1.7. TERBENTUKNYA PARA PAHLAWAN BARU

35 6 63
                                    

Laki-laki itu tengah berdiri di dalam kegelapan. Tak beratap, tak beralas, tak berujung. Akan tetapi, sepasang kakinya merasakan ada sesuatu yang mengalir seperti air. Ia pendarkan pandangannya sesekali. Sayangnya, tempat di mana ia berada saat ini tidak memiliki apa pun selain setitik cahaya yang sumbernya entah dari mana dan kehampaan.

"Sial," umpatnya, "apa-apaan dengan kegelapan ini!"

Hanya saja, tidak ada yang membalas suaranya selain gema dari teriakannya sendiri.

"Apa di sini benar-benar tidak ada jalan keluar? Lagi pula, kenapa aku bisa berakhir di tempat yang sama sekali tidak kuketahui?"

Dari arah belakang tempatnya berdiri, laki-laki itu mendengar sedikit tertawaan. Terdengar seperti suara anak. Ia kemudian membalikkan tubuhnya. Akan tetapi, tak ada seorang pun sosok seperti manusia selain personanya.

Suara tawa itu masih terdengar oleh sepasang telinganya. Akan tetapi, semakin lama, suara itu semakin pudar dan menjauh. Dengan segera, laki-laki itu melanglah mengikuti ke mana arah suara ini berjalan. Semakin lama, langkah yang tadinya bergerak perlahan berubah menjadi semakin cepat seiring suara tertawaan yang semakin menjauh.

Laki-laki itu kemudian berlari. Terus saja berlari tanpa berpikir apa pun demi mengejar suara tersebut. Yang tanpa ia sadari, kakinya telah berpijak di tempat yang berbeda. Tempat di mana terdapat sebuah altar dan singgasana kuno. Perlahan, tepat di hadapan sepasang matanya memandang, timbul sebuah kobaran api dari sebuah tampuk yang lurus berjejeran seolah-olah menunjukkannya sebuah jalan untuk menemui sesuatu yang sama sekali tidak ia ketahui makhluk seperti apa yang sedang menunggunya di depan sana.

"V ...." Seseorang memanggil nama dari laki-laki yang seperti sedang kehilangan arah di depannya. Suaranya terdengar begitu berat dan menggema.

"Siapa kau? Kenapa kau bisa tahu namaku?" tanya V sedikit berteriak.

Akan tetapi, suara tersebut tidak menjawabnya. Alih-alih semakin jelas memanggil-manggil namanya.

"V ... V ... V ...."

"Kutanya sekali lagi, siapa kau, Bangsat? Kenapa kau bisa tahu namaku? Kenapa aku bisa ada di sini?"

Lalu hening. Beberapa saat sama sekali tidak ada satu pun suara yang mengudara. Namun, tak lama kemudian, dari depannya berdiri timbul sebuah cahaya beserta aura sihir yang telihat seperti sebuah tumpukan gelembung berwarna hijau kehitaman yang berhasil memunculkan sebuah siluet sesosok makhluk besar berjubah hitam yang menutupi hampir seluruh tubuhnya. Yang bisa ia lihat hanyalah sebatas telapak tangan pucat dengan kuku hitam yang panjang dan runcing.

"V ... di dalam dirimu kini telah terlahir sesuatu yang bukan kejahatan, atau kebaikan. Bukan pula berkat. Bukan pula dosa. Sesuatu yang lebih besar dari Semesta, sesuatu yang lebih terang dari cahaya, sesuatu yang lebih pekat dari kegelapan, kau adalah kekacuan. Kau adalah kesialan yang akan menuntun kesengsaraan. Kau adalah sebuah entitas yang ditolak oleh setiap kehidupan. Kau adalah sebuah keganjilan."

V mengepalkan tangannya keras atas ocehan dari sebuah makhluk tidak jelas yang seakan-akan paling tahu dengan ketatapan miliknya. Laki-laki itu kemudian menyeringai.

"Memangnya kau siapa? Kenapa kau begitu mengenalku?"

"Karena aku adalah sosok yang paling dekat denganmu."

Seolah sudah waktunya untuk menarik diri, cahaya dan aura sihir hijau kehitaman ini perlahan mulai kembali meredup. Akan tetapi, sebelum semuanya benar-benar menghilang, tepat di belakang singgasana yang diduduki makhluk besar yang berbicara kepadanya tadi menyembul sebuah tubuh anak kecil tanpa kepala sedang melambai-lambaikan tangannya.

VOID: Old Town Bataviens DistrictWhere stories live. Discover now