1.4. KARANTINA: BABAK KEDUA

40 9 106
                                    

Beberapa hari telah berlalu sejak karantina dimulai. Para calon pahlawan dengan serius mempelajari sejarah dan ilmu sihir yang diberikan oleh Riksa. Meskipun ketika mereka mendengar nama Tiamat tersebut dalam pelajarannya, hampir seluruh calon pahlawan tersulut emosinya mengingat apa yang mereka lakukan terhadap Semesta. Hanya satu. Hanya satu orang yang menarik perhatian Riksa. Satu-satunya yang nampak santai dan tak peduli adalah V.

Berdasarkan hasil penelitian yang Riksa dapatkan dari para pendahulunya, Tiamat tidak bisa datang dengan bebas mendatangi Semesta. Dikatakan jika Tiamat tinggal di tanah tandus jauh di seberang sana. Setiap satu kali Tiamat membawa kekacauan di atas semesta, setidaknya butuh duapuluh sampai tigapuluh tahun agar Tiamat bisa kembali membuka portal antar dimensi.

Penyebab terjadinya siklus tersebut masih belum bisa dipecahkan. Bahkan oleh Marduk itu sendiri. Akan tetapi, berdasarkan data yang ada, Tiamat adalah bangsa yang membutuhkan sihir untuk hidup. Itu tandanya, pasti ada satu hal yang tidak bisa bangsa Tiamat lakukan tanpa persiapan yang matang untuk datang menebar ketakutan di atas Semesta. Hipotesi yang bisa ia simpulkan adalah antara pembuatan portal yang membutuhkan energi sihir yang besar, atau memang mereka membutuhkan cadangan sihir yang banyak untuk mengamuk di tanah Semesta sehingga para Tiamat perlu waktu untuk memasok energi sihirnya.

"Sampai sini, apakah semuanya jelas? Atau masih ada yang ingin ditanyakan?" tanya Riksa di sela-sela pembelajarannya.

"Aku, Pak," ucap Renjana sambil mengangkat tangan kanannya.

"Ya. Silakan Renjana."

"Bapak bilang, Tiamat tidak akan bisa hidup tanpa Energi sihir. Akan tetapi, mendatangi dunia kita dari dunianya yang jauh di seberangnya bukannya bisa menghabiskan energi yang cukup banyak? Dan itu pula alasan yang Bapak simpulkan kenapa ada siklus yang bisa memperhitungkan kapan para Tiamat itu akan datang. Yang akan aku tanyakan adalah, memangnya apa yang dimilik Semesta sehingga mereka rela mengamuk di tanah milik kita?" tanya Renjana.

"Pertanyaan yang bagus, Renjana. Akan Bapak jawab berdasarkan beberapa teori orang-orang pendahulu yang mengabdi kepada Marduk," kemudian Riksa mengambil sebuah jurnal tebal berwarna cokelat dan membukanya, "Menurut salah satu dari bangsa Tiamat yang tertangkap pada invasi terakhirnya, sekaligus cikal bakal sumber kekuatan manusia super yang akan kalian dapatkan tak lama lagi, katanya, pada Semesta kita ini, ada tanah yang tidak pernah kita jamah sama sekali. Apa kau tahu tanah seperti apa itu , Renjana?"

"Apakah tanah itu adalah Old Town Bataviens, Pak? Aku pernah mendengar rumornya jika tanah di sana sudah mati."

"Tepat sekali! Bahkan kita pun tidak pernah bisa memastikan apakah kota itu benar-benar ada atau tidak. Akan tetapi, alasan kenapa bangsa Tiamat datang dan mengamuk di atas Semesta kita adalah untuk mendapatkan sebuah batu bercahaya biru itu. Konon diceritakan jika batu bercahaya biru itu hanya bisa ditempa oleh penjaga dunia bawah dengan mengorbankan ribuan jiwa manusia sebagai bayarannya. Konon, tempat di mana penjaga dunia bawah itu berada adalah jauh di jatung tanah Old Town Bataviens."

"Sulit dipercaya jika kota itu benar-benar ada," ucap Renjana, "lantas, untuk apa mereka menginginkan batu bercahaya biru itu?"

"Dikatakan dalam jurnal penelirian yang aku baca, batu bercahaya biru itu adalah sumber energi sihir dunia mereka."

Lalu dengan tiba-tiba, seorang pemuda yang tadinya acuh tak acuh menyeringai. "Benar-benar ironis," katanya.

"Benar sekali, V!" tukas Riksa, "saat ini Marduk pun benar-benar sedang bekerja keras utuk menguak kebenaran itu. Karena jika kota itu benar-benar ada, maka kita harus segera menghancurkannya. Dengan adanya calon manusia super seperti kalian, diharapkan oleh Marduk kalian bisa memecahkan misteri Kota Old Town Bataviens suatu saat nanti. Ada lagi yang ingin ditanyakan?" ucap Riksa. Akan tetapi, setelah beberapa menit berlalu, tidak ada satu pun yang mengangkat tangannya lagi.

VOID: Old Town Bataviens DistrictWhere stories live. Discover now