1.9. BERKAT DAN ANCAMAN

21 3 37
                                    

Satu hari sebelum upacara peresmian para pahlawan, V sudah diperbolehkan untuk kembali ke kamar asramanya dan kembali berbaring di atas kasurnya yang sudah lama tidak ia tiduri sembari menatapi langit-langit berwarna putih di atasnya. Di kepalanya sedang banyak sekali pikiran. Salah satunya tentang mimpinya beberapa waktu lalu yang sampai saat ini masih mengganggu kepalanya.

"Apa ini hanya terjadi kepadaku, atau yang lain pun menerima mimpi yang sama sepertiku?" tanyanya kepada diri sendiri, "lalu, apakah sosok tinggi besar menyeramkan dan sosok anak kecil tanpa kepala itu adalah cerminan dari kekuatanku?"

Kemudian ia mengangkat tangan kanannya ke udara dan memandanginya sejenak. Laki-laki itu sedang berusaha menghubungkan apa yang terjadi kepadanya berdasarkan pengamatan dari Riksa dengan mimpinya. Jika ditarik satu buah kesimpulan, maka ada satu kesamaan antara apa yang dikatakan oleh Riksa dengan apa yang ia lihat di dalam mimpinya dari makhluk menyeramkan tersebut.

Jika ia memang memiliki energi sihir yang sama dengan apa yang makhluk dalam mimpinya itu miliki, jika benar begitu, bukan sebuah kemustahilan bagi laki-laki itu memunculkannya. Kemudian V mencoba memejamkan matanya berusaha mengeluarkan entitas sihir seperti gelembung berwarna hijau kehitaman itu dari tangannya.

Ia membayangkan dari telapak tangannya keluar sebuah gelembung sihir persis seperti apa yang ia lihat dalam mimpinya. Tanpa perlu waktu dan usaha yang bergitu besar, ketika V kembali membuka sepasang matanya, ia benar-benar dapat melihat dan merasakan gelembung sihir itu keluar dan menyelimuti telapak tangannya. Warnya sama seperti apa yang dikatakan Riksa dan yang makhluk menyeramkan itu miliki. Yaitu Hijau yang saling timpang tindih dengan warna hitam serta mengeluarkan cahaya yang lebih dominan dengan warna hijaunya.

"Sial. Apa aku benar-benar akan memiliki kekuatan yang sama seperti yang dimiliki monster mengerikan itu?"

V menggelengkan kepala sambil mengkibas-kibaskan telapak tangannya melenyapkan pancaran selaput gelembung sihir tersebut. Lalu kembali berbaring dengan tenang.

Karena tidak ada hal yang bisa ia lakukan lagi, pada akhirnya V memilih untuk tidur dari pada pusing memikirkan yang tidak-tidak. Akan tetapi, belum lima menit matanya kembali terpejam, suara ketukan pintu berhasil mencuri perhatiannya. Walau pun malas, ia berdiri dan membuka pintu kamarnya yang menunjukkan Ganindra, Davd, dan Renjana sedang berdiri sambil nyengir.

Ia mendengkus. "Apa lagi?" tanyanya kesal.

Sedangkan ketiga berandalan itu hanya cengengesan.

"Kalau tidak ada keperluan, aku tutup pintunya."

"Eh, jangan!" tukas Ganindra cepat.

"Ya sudah cepat!"

"Setelah melihat kemarin, rasanya aku jadi penasaran dengan apa kau dapatkan, V. Apa kau tidak penasaran dengan apa yang kami miliki?" tanya Davd.

"Sedikit," jawab V cepat.

"Ya sudah, ikut kami!" ajak Ganindra.

"Bahkan kau juga, Renjana?" tanya V.

"Tentu saja. Aku cuma khawatir kalau tiga pembuat onar ini kembali bepergian bersama. Jadi aku juga ikut."

"Ya sudah, tunggu sebentar." V kembali memasuki kamarnya untuk berganti pakaian. Menggunakan mantel kumalnya seperti biasa, setelah selesai ia kembali menemui teman-temannya untuk saling unjuk kebolehan. "Kita akan pergi ke mana?"

"Tenang saja. Menurut buku tentang geografi yang pernah kubaca, New Bataviens memiliki hutan belantara yang bernama Jagat Padjajaran. Arahnya ke selatan dari pusat Marduk. Dekat hanya satu jam dengan kereta kuda," ujar Ganindra

"Wow. Kau sungguh tahu banyak," puji Davd.

"Tentu saja. Jangan pernah meragukan kecerdasan orang-orang dari Suwarnadwipa."

VOID: Old Town Bataviens DistrictWhere stories live. Discover now