7° - Lover 🌗

70 29 0
                                    



Sudah seminggu, sudah 7 hari kedua gadis dungu itu tak mengunjunginya. Aneh, San merindukan mereka. Padahal sebelumnya kesunyian adalah hal yang rumlah di kehidupannya. Sekarang Choi San sedang terduduk di atas balkon, seperti hari-hari lalu, sebuah kebiasaan rutin menatap langit di waktu-waktu luang. Gumamnya pelan menyebut nama Grace dan Yui, seakan memikirkan dimana mereka ini sebenarnya. Choi San bosan, biasanya suara teriakan mereka akan selalu terdengar di ruang-ruang rumah nya. Sangat nyaring bahkan terkadang membuat San bangun dari tidur siangnya, dan baru sekarang ia menyesal karena beberapa kali membentak mereka.

Sekali lagi San merasakan sepi, sebuah rasa yang pernah ada kala ia masih mempunyai hati di masa lalu. Lelaki bermarga Choi itu pernah hidup bersama kasih dan rasa, sebelum curiga datang dan mempengaruhi seluruh indera perasa nya, termasuk hati. Harga dari rasa percaya sangatlah mahal bagi Choi San, semenjak hari itu ia benar-benar tak ingin mengenal orang baru lagi. Namun kedua gadis itu seakan menerobos masuk pertahanan nya. Termasuk Han Yui, si anak ceroboh yang selalu merasa terkuat, padahal hatinya serapuh cokelat yang melebur jika terkena panas. Gadis itu akan menggumam hingga puas, namun akan menangis jika ketahuan lalu dibentak.

Choi San tersenyum, melihat kenangan-kenangan bodoh dari gadis bernama Han Yui. Walau tetap saja lelaki itu berusaha menampar wajah nya pelan frustasi. Mencoba tak terlalu jauh memikirkan Yui, Choi San tak ingin jatuh di lubang kekecewaan lagi. Karena sejatinya ia telah berjanji untuk tidak jatuh cinta lagi.

Choi San pernah merasakan kehilangan, ia pernah menangis hanya karena sesosok makhluk hidup bernama wanita. Ia pernah bertekuk lutut hingga tak peduli tanah apa yang tengah ia cium. Bahkan kotoran pun akan ia tempelkan di pucuk hidung, jika itu keinginan wanita nya. Dia tertawa miris ketika mengingat betapa bodoh nya ia dimasa lalu.

Hingga genangan air hujan yang telah penuh kembali membentuk gelombang lingkaran, rintik-rintik hujan kembali datang. Kabut yang awalnya  tipis menjadi lebih tebal dari sebelumnya. Sesosok gadis berjaket merah datang bersama lelaki bertopi fedora di sampingnya. Mereka bergandengan tangan, berjalan beriringan yang di arahkan oleh lelaki itu. Si gadis buta dengan tongkat putih dengan gantungan kelinci.

"Oi Choi San!"

Teriaknya menggema, sebuah suara nyaring khas nya. Dan senyum manis itu mengembang, memperlihatkan gigi putih yang berjejer rapi. San hanya mengangkat sebelah alisnya sambil meninggikan dagu . Mereka masuk tanpa permisi, sebuah kegiatan yang rutin dilakukan, mengunjungi San, dan menganggap rumah ini milik mereka.

"Long time no see babe"

Wooyoung, pria manis itu datang mencoba mencium pipi San.

"Menjauh lah kau sialan!"

Ketukan keras dari San, membuat lelaki itu mengusap tulang tengkoraknya.

Sedangkan dia, Aira. Masih terduduk diam, mencoba meletakkan beberapa pasokan makanan dari dalam kantong kertas belanja. Meletakan mereka asal di meja, bahkan beberapa ada yang terjatuh.

"Biar aku saja"

Wooyoung dengan sigap membantunya, memasukkan beberapa makanan ke lemari pendingin. Aira tersenyum tipis, matanya memang telah mati, namun binar-binar mata itu seakan tak pernah hilang.

"Lapar?" Ucap Wooyoung

"Iya" jawab San antusias

THE MISTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang