6° - Jealous 🌖

98 46 1
                                    

Hanya beberapa inci dirinya berdiri, sinar nya tak akan pernah redup Dimata Yui. San itu si dingin congkak bermulut pedas, bahkan sekedar membalas senyuman saja malas. Hatinya sempat sakit beberapa kali, tentu saja karena omongan-omongan pedas dari San. Tapi nyatanya Yui menyukainya, apalagi ketika San mendekat hanya untuk menggertak gigi lalu memasang wajah garang,  menurutnya itu lucu. Yui tak tau perasaan apa ini, yang ia pahami hanyalah degup jantung yang tak beraturan. Hanya desiran sekilas yang mengalir dari pembuluh darah nya. Dari semua jenis manusia yang ia temui, hanya seorang Choi San yang dapat Yui pandang lebih dari satu menit walaupun tanpa sebuah percakapan pasti.

Mungkin perumpamaan San itu seperti pelangi, semakin indah warnanya, semakin jauh ia akan pergi. walau kau mencoba untuk mendekat sekalipun, ia akan terus menjadi makhluk indah yang tak mau di puji. Hanya 1 : 1000, seperti beberapa serbuk bunga yang terlempar terbawa kunang-kunang, terlihat seperti Udumbara yang mekar hanya setiap 3000 tahun sekali. Seseorang seperti Choi San itu langkah dan sangat mustahil jika Yui sampai bisa mengenalnya.

Beberapa hal tak bisa di jelaskan lebih rinci, karena Yui menganggap kalau dirinya hanya terlalu berharap. San masih mengijinkan dirinya mampir walau dengan alasan-alasan tak logis di setiap harinya. San juga masih mau mendengar cerita-cerita Yui dan Grace. Bahkan beberapa kali Yui sering menangkap dari sudut ekor mata, Choi San diam-diam memperhatikan nya. Tapi tetap saja Yui masih merasa itu hanyalah fatamorgana di tengah gurun panas yang Yui bangun sendiri, berharap San datang menyiram setetes air pun menurut nya itu mustahil.

~Th£ miSt~

Pondok kecil San terasa lebih hidup semenjak Yui dan Grace  berkunjung, tak ada sela di sudut-sudut rumah yang kosong. Biasanya semua terasa suram hanya karena beberapa tempat yang tidak terisi. Atap berjamur Minggu lalu juga mereka ganti.

salah satu alasan San mengijinkan mereka mampir adalah ketika kehadiran dua gadis dungu itu membuat rumah nya sedikit lebih bersih. San sempat menolak, tapi mereka bersikeras. Yui dan Grace sering datang ke hutan namun tak pernah ada tempat se nyaman pondok kecil San. Bahkan menjadi pembantu dadakan pun tidak apa-apa, dan Choi San tidak keberatan akan hal itu. Mereka disini juga tak sampai malam menjelang, waktu dimana San harus benar-benar sediri, melakukan pekerjaannya.

Hari ini Grace datang dengan Yui di sampingnya, membawa banyak Snack dan beberapa jus jeruk. Mengajak San piknik di dekat danau, 200M dari pondoknya. Malas, tentu saja, pekerjaan San sangat melelahkan ia sempat membentak Yui bahkan keluar kata-kata menusuk yang membuat gadis itu tertunduk Kelu. Hingga akhirnya Yui menyerah, memilih menyusul Grace di danau tanpa San bersamanya.

"piknik?! Oh Gosh... Aku lelah, apakah kalian tidak malu, kalian sudah dewasa dan masih bersikap seperti anak kecil"  Yui mengingat beberapa kalimat yang San katakan. Dia mengira San tak seperti semua orang, dia mengira San tak pernah menganggapnya seperti anak kecil. Han Yui hanya ingin piknik, makan di samping danau, apa yang salah dari ajakan itu?.

Sedangkan punggung layu Yui telah pergi, hilang di telan kabut tipis. San berbalik arah mencoba masuk kembali, meneruskan tidur pagi nya. Hingga knop pintu kamar ia buka, tertahan di sana, ia tak bergeming sama sekali. Hanya menatap kasur hitam yang berantakan akibat guncangan hebat Yui ketika membangunkannya. Terbesit perasaan tak enak, seorang Choi San merasa tidak enak itu mustahil. Lelaki itu egois dan tidak memperdulikan nasib orang kalau itu masalah mu, yasudah itu akibat yang harus kau tanggung kata-kata yang selalu terlintas di kepalanya setiap waktu.

San menarik rambut frustasi, jantung nya seakan memerintahkan nya agar segera pergi dari sana, menuju Yui dan meminta maaf. Degup nya cepat, perasaan tak enak selalu menghantuinya dari beberapa sisi. Bahkan rasa mual sedikit terasa, ada apa dengan dirinya? San sendiri saja bingung.

THE MISTDove le storie prendono vita. Scoprilo ora