1.11. BERSORAKLAH PARA PAHLAWAN BARU

21 2 32
                                    

Pada pukul tiga dini hari, V, Ganindra, Davd, dan Renjana secara diam-diam kembali ke markas marduk setelah selesai melakukan hal-hal yang berada di luar nalar mereka sebelum menjadi bagian dari Marduk. Memiliki kekuatan super adalah suatu hal yang selama ini hanya berada di dalam kepala saja. Akan tetapi, entah bagaimana ceritanya semua itu menjadi kenyataan dalam sekejap mata. Benar-benar di luar ekspektasi jika keadaan Semesta memang selemah itu jika Tiamat sudah datang dan mengacau.

Namun, sebelum anak-anak nakal itu mampu memasuki gerbang Marduk dengan aman, seseorang berdeham keras dari belakang dan menghentikan langkah mereka. V, Ganindra, Davd, dan Renjana mematung mengeluarkan keringat dingin. Sial. Lagi-lagi ketahuan jika mereka sekali lagi menyelinap keluar markas Marduk tanpa izin.

"Wow. Bahkan kali ini kalian mengajak Renjana melakukan kenakalan," ucap Riksa dengan santai sambil berjalan dan merangkul keempat berandalan itu.

"Sekarang, apa yang kalian lakukan? Padahal tadi pagi ramalan cuaca mengatakan sepanjang hari ini akan cerah. Tapi, kenapa, ya, mendadak ada badai?" tanya laki-laki itu jail.

Perlahan, Riksa menyeret keempat berandalan itu untuk masuk ke ruangan penelitian dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. V, Ganindra, dan Davd, hanya pasrah kedua kalinya diciduk oleh Riksa. Hanya saja, untuk Renjana, gadis itu sedikit ketakutan akibat ini kali pertamanya ia melakukan kenakalan. V yang menyadari hal itu lantas tersenyum kecil ke arah Renjana dan mengangkat ibu jarinya tanda jika semuanya akan berjalan baik-baik saja.

"Hei, Riksa. Kau tidak memakai seragammu?" celetuk V sedikit mencairkan suasana.

"Hari ini aku libur. Tapi, gara-gara kalian aku harus ke tempat ini lagi bahkan di hari liburku," jawabnya malas.

"Pantas saja. Kau terlihat begitu menyebalkan dengan pakaian santaimu," ejek V.

"Diam kau anak nakal! Kali ini kalian tidak akan lolos dengan mudah. Apalagi kau, V! berani-beraninya kau mengejek gaya modisku,"ujar Riksa dengan tegas.

Ganindra, Davd, dan Renjana sedikit terkekeh. Berbeda dengan V yang memasang wajah tak menyenangkan. Pada akhirnya, meskipun mereka tidak bisa lolos dari cidukan V, setidaknya malam yang sudah mereka lalui berakhir dengan menyenangkan.

***

"Jadi, penjelasan macam apa yang akan aku dengarkan dini hari ini?" ujar Riksa.

Di ruangan yang tidak besar itu, hanya satu satu set meja kerja dan satu buah lemari cukup besar dengan beberapa aksesoris yang menggantung di dinding. V, Ganindra, Davd, dan Renjana berdiri berjejeran menghadap Riksa yang sedang duduk di meja kerjanya.

"Ini adalah saranku. Aku terlalu penasaran dengan kekuatan V saat dia bertukar tempat denganmu. Makanya aku merencanakan semua ini. Aku mengajak mereka untuk sama-sama menunjukkan kekuatan. Jadi ini adalah salahku. Hukum saja aku. Tapi, tidak dengan teman-temanku," ucap Ganindra dengan tegas. Ia hanya merasa bertanggung jawab karena dalam kegiatan ini, ialah pemimpinnya.

Namun, dengan tiba-tiba Davd merangkul bahu Ganindra dengan cengiran khasnya. "Tidak, Ganindra cuma melantur, Pak. Kami semua memang sudah sepakat untuk melakukan hal ini. Jadi, ini bukan salah Ganindra. Ini salah kami semua. Benarkan, V, Renjana?" tanya Davd.

"Benar, Pak. Bahkan aku pun turut andil dalam kejadian kali ini. Jadi, maafkan kami atas kekacauan yang sudah kami timbulkan," ujar Renjana. Kemudian, ia, Ganindra dan Davd membungkukan badannya di hadapan Riksa.

"Lalu, V. Bagaiamana menurutmu?" selidik Riksa. Karena ia dalah satu-satunya yang tidak itu membungkuk.

V memutar bola mata malas. "Betul kata mereka. Aku hanya ikut-ikutan."

VOID: Old Town Bataviens DistrictWhere stories live. Discover now