BAB 9 : THE TWINS (1)

973 261 40
                                    

Malam itu Hiro melangkah keluar kamar apartemen setelah mendapat chat dari Floella. Ia memang memberikan nomornya pada Floella, meminta gadis itu mengabarinya perihal jawaban menerima atau menolak tawaran menjadi sekutu.

Di taman apartemen yang luas dihiasi lampu taman hingga tidak terjebak kegelapan walau malam hari, sosok Floella duduk seorang diri. Rambutnya berkucir satu. Kepalanya tertunduk, kedua kaki merapat, tangannya mengepal di atas pangkuan. Tergambar jelas jika ia sedang ragu dan kebingungan.

"Floella." Hiro berdiri di depannya, menyapa.

Floella buru-buru meluruskan pandangannya. Meski kehadiran Hiro sudah ia perkirakan, tetap saja ia terkejut melihat laki-laki yang mengenakan baju training tersebut sedang menatapnya tenang.

Floella langsung berdiri. "Makasih udah mau dateng ke sini." Floella membungkuk singkat.

Hiro mengamati, sedang menilai seperti apa kepribadian Floella.

Pemalu, tidak percaya diri, penuh keraguan, lembut, naif, baik hati, dan introvert. Demikian penilaian dari Hiro tentang Floella.

"Maaf, aku nggak bisa jadi sekutu kamu." Floella tidak berani menatap Hiro, merasa tidak enak hati atas penolakannya.

"Kenapa?"

"Karena aku cuma bakal jadi beban buat tim kalian. Aku nggak mau nyusahin kalian. Aku minta maaf." Floella masih menundukkan kepalanya, mencengkeram dress panjang hitam yang sedang dikenakannya.

"Gue tau kalau lo adalah beban."

Floella tersenyum kecut mendengar kejujuran Hiro.

"Lo bisa ngubah diri lebih baik dari beban. Bukannya ini yang lo mau? Berdiri dengan kaki lo sendiri, berjuang dengan kemampuan lo sendiri. Ngebuktiin ke mereka kalau lo mampu dan melebihi ekspektasi rendah yang mereka sematkan ke diri lo."

Floella menatap Hiro dengan kening mengernyit, mengapa Hiro berbicara seolah sangat mengenalnya? Dan sejujurnya, Floella merasa tidak nyaman. Bagian sensitif dalam dirinya yang seharusnya tidak disadari siapapun bisa dijangkau oleh Hiro.

Hiro melangkah mendekati Floella, membungkuk untuk membisikan sesuatu pada gadis itu.

Jantung Floella langsung berdebar kencang. Kedua tangannya terkulai lemas, tak mampu bergerak. Bola matanya membulat sempurna.

Bagaimana Hiro bisa tahu?

Hiro melangkah mundur menjauh dari Floella. "Gimana?" tanyanya begitu tenang tanpa merasa bersalah.

"Kenapa kamu bisa...." Floella tidak melanjutkan kalimatnya lantaran masih tidak menyangka oleh ucapan Hiro.

"Kalau orang lain tau. Lo bakal bener-bener jadi beban yang ngebuat banyak pihak menderita."

Floella menyentuh dadanya. Menunduk, merasa bersalah karena lagi-lagi kehadirannya hanya beban penghambat.

Harusnya ia berubah, tidak boleh menjadi beban lagi. Kesempatan tidak datang dua kali.

"Kamu ngancem aku?" tanya Floella lemah.

"Gue nggak sejahat itu," Hiro menjawab begitu santai.

Floella menelan ludah. Meski berat, ia paksakan diri menatap Hiro. "Aku mau jadi sekutu kamu."

Meski ragu, Floella menerima tawaran dari Hiro untuk menjadi sekutu.

👑👑👑

Mereka berlima berkumpul di ruang laboratorium komputer. Pintu ruangan tertutup rapat. Dua jendela yang menggantung di tembok dibuka, membiarkan angin leluasa mondar-mandir. Dari kedua jendela yang terbuka terdengar suara berisik dari luar. Suara murid-murid yang sedang bermain atau berolahraga.

The King : Battle of Imperium SchoolWhere stories live. Discover now