Bab 16

103 10 0
                                    

Meski tak setampan Hadi, namun Bisma tetap memiliki daya tariknya sendiri. Wajahnya yang teduh dan sikapnya yang santun membuat semua orang yang mengenalnya merasa segan dan selalu menghormatinya. Terlepas jabatannya yang cukup prestisius sebagai salah satu direktur BUMN di Kota Bandung.

Wajah yang tampak berseri, bukan karena perawatan seharga jutaan rupiah melainkan semata karena selalu basah karena air wudu. Bisma sangat mencintai dan selalu berharap bisa segera menghalalkan Gina, terlebih saat tahu bahwa Gina sudah tak lagi menjadi istri laki-laki yang telah mengalahkankannya beberapa tahun lalu. Walau demikian, Bisma tak ingin terburu-buru dan mencoba memberikan waktu bagi Gina untuk meyakinkan perasaannya sendiri sebelum bisa pinangan dari Bisma.

Dari sosok Bisma Gina belajar banyak hal, khususnya tentang ilmu-ilmu kehidupan yang tak pernah diperolehnya di bangku sekolah. Tutur kata Bisma selalu bisa memberikan satu pemahaman dan hukum agama tanpa harus bersikap menggurui sehingga Gina bisa merasa nyaman saat berdiskusi banyak hal dengan laki-laki yang tampak jauh lebih bijak dibandingkan saat terakhir Gina berkomunikasi.

Mengingat semua hikmah yang ditunjukkan Bisma, membuat Gina sangat malu dan sangat tertampar dengan sendirinya. Gina sudah mengabaikan ajaran agama terlalu lama, selama ini fokusnya hanya bagaimana bisa mengejar kebahagian dunia semata sampai benar-benar mengabaikan akherat. Padahal mengejar dunia semata itu laksana meminum api, semakin diminum maka rasa haus akan semakin merongrong untuk dipuaskan.

Sedikit demi sedikit Gina mulai belajar mengenakan pakaian yang lebih tertutup meski belum siap untuk berhijab. Setidaknya mata liar laki-laki yang suka menggerayangi paha putih mulusnya setiap kali dirinya keluar rumah tak lagi mendapatkan santapannya. Buku-buku agama yang dibelikan oleh Bisma pun coba mulai dibaca dan dipelajari.

Dengan hadirnya Bisma, sedikit banyak membawa dampak dalam perekonomian Gina. Acap kali tanpa diminta pun Bisma dengan suka rela memberikan bantuan, baik berupa tenaga, waktu maupun finansial. Dengan tambahan modal yang diberikan secara sukarela dari Bisma, membuat bisnis daring yang dijalankan Gina semakin berkembang pesat dengan jenis jualan yang semakin beragam dengan promo yang gencar di berbagai sosial media.

Pundi-pundi rupiah sedikit demi sedikit bisa Gina kumpulkan. Meski tidak tidak full time, setidaknya Gina bisa mempekerjakan salah satu tetangganya untuk membantu pekerjaan rumah dan menjaga Larasati saat sang mama harus keluar rumah untuk berbelanja barang-barang yang akan dijual atau pun mengirimkan paket pesanan pelanggan. Bukan hanya itu, agar lebih memudahkan Gina setiap kali hendak beraktivitas keluar rumah, Bisma sengaja meminjamkan salah satu mobilnya yang selama ini mangkrak di garasi.

Mobil yang dipinjamkan Bisma bukan mobil mewah atau pun mobil keluaran terbaru dengan harga ratusan juta atau bahkan milyar. Hanya sebuah mobil sederhana dengan kapastitas penumpang maksimal lima orang. Namun hal inii sudah cukup membuat kehebohan sendiri di lingkungan tempat tinggal Gina.

Jika gosip tentang Gina yang melakukan ritual terlarang dengan mengorbankan Larasati demi mempertahankan kecantikannya sudah sangat basi, gosip baru muncul. Gina dipergunjingkan sebagai wanita simpanan om-om kaya atau pejabat tinggi di Kota Bandung.

Mobil yang Gina kendarai sekembali dari klinik tumbuh kembang berjalan pelan saat memasuki jalan kampung. Seorang gadis dengan dandanan menor dan pakaian sangat terbuka tampak tergopoh-gopoh mencoba menghentikan laju mobil Gina. Meski secara pribadi Gina tak pernah suka dengan putri Bu Euis itu, demi menjaga kesopanan dia tetap menghentikan mobilnya dan membuka kaca samping.

"Teh, ajari dong! Nisa juga pengen jadi istri simpanan om-om kaya atau pejabat sukses biar bisa punya mobil, tas dan baju-baju mahal!" Anisa tampak mengerling genit ke arah Gina.

Gina mendengkus kesal. Drama apa lagi yang saat ini menimpa hidupnya, tak bisakah warga kampung berhenti untuk ikut campur dengan urusan pribadinya. Bukan Gina tak mendengar desas-desus yang beredar, namun dia merasa jengah jika harus menanggapi setiap omongan miring dan memilih untuk pura-pura tak tahu.

Jangan Ada Lara (Tamat)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant