1.2. PERKUMPULAN PARA CALON PAHLAWAN

45 13 131
                                    

Setelah percakapannya di malam terakhir, V dan Renjana memilih untuk beristiharat di satu penginapan yang sama. Cuma kamar mereka saja yang berbeda. Tentu saja. Pagi ini, setelah selesai dengan persiapannya, V keluar dari kamar dengan wajah yang terlihat masih sedikit mengantuk. Sial. Ia benar-benar tidak bisa bangun pagi. Pikirnya. Sampai-sampai gadis yang sedari tadi berdiri di samping pintu kamarnya tertawa terbahak-bahak.

"Lihatlah laki-laki yang seperti slot itu. Wajahrnya benar-benar menggemaskan!" tukas Renjana dengan tawa yang tak juga reda.

V mengembuskan napas panjang seraya menggaruk kepalanya. "Diamlah. Aku cuma tidak terbiasa bangun sepagi ini."

"Ya, mau bagaimana lagi. Para sukarelawan akan dikumpulkan hari ini di auditorium Marduk."

"Ya justru itu."

"Itu apa?"

"Aku bangun sepagi ini."

Renjana tidak menjawab. Gadis itu justru mengangkat dan menurunkan kedua alisnya tepat di hadapan V. Gadis itu benar-benar sedang menggodanya. "Aku pikir, kau tidak punya antusias sebesar ini. Aku hanya terkejut."

"Diamlah. Jangan menggodaku sepagi ini."

"Berarti kalau siangan boleh?"

V tidak menjawab. Laki-laki itu hanya melangkah terlebih dahulu meninggalkan Renjana di belakangnya. Sial. Pagi-pagi sudah dibuat kesal saja. Melihat V yang tidak menggubrisnya, Renjana mencebikkan bibirnya kemudian dengan cepat mengejar langkah V yang cukup besar itu.

"Woi, V! Tunggu aku. Memangnya kau tahu rute menuju auditorium Marduk?"

V mengembuskan napas panjang. "Berjalanlah di depanku."

"Sudah kuduga, kau pasti tidak tahu. Baiklah, biarkan aku yang memimpin perjalanan kali ini," ucap Renjana dengan semangat sambil mendahului langkah V.

"Terserah kau sajalah."

V dan Renjana sama-sama mantap berjalan menuju ketetapan yang dipilihnya. Antara benar dan tidak, antara baik dan tidak, antara pantas dan tidak, ya. Semuanya tentang sepasang manusia itu yang sama-sama sedang menemui kepulangan demi kepantasan.

***

Sesampainya di depan auditorium Marduk, V dan Renjana keduanya Nampak begitu terkejut melihat banyaknya manusia di sana. Jauh di luar ekspektasi, ternyata begitu banyak persona yang dengan antusias menjadi sukarelawan. Menurut Renjana, apa yang sedang terjadi pagi ini adalah merupakan sesuatu yang keren. Bisa bertemu dengan banyak orang baru dengan latar belakang yang berbeda-beda adalah sebuah kebanggan tersendiri baginya.

Namun, berbeda dengan V yang terlihat sedikit pucat dengan ekspresi yang tidak bersahabat. Baginya, keraiaman adalah hal yang merepotkan. Sambil mendengkus, V melirik sebuah jam raksasa yang terbingkai di sebuah monumen tepat di tengah-tengah lapangan luas di depan auditorium. Semesta masih bertengger di angka delapan. Masih kurang satu jam sebelum Marduk dengan resmi membuka projeknya.

"V ... apa kau baik-baik saja?" tanya Renjana sedikit khawatir melihat V yang sejak pertama kedatangannya hanya diam saja.

"Ya. Aku tak apa."

"Wajahmu sedikit pucat."

"Aku hanya tidak terbiasa dengan manusia sebanyak ini."

"Kau berbeda sekali denganku."

"Ya. Kau adalah gadis yang ramah. Aku hanya tidak terbiasa dengan keramaian."

"Apa kau seorang penyendiri?"

"Ya. Kurasa. Karena sepanjang hidupku, selalu aku habiskan untuk berlari, sih."

"Berlari?"

"Ya."

VOID: Old Town Bataviens DistrictWhere stories live. Discover now