16 ° - Laluna 🌘

56 14 4
                                    

Langit masih saja bergemuruh, membiarkan para petir mengecup dataran bumi. Berwarna biru bercabang tak henti-hentinya jatuh dari atas langit. Atmosfer kamar masih saja terasa sama, dentuman jelas dari balik jendela kamar. Menyerukan teriakan malam, membangunkan beberapa orang yang masih bergelut di atas mimpi-mimpi nya.

Termasuk Choi San. lelaki itu masih dengan dekapan yang sama, mengelus pucuk rambut Yui. Sedikit berirama membuat nada-nada acak. Intip nya dari sudut ranjang, menatap keluar jendela dengan perasaan was was, akan kah besok masih terasa sama.

"Dia sangat mirip dengan ibunya"

Seonghwa berdiri di balik pintu yang sedikit terbuka, menyilang kan kedua tangannya lalu menatap Yui dengan sendu. Merindukan seseorang yang tak akan pernah bisa merindukan nya kembali. Mencintai seseorang yang bahkan mencintai orang lain. Seseorang dimasa lalu, seseorang yang pernah membuatnya tidak berkedip hanya karena paras menawannya. Seseorang yang pernah membuatnya rela menahan perasaan agar persahabatan mereka tidak hancur diatas perasaan yang dinamakan cinta.

Choi San tersenyum. Masih dengan hal yang sama, gadis yang berada di dada nya masih saja tertidur tak berkutik sama sekali.

"Tolong jaga dia, jangan seperti diriku yang tidak berguna ini" ucap seonghwa yang mulai membalikkan badan.

"Itu takdir ketua, bukan kesalahan mu" perkataan San membuat Seonghwa berhenti sejenak, lalu menghela nafas nya panjang dan kembali berjalan dengan senyuman kecil di wajah rupawan nya.

"Ah iya aku lupa, kita akan rapat berapa saat lagi, bersiaplah" Setelahnya ketua itu pergi, meninggalkan jejak2 kecil di lantai marmer berirama lurus menggema di lorong-lorong lantai atas.

Ruangan itu redup, angin hanya berpasok dari luar begitupun cahaya, hanya beralaskan bulan menapak langsung dari sela-sela jendela. Tak ada yang berbeda dari malam-malam sebelumnya, hanya saja dengkuran halus milik Yui membuatnya enggan berdiri, hanya ingin terus mengelus pucuk rambut gadis itu.

Ketika sinar bulan mendarat sempurna di wajah terlelap Yui, San merasakan degupan hebat. Pasokan oksigen nya seketika terhenti.

Mungkin ini bukanlah perasaan yang san inginkan, bukan juga status yang ingin ia perjelas kan. Ia hanya berdiri di atas ego dan janjinya. San hanya tak ingin mengakui ke elok an Han Yui. Namun nyatanya dia masih saja menatap gadis itu dengan tatapan yang sama. Tatapan sendu yang tak ingin lepas dari sumbu nya.

Choi San yakin, ia tak membuat kegaduhan sedikit pun. Bahkan ia rela mengatur nafas beratnya agar tak terlalu terdengar oleh Yui. Tapi gadis itu malah terbangun. San menghentikan kegiatan mengelusnya lalu meraup wajah kecil di depannya.

"Sudah bangun hmm?"

Ah sial

Batin Yui saat itu,

Oh ayo lah, Yui baru saja berjanji untuk menganggap semua ini hanyalah ilusi semata yang ia ciptakan di dalam imajinasinya. Mengatakan seribu kali kata bahwa Choi San hanya menganggapmu adik, ia hanya mengasihani dirimu. Mencoba mengingat ratusan kata menyakitkan yang pernah San ucapkan untuknya. Mencoba untuk tidak terlalu jatuh akan perasaan, namun sekali lagi Choi San berhasil menang kembali, menyerukan kemenangan dengan perlakuan-perlakuan manis andalannya.

Yui hanya mengangguk, mencoba memutus kontak mata di antara mereka. Dan san malah menangkup wajahnya, mengarahkan mata mereka dengan satu tujuan yang sama. Mereka saling bertatapan muka, namun dengan arah mata yang berbeda.

Yui masih saja mencoba melirik ke segala arah, tapi tidak dengan kedua mata San. Mata tajam itu, seakan menghipnotis nya perlahan.

"Tatap aku"

THE MISTWhere stories live. Discover now