VI - Hal Kecil

6.4K 1K 91
                                    

Setelah ada kita, maka apa pun yang terjadi, kita hadapi bersama.
👑

Saat itu Elata dan Mona sedang berjalan di lorong sekembalinya dari kantin. Mereka menuju ruang musik untuk menghampiri Noah dan Ginan yang sedang berlatih untuk pertunjukkan mereka di malam prom nite.

"Lo udah diajakin Noah buat jadi pasangan prom dia, kan?" tanya Mona.

Malam Prom Nite adalah acara akhir tahun paling dinantikan oleh seluruh siswa di sekolah. Malam di mana para murid bisa berdandan rapi dan saling berpasangan untuk memperebutkan gelar King dan Queen tahun itu.

Foto mereka akan ditampilkan pada buku akhir tahunan versi sekolah. Dan terlepas dari gelar yang diinginkan oleh banyak orang itu, malam prom seolah menjadi simbol langkah baru memasuki fase kedewasaan.

"Emang harus diajak banget?" tanya Elata balik. Bukannya sudah jelas?

"Ck, gini, ya, malam Prom Nite itu sesuatu yang sakral buat anak SMA kita. Bukan soal lo udah punya pacar aja. Tapi ini soal ritualnya. Harus ada proses diajakin biar lebih dapet nuansa promnya."

Elata mengerutkan dahi. "Nggak ngerti."

"Lo terlalu polos atau bego? Lo pikir, mentang-mentang satu sekolah tau lo sama Noah pacaran, nggak akan ada gitu cewek yang berani ngajak Noah buat jadi pasangan Promnya? Taruhan sama gue, cowok tampan lo itu udah nerima banyak ajakan."

Elata cemberut. "Kenapa mereka ngajakin pacar orang?"

"Itu yang gue bilang momen sakral prom, Elata. Lo bahkan bisa pergi sama pacar orang, asalkan lo ngajak dia, dan yang diajak mau. Ih, ya ampun gemes banget gue jelasinnya."

"Terus lo udah diajakin Ginan, belum?"

"Lah, pake nanya!" Mona menyenggol bahu Elata. "Gue lah yang duluan ngajak. Udah tau cowok gue kurang inisiatif. Jadi gue harus gerak duluan. Harusnya lo lebih gerak cepat malah dari gue. Sebelum cowok lo dicomot yang lain."

Mendengar itu Elata langsung membulatkan tekadnya untuk langsung mengajak Noah saat mereka tiba di ruang musik nanti. Meski Elata yakin, kalaupun ada yang sudah mengajak Noah lebih dulu, pasti cowok itu akan menolaknya.

Saat hendak berbelok di ujung lorong, seseorang muncul dan Elata tidak sempat menghindar. Tabrakan pun tidak dapat dihindari. Membuat Elata jatuh terduduk. Belum lagi minuman bersoda yang dibawa orang itu menimpa Elata. Membuat seragamnya basah dengan noda merah terlihat jelas.

"Ups," kata orang itu. Cewek dari kelas sebelah dengan segerombolan teman-temannya. "Gue nggak ngeliat lo."

"Heh!" Mona maju. "Jalan seenaknya banget. Udah tau di sini belokan ketutup dinding, kenapa lo nggak ambil jalur sebelah kanan?!"

Elata bangkit berdiri, menahan Mona. Ia tahu tempramen cewek itu hanya akan memperpanjang masalah kecil ini. "Udah, Mon," Elata menatap cewek itu. "Sorry gue juga nggak liat lo."

"Ngapain lo yang minta maaf?!" Mona berkacak pinggang. "Heh, Resya. Minta maaf cepet sama temen gue!"

Cewek bernama Resya itu hany menatap Elata dari kepala hingga kaki. Dengan tangan terlipat, tatapan penuh penilaian, lalu tertawa bersama gengnya. "Gue, kan nggak sengaja. Nggak harus minta maaf, lah."

Mata Mona terlihat berapi-api. "Sialan!—"

Elata menarik Mona menjauh, meninggalkan Resya dan gengnya itu. Ia tidak ingin akhir masa sekolah mereka harus diisi keributan.

Rupanya Mona masih kesal. "Gue yakin lo pasti nggak pernah cerita soal kejadian kayak gini ke Noah."

Elata menarik-narik baju seragam depannya agar tidak mencetak jelas tubuhnya. "Apaan?"

The Runaway Princess (TAMAT)Where stories live. Discover now