BAB 6 : ALIASI (2)

925 263 54
                                    

Arena sirkuit Blueries Gang, beberapa jam setelahnya.

Arjuna tidak akan mengalah, terlebih lagi dalam hal adu mekanik di sirkuit Blueries Gang yang biasa menjadi tempatnya bermain. Akan lebih memalukan jika ia kalah dari Hiro, seseorang yang ia anggap aneh dan gila.

Peluangnya menang semakin besar dan rasa percaya dirinya memuncak drastis. Sekali lagi Arjuna tersenyum puas melihat mobil Hiro tertinggal di belakangnya.

Sirkuit yang tidak terlalu tajam bahkan sekalipun berbelok menjadi sebuah peluang besar. Dan bukan hanya sekali dua kali Arjuna bermain di sirkuit Blueries Gang. Semua fakta tersebut sudah membenarkan betapa Hiro kalah telak dari Arjuna.

Namun sepertinya kegembiraan Arjuna tidak bisa bertahan lama. Seperti sebuah cuaca yang cepat berubah, maka begitulah gambaran pertandingan saat ini. Sejak awal mengenal Hiro, Arjuna sadar jika meremehkan Hiro sama saja bunuh diri. Firasatnya tidak salah tentang Hiro. Sebab sekarang, perlahan Hiro menyusul mobilnya. Sekalipun Arjuna menginjak penuh pedal gas, sama sekali tidak memberi jarak untuk meninggalkan mobil Hiro.

Spontan Arjuna menoleh ke samping ketika mobil Hiro mulai melewatinya. Kaca mobil yang tidak terlalu gelap membuat Arjuna bisa melihat sosok Hiro yang sangat menyebalkan tetap berwajah datar.

Apa Hiro tidak memiliki emosi?

Senyum Arjuna silih berganti menjadi kebingungan. Rasa penasaran menggerogoti hatinya. Bagaimana mungkin Hiro yang nampak seperti amatir bisa melewatinya yang sudah mendarah daging dengan arena balap?

Atau sejak awal Hiro bukan lah amatir, oleh karena itu juga menawarkan taruhan di sirkuit sudah diperhitungkan olehnya?

"Bangsat!" Arjuna memukul stir mobil, otaknya bekerja lebih keras lagi mencari solusi supaya ia bisa memenangkan balapan ini.

Arjuna tidak menyerah, terus mengotak-atik mesin supaya melaju lebih cepat. Melewati pepohonan di kiri kanannya dan mengabaikan angka seratus yang baru saja ia lewati. Hanya butuh beberapa waktu lagi sampai terlihat garis finish di nol kilometer.

"Hah? Ngapain coba?" Arjuna mengernyitkan kening, heran melihat mobil Hiro melaju aneh di depannya.

Arjuna tetap memfokuskan pandangannya lurus ke depan, tidak sedikit pun melambatkan lajunya. Sedikit lagi ia bisa menghampiri Hiro.

Sedikit lagi.

Sudah sembilan puluh enam kilometer....

Sedikit lagi....

Sedikit-

"Anjing!" Arjuna memekik terkejut bersamaan dengan mobil yang terpaksa ia belokkan ke kiri. Hanya itu satu-satunya cara supaya tidak menabrak mobil Hiro di depan.

Mobil Arjuna yang tiba-tiba banting setir berbelok kiri melaju dengan posisi miring, hingga tak berselang lama mobil Arjuna kehilangan keseimbangan dan jungkir balik beberapa kali, menimbulkan bunyi decitan berisik akibat bergesekan dengan aspal.

Sampai akhirnya mobil berhenti sepenuhnya.

Arjuna memejamkan mata, membuka bibir supaya oksigen masuk ke dalam paru-parunya yang sesak. Debar jantung masih terus berpacu kencang.

Ia selamat.

Walaupun kepalanya terbentur dan darah segar mengalir membasahi keningnya dan tangan kirinya patah, setidaknya ia masih hidup.

Arjuna meringis merasakan tubuhnya yang teramat sakit. Ia buka kedua matanya, memperhatikan keadaan mobilnya yang berada di posisi terbalik. Mobilnya mengalami kerusakan parah dan asap mengepul keluar dari mesin. Ia harus segera keluar dari sini. Namun tubuhnya sangat sulit digerakkan, kepalanya sakit.

The King : Battle of Imperium SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang