25

24 6 0
                                    

Ditulis oleh Kak Puingpahing

*****

Lorong sunyi ku lewati
Terjal jalan berliku
Siapa hendak mengadu
Bak nyawa melayang mati

***

Daaaarrrr

Dentuman suara menggelegar dari benturan sebuah truk besar yang menghantam sisi kanan sebuah mobil Hyundai hitam.

Seketika hening. Hanya kepulan asap yang membumbung perlahan. Pintu truk besar itu terbuka perlahan, sosok di dalamnya menoleh ke kanan dan kiri lalu berlari menjauh ke kegelapan malam. Sementara di dalam mobil hitam yang sudah penyok itu sosok berdarah tersungkur setelah pintu mobilnya terbuka.

"Monitor-monitor!" Suara interkom terdengar.

"A-ku." Napas terengah dari sosok berdarah itu, "km 72, barat da-ya." Dan napasnya kini terhembus pelan selanjutnya ia tergeletak, tangannya melepas interkom perlahan. Hanya degup jantung lirih.

***

Adrian berlari di koridor Rumah Sakit Kepolisian. Kabar yang tak pernah ia duga, Suhendi bukanlah seseorang yang pantas untuk mengalami kecelakaan lalu lintas. Meskipun itu hal yang sangat umum dan bisa terjadi pada siapa saja. Namun, cara Suhendi mengemudikan mobil sangat hati-hati. Ia pernah di divisi lalu lintas sebelum menjadi penyidik reskrim, ia sangat menaati aturan lalu lintas. Kecepatan mobilnya pun standar, Suhendi hampir tidak pernah mengebut kecuali dalam pengejaran itu pun ia pasti menyalakan sirine.

"Truk itu menerobos lampu lalu lintas," terang polisi lalu lintas yang menangani kasus kecelakaan Suhendi. "Sayangnya, truk itu dicuri saat pengemudinya beristirahat di rest area. Dan pencuri truk itu kabur, jadi perusahaan pemilik truk tidak bertanggung jawab atas kecelakaan tersebut."

Adrian mengangguk lemah sembari menatap kawannya yang terbaring tak berdaya dengan berbagai peralatan medis di tubuhnya.

Wajah Suhendi terlelap. Seakan patung tidur terdiam. Ia menyimpan sesuatu yang dalam. Sesuatu yang Adrian cari tapi tak bisa ia tanyakan. Seandainya saja Adrian bisa membangunkan Suhendi kala itu.

"Egois sekali kalau aku memintanya bangun untuk menanyakan kasus itu," batin Adrian. Tentu saja, ia lebih mementingkan kesembuhan Suhendi. Meski ia tidak mengabaikan usaha mencari titik terang dalam kasus yang bak benang kusut itu.

Belum lagi, keluarga korban selalu menginginkan segera menghukum pelaku. "Tidak, ini tidak semudah itu." Adrian memukulkan kepalan tangannya ke tembok. Matanya terpejam menyadari hal yang menimpa orang-orang di sekitarnya, mulai dari Cherry, Alisha, dan kini Suhendi,  sahabat sekaligus rekannya sendiri.

"Adrian." Suara seorang gadis tepat di samping Adrian. Penyidik muda itu pun menoleh. Ditatapnya gadis yang selama ini ia ingin sekali temui.

"Cherry," sapa Adrian seraya menoleh ke arah Cherry yang berdiri di sampingnya.

"Aku mendengar Suhendi kecelakaan," ucap Cherry singkat.

"Kamu mengenalnya?" tanya Adrian penasaran.

"Ah?" Cherry tampak terkejut sesaat tapi ia lantas menjawab. "Aku dan Suhendi masih kerabat," jawab Cherry berusaha tenang.

"Kerabat?" Adrian mengeryit. Bagaimana bisa, Adrian sama sekali tidak tahu kalau Cherry dan Suhendi adalah kerabat.

"Kamu, cukup terpukul bukan karena dia sahabat karibmu?" Cherry bertanya.

Adrian mengangguk mengiyakan.  Keduanya lantas berjalan keluar dari rumah sakit bersama. Dan berhenti di sebuah kedai tak jauh dari rumah sakit itu.

CIRCLE OF LOVE Where stories live. Discover now