BAB 81 : TRAINING (3)

244 14 0
                                    

Hiro dan Arjuna sudah berdiri berhadapan di tengah markas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hiro dan Arjuna sudah berdiri berhadapan di tengah markas. Tanpa pemberitahuan, mereka sudah mengundang beberapa penonton di sekitar mereka. Mahesa, satu-satunya orang yang duduk di kursi menatap lelah kedua orang yang akan latih tanding tersebut. Sampai-sampai ia menghela napas menyayangkan bisa terjadi hal ini.

Bukannya Mahesa ingin menghalangi rasa penasaran mereka mengenai siapa yang akan menang jika Arjuna berhadapan dengan Hiro. Hanya saja ini akan jadi situasi yang buruk bagi Arjuna.

Mahesa melirik ke arah dalang yang menciptakan situasi ini. "Kalau lo sebegitu tertariknya sama Hiro, kenapa nggak lo aja yang ajak tanding Hiro?" sarkasnya pada Shaka.

Latih tanding antar pilar seperti ini memiliki dampak buruk. Seperti akan adanya ketidakseimbangan antara posisi pilar dan kemampuan mereka. Selama ini sosok Arjuna dianggap sebagai pilar Legion dengan kedudukan tinggi dan Hiro adalah pilar tingkat rendah yang bahkan kehadirannya sering tidak disadari. Namun sekarang dua pilar itu berhadapan. Seandainya Hiro memperlihatkan kekuatannya dan Arjuna kalah, maka orang luar seperti Shaka dan Helmi akan menganggap posisi Hiro lebih tinggi. Lalu mendapat penilaian bahwa posisi pilar Legion saat ini acak, tidak sesuai antara kemampuan dan posisi.

"Gue emang mau liat sekuat apa Hiro. Tapi karena gue kalah dari Ajun, secara nggak langsung gue ngasih kehormatan ke dia buat ngalahin Hiro," respons Shaka, pandangannya tidak pindah dari sosok Hiro.

"Walaupun Hiro pegang pedang kayu, Ajun masih terlalu kua buat Hiro. Setau gue Hiro bukan tipe petarung, bahkan gue nggak pernah liat Hiro ngelakuin apapun. Jadi udah pasti Hiro bakal kalah telak dari Ajun, kan?" Helmi yang baru di 10-3 dan hanya mengenal pilar Legion dari dinding luarnya saja, kini bertanya bingung mengenai pertandingan antara Arjuna dan Hiro.

Shaka menatap takjub Helmi yang bisa menyuarakan penilaian seperti itu. "Gue baru ingat kalau lo belum lama jadi bagian Legion. Pilar Legion yang lo kenal cuma sebatas dengan apa yang lo liat dan dengar dari omongan orang lain, ya?" tanyanya terkesan mengintrogasi.

Helmi balik menatap Shaka yang berdiri di depannya. "Selama gue jadi ACE Aztex, gue sama Lidya nggak terlalu fokus ke Legion karena saat itu Legion cuma 10-5. Kita lebih fokus ke kelas di atas Legion. Pilar-pilar Legion yang gue kenal dan tahu kemampuannya juga cuma beberapa. Nao, The Twins Anuradha, sama Ajun. Mereka berempat cukup terkenal bahkan sekalipun baru masuk ke Imperium School. Popularitas keempat pilar itu juga udah terkenal sejak mereka SMP. Makanya gue agak kaget waktu tau kalau yang jadi leader dari Legion bukan diantara keempat pilar itu." Helmi melirik Mahesa yang juga sedang menatapnya sembari duduk tepat di samping Shaka.

Shaka mengusung senyum. "Yah, wajar kalau lo berpikir kayak gitu. Gue juga berpikir kalau keempat pilar itu adalah rantai tertinggi di Legion dan pantes jadi leader. Tapi rantai tertinggi pilar Legion itu ternyata menggantung di tangan seseorang."

"Menggantung di tangan seseorang?" mendengar pernyataan Shaka, Helmi meluruskan pandangan ke arah Hiro.

"Gue tau selama ini lo cuma mau menjaga ketenangan yang dia harapkan. Gue juga nggak berniat menjual informasi tentang pilar Legion ke pihak luar. Jadi lo tenang aja. Apapun hasil pertandingan ini nggak bakal sampai ke telinga leader lain." Shaka tersenyum, pola pikir Mahesa terlalu mudah dibaca. Lihat saja wajahnya yang menegang lantaran ketahuan itu, membuat Shaka kesulitan menahan tawa.

"Hiro... dia sehebat itu?" tanya Helmi meminta kepastian, ditatap Shaka dan Mahesa bergantian sekadar mencari jawaban.

"Kuat. Tapi seberapa kuatnya gue nggak tau. Mungkin sahabatnya sendiri juga nggak tau." Shaka mengangkat kedua bahu sembari tersenyum sarkas pada Mahesa.

Helmi tidak lagi membuka suaranya. Kini diam-diam ia menatap Mahesa yang sedang memperhatikan Hiro tengah menyiapkan diri. Di dalam benaknya Helmi bertanya-tanya, jika Hiro sekuat itu, mengapa bukan Hiro yang menjadi leader?

Ah, tiba-tiba saja Helmi teringat akan sesuatu. Aztex kalah oleh Legion tanpa pertarungan. Kira-kira apa yang membuat Lidya menyerah dengan mudah tanpa perlawanan? Apa Hiro terlibat di belakang jatuhnya Aztex?

Penonton lain selain mereka bertiga, berdatangan sebelum menyelesaikan latihan lantaran lebih tertarik melihat pertandingan antara Arjuna dan Hiro.

Floella berdiri diapit oleh Kanyasa dan Nataraja, sedangkan Naomi berdiri di samping Nataraja.

"Hiro lawan Ajun?" gumam Floella, sedikit khawatir dengan dua orang yang dianggapnya sebagai teman berharga.

Dengan kedua tangan terlipat di perut, Kanyasa tertawa terbahak melihat pemandangan menarik di depannya. "Gue nggak sabar mau liat Ajun hancur sama Hiro," ujarnya, sudah bisa memprediksi pertandingan.

Nataraja memiringkan kepala, memperhatikan Arjuna dan Hiro dengan serius. "Tergantung kemauan Hiro dalam pertandingan ini. Hiro bisa nentuin mau menang, kalah, atau imbang."

Kanyasa berdecak kecewa. "Sial, gue lupa kalau Hiro pemalas. Padahal gue mau liat dia tanding serius sama Ajun."

"Tapi, Kanya, kalau Hiro serius Ajun bisa terluka nanti," tutur Floella, menatap Kanyasa dengan ekspresi cemas.

Kanyasa menyentuh pundak gadis itu. "Justru gue berharap Ajun babak belur!" tegasnya dengan percaya diri.

Naomi hanya menyimak pembicaraan orang-orang di sampingnya, memilih fokus ke dua orang di depannya yang sedang bersiap adu kekuatan.

____________________________

BAB INI BISA DIBACA DI AKUN WATTPAD palupiii07 THE KING : BATTLE OF IMPERIUM SCHOOL

UPDATE SETIAP MALAM MINGGU & SENIN

Buat dapetin info seputar cerita The King follow Instagram
@theking.universe
@palupiii07
@__andryuu
@andryustories.ofc

The King : Battle of Imperium SchoolWhere stories live. Discover now