1.12. PERSONA KEKACUAN

17 2 21
                                    

Seseorang itu sedang berjalan menyusuri sebuah lorong gelap dengan lampu remang-remang sebagai penuntun jalan. Keadaannya sudah sangat mengenaskan. Mantel hitam bertudungnya telah dilumuri oleh darah. Ia sempoyongan. Dengan tangan kanannya yang berusaha menghentikan pendarahan dari tangan kirinya yang terputus.

Seluruh tubuhnya nyaris tak mampu berdiri. Hanya saja, ia harus segera melaporkan misi kepada tuannya yang berada jauh di dalam tanah paling tandus Tatar Pasundan. Sambil terbatuk dan mulutnya sedikit memuntahkan darah, ia sampai pada ruangan lega yang pengap dan gelap. Hanya setitik cahaya yang mengarah langsung pada sebuah kursi dari atas dan seseorang terduduk di sana dengan tenang sambil membaca sebuah kisah tragis dari sebuah buku tentang perjuangan Semesta melawan Bangsa Tiamat.

"T-Tuan, maafkan s-saya," ucapnya terputus-putus. Serta tubuhnya yang perlahan mulai berlutut, "s-saya telah gagal menjalani m-misi ini."

Seseorang yang tengah terduduk sambil membaca itu kini menutup bukunya dan beralih memandangi lelaki bertudung hitam dengan kondisi yang sudah nahas. "Apa yang terjadi denganmu? Apakah menculik para sampel penelitian itu merupakan hal yang sulit untukmu?"

"T-tidak, Tuan. Namun, sesuatu di luar dugaan telah terjadi, Tuan," ucapnya.

"Apa itu?"

"Entahlah, Tuan. Itu terjadi begitu cepat ketika saya hendak menculik sampel-sampel itu, tiba-tiba seorang pemuda menyerang saya dari belakang. Saya berhasil menghindar, akan tetapi, saya tetap kehilangan satu tangan saya. Saya tidak mampu menculik mereka semua. Lima belas orang berhasil selamat karena pemuda tersebut. Maafkan saya, Tuan. Gara-gara saya, rencana Tuan untuk mempercepat kedatangan Bangsa Tiamat jadi terhambat."

"Kekuatan seperti apa yang dimiliki pemuda itu?" tanya seseorang yang dipanggil Tuan itu.

"Entahlah, Tuan. Saya tidak bisa melihatnya dengan jelas karena saya harus dengan segera menyelamatkan diri. Akan tetapi, saya sempat melihat dan merasakan sebuah entitas sihir yang begitu besar dari pemuda itu. Ia memancarkan sebuah cahaya berwarna hijau yang saling bertumpang tindih dengan hitam. Serta, saat entitas itu ditembakkan ke arah saya, meskipun saya berhasil menghindar, tetap saja saya harus kehilangan satu tangan saya."

"Bagaimana rasanya saat tangan kirimu terputus?"

"Saya merasa seperti ada sebuah dimensi yang memisahkan tangan saya. Rasanya tangan saya seperti terpotong diantara dua bilah pisau. Lihat, ia terputus begitu rata dan mulus, Tuan," jawab lelaki bertudung hitam itu seraya memperlihatkan tangannya yang terpotong dengan sempurna.

Sempat hening beberapa saat. Seseorang dengan panggilan Tuan itu menundukkan kepalanya. Akan tetapi, perlahan mulai terdengar sebuah suara tertawaan darinya. Perlahan pelan, lama-lama berubah menjadi tawa yang begitu lepas dengan kepala yang sudah mengadah ke atas bersitatap dengan satu-satunya sumber cahaya dari tempat gelap itu.

"Tolong bunuh saya, Tuan. Karena telah lalai dalam menjalankan tugas. Saya tidak pantas untuk menjadi bawahan Tuan lagi. Tolong bunuh saya," pinta lelaki bertudung hitam itu. Terdengar dari suaranya jika ia sudah benar-benar merasa kesakitan dengan keadaannya.

"Apa yang kau katakan?" Tuan itu berhenti tertawa. Kemudian ia berdiri dan melayang perlahan ke arah lelaki bertudung itu kemudian memeluknya dengan erat. "Aku, Enlil Raksa tidak akan pernah membiarkanmu mati, bawahanku tercinta, Sin."

Setelah itu, timbul sebuah cahaya kejinggaan diantara keduanya. Terlihat begitu menyilaukan, namun rasanya begitu hangat dan tentram. Sehingga perlahan-lahan jubah hitam bertudung yang sudah rusak yang dipakai oleh Sin kembali kedalam keadaannya seperti semula di mana semuanya masih baik-baik saja. Pun dengan luka-luka yang dialami oleh sih semuanya kembali menutup. Bahkan bahkan lengan Sin yang sudah terputus pun kembali utuh akibah kubah cahaya yang terbentuk dari cahaya jingga milik Enlil Raksa seolah-olah hanya diantara mereka waktu kembali berputar mengembalikan masa lalu yang sudah menghilang.

VOID: Old Town Bataviens DistrictWhere stories live. Discover now