yang sudah tega menjual putrinya sendiri demi sebuah kesepakatan!"

Cherry melangkah menuju pintu keluar, dan sebelum membuka pintu Cherry berbalik untuk berbicara kembali pada Aliman.
"Kalau Papa merasa tidak sanggup mengatasi hal ini, serahkan saja Cherry pada Polisi. Bereskan."

Tanpa mereka sadari seseorang yang tak seharusnya mendengarkan pembicaraan mereka, berdiri di balik pintu dan menyimak semua pertengkaran mereka.

***


CIRCLE OF LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang