BAB 7 : PRINCESS (1)

974 259 30
                                    

"Kenapa lo natap gue kayak gitu?" tanya Naomi tak tahan, seketika mengalihkan perhatiannya yang semula pada buku. Berganti melipat tangan di depan, menancapkan fokus tajamnya pada sosok Arjuna.

"Biar lo risih," jawab Arjuna dengan seringai menyebalkan. Tepat sasaran seperti apa yang dirasakan Naomi sekarang. "Terus lo cabut dari kelompok ini.”

Naomi memutar mata malas, mendengus sarkas. "Lo mau nyingkirin gue dari kelompok ini?"

"Kayaknya asik." Tanpa berpikir panjang, Arjuna menjawab yakin. Menghempaskan punggung ke sandaran kursi, seakan mengejek Naomi dengan ekspresinya yang tengil. Sembari memasukkan camilan yang tersisa di atas meja ke dalam mulut.

Naomi malas meladeni Arjuna. Tapi laki-laki ini tidak akan berhenti sebelum mendapat respon. "Sebelum itu terjadi, lo yang bakal angkat kaki sendiri dari sini—" belum rampung, perkataan Naomi dipotong laki-laki itu dengan seenak jidat.

"Nggak perlu nanti. Nih, sekarang juga gue angkat kaki." Arjuna mengangkat kedua kakinya dalam konteks yang berbeda. Kelakuan minusnya semakin menyulut emosi Naomi. Tapi gadis ini kontrol sebaik mungkin supaya Arjuna tidak kesenangan. Rasanya Naomi ingin mematahkan tangan Arjuna yang satunya.

Sesaat Naomi melirik Hiro dan Mahesa yang tak jauh duduk dari mereka seakan tengah mendiskusikan sesuatu. Lalu menatap Arjuna kembali. “Kelompok ini punya keuntungan karena merekrut gue sebagai sekutu, di mana posisi gue bakal sangat berguna buat mencapai puncak dan menguasai Imperium."

Arjuna mendecih. Naomi melanjutkan setelah mendapat perhatian Hiro dan Mahesa. "Tapi kelompok ini juga punya kesalahan karena ngejadiin lo sekutu, di mana keberadaan lo nggak bakal berguna, cuma jadi beban. Pembuat masalah, bisanya pake otot aja. Otak udang!"

"Apa lo bilang? Ulangin!" pekik Arjuna.

Sial. Arjuna tidak suka direndahkan, apalagi oleh Naomi yang angkuh dan menganggap dirinya selalu di atas orang lain. Lihat saja air wajah gadis itu, walaupun tenang namun mematikan. Arjuna jadi kesal sendiri. Dengan satu tangannya ia menggebrak meja, berdiri. Menuntut penuh atas ucapan Naomi tentang dirinya.

“Woi! Udah napa!” Mahesa berusaha melerai namun nihil. Bahkan sekarang Naomi sudah melemparkan benda yang berada di dekatnya tanpa ampun pada Arjuna.

Sedangkan Hiro sedari tadi menyadari hal lain pada Mahesa. "Kenapa?" tanyanya tak terlalu keras. Menyadari Mahesa tidak hanya memperhatikan adu cekcok antara dua anggota barunya, tetapi fokus penuh pada Naomi.

"Gue nggak nyangka aja dia mau gabung."

Hiro mengerti, namun tidak menanggapi lebih pernyataan Mahesa atau kebingungan yang belum ditemukan jawabannya itu. Karena sekarang, Mahesa yang menelisik netra Hiro, menyadari adanya petunjuk yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan menyebalkan yang saling berbenturan di otaknya.

Hiro lebih memilih memutar kepala, ikut menatap ke arah Naomi yang masih diserang deretan kata-kata kejam dari Arjuna. Dalam hitungan sekon, rekaman kejadian kemarin terulang kembali di bagian otak dalamnya.

👑👑👑

Kemarin. Jam pulang sekolah.

Naomi mematri langkahnya menyusuri koridor bangunan sayap timur. Hanya ada segelintir murid yang masih bertahan di sekolah karena ekstrakurikuler atau bahkan memang malas pulang dan ingin lebih lama di sekolah untuk belajar tambahan. Bukannya belok kanan di mana gerbang keluar berada, gadis itu mengambil arah berlawanan. Menuju wilayah yang semakin jarang dijamah murid lain, sepi, semakin senyap. Kalau bukan karena selembar kertas yang ia temukan di kolong mejanya, di mana meminta Naomi untuk pergi ke belakang sekolah selepas jam terakhir, ia mana mau. Alasan paling kuat yang membuat Naomi mengikuti, si pengirim ingin menunjukkan hal menarik pada Naomi.

The King : Battle of Imperium SchoolWhere stories live. Discover now