20.

29 7 0
                                    

Ketika ujian memberikan pil pahit
Jangan langsung kau muntahkan
Karena penawar terasa begitu pahit
Selalu

***

Adrian kebingungan, sebenarnya apa maksud dari telepon Cherry barusan?
"Tolong," sepotong kalimat yang terpotong karena sambungan diputuskan tanpa salam, membuat Adrian berpikir hal yang tidak-tidak telah terjadi pada Cherry.

Ting

Balon pesan berwarna hijau muncul di layar utama gawai Adrian.

Cherry mengirim pesan. Segera Adrian membuka pesan tersebut.
"Mama kolaps, Rumah Sakit Persada Bakti," isi pesan Cherry kepada Adrian.

"Apalagi ini Cher, kejujuran kah?" bathin Adrian membuat tanya.
Mengabaikan rasa ragunya, Adrian meraih kunci mobil. Menyusuri jalanan dengan pikiran terbelah, Adrian menyusul Cherry untuk mengetahui keadaan sang ibu.

Dengan tergesa Adrian menyapa resepsionis yang bertugas saat itu. Tanpa basa basi Adrian bertanya pada petugas perihal nyonya Yustanagara yang tengah dirawat.

"Nyonya Yustanagara baru saja di pindahkan ke Gedung Aster, lantai 3 kamar nomor 1137," ucap petugas resepsionis kepada Adrian.
Hanya ucapan terima kasih dan seulas senyum sebagai balasan dari Adrian.

Dengan langkah tegas, Adrian Menyusuri lantai Rumah Sakit menuju ruangan tempat perawatan ibu Cherry.

Adrian berpapasan dengan beberapa orang saat menuju kamar 1137, semua terlihat penuh beban. Rumah sakit adalah tempat yang berada pada daftar terakhir tempat yang ingin didatangi Adrian.

Adrian mengatur perasaannya, tak ingin ekspresinya terpengaruh oleh kecurigaan-kecurigaannya terhadap Cherry. Adrian mengetuk pelan pintu bernomor 1137, berjeda sekitar lima detik ia memutar gagang pintu dan membukanya.

Terlihat seorang wanita terbaring lemah dengan berbagai alat medis tersambung pada tubuhnya. Ditemani seorang wanita yang sangat dikenali oleh Adrian, wanita yang kini membuatnya harus menekan dalam sebuah perasaan yang membuncah.

Wanita itu tersenyum dengan wajah lelah, lalu mengangguk pada Adrian yang masih berdiri di depan pintu.
Perlahan Adrian menutup pintu kembali, aroma obat-obatan segera menguar memenuhi indra penciumannya. Cherry menyongsong Adrian dan mempersilahkannya duduk pada sofa yang tersedia di ruangan yang seluruhnya bernuansa putih.

"Maaf lama, jalanan macet," Adrian memulai percakapan.

"Nggak apa-apa," sahut Cherry.

"Gimana Mama? Kenapa bisa gini," Adrian bertanya.

"Nggak tau juga, padahal dokter Rian baru aja datang kemarin buat kontrol keadaan Mama. Dan semuanya normal aja, kondisi Mama stabil." Cherry hampir menangis saat bercerita tentang keadaan ibunya.

Adrian menyimak penjelasan Cherry. Ia mengelus punggung Cherry untuk menguatkan gadis itu. Apakah mungkin wanita di hadapannya ini melakukan sesuatu yang buruk.

" Papa kamu di mana," Adrian mencoba mengalihkan suasana dengan menanyakan keberadaan ayahnya.

"Sibuk," hanya itu jawaban yang di berikan oleh Cherry. Tak berniat untuk melanjutkan pembicaraan mengenai ayahnya.
Cherry mendekati ibunya, memastikan cairan infus yang terus menetes.

Adrian duduk diam, dan memperhatikan Cherry yang merapikan selimut ibunya. Tiba-tiba terdengar pintu dibuka, seseorang memasuki ruangan.

Aliman berjalan dengan tegas mendekati Cherry yang berada di dekat ranjang istrinya, hanya sekilas ia menatap Adrian yang ikut berdiri menyambut kedatangannya. Menunjukan ketidak-sukaannya terhadap Adrian secara jelas.

CIRCLE OF LOVE Where stories live. Discover now