XXX - Alasan

5.5K 1.1K 1.6K
                                    

Sepertinya kita bertemu kembali, karena belum benar-benar selesai.

👑

"Ma, Noah balik ke sini."

"Aku udah nggak cuma liat dia lewat HP lagi, bahkan kayaknya sekarang aku liat dia ada di mana-mana. Dia... bikin perasaan aku kacau lagi. Setelah dua tahun, aku kira udah bisa baik-baik aja nggak ada dia. Tapi ternyata setelah dia ada di hadapan, aku jadi kembali lemah. Semua yang aku susun pelan-pelan, runtuh berantakan."

"Noah benci sama aku, Ma. Dia bukan lagi cowok hangat dan lembut kayak dulu," Elata tersenyum berkabut nelangsa. "Jadi galak sama jutek juga. Bahkan sekarang tatapannya berubah dingin. Bukan pangeran bemulut manis lagi. Nggak papa, aku terima sikapnya itu. Tapi lucunya, hati aku tetep bisa ngerasain keberadaan dia."

"Sebentar aku nggak kenalin dia, sebentar perasaanku meledak cuma karena ditatap sama dia. Ini namanya apa, ya, Ma?"

"Dulu aku kesakitan liat Noah," Elata menempelkan dahinya di tangan Marina. "Sekarang sakitnya karena dia yang natap aku dengan kebencian. Aku tau aku pantas digituin. Karena aku yang udah jahat ke dia."

"Tapi aku bingung, Ma."

"Aku bingung gimana perasaan aku. Aku ngerasa salah tiap di deket dia, tapi aku juga mau liat kehangatan Noah lagi."

"Aku egois banget, ya, Ma."

"Atau... aku kabur lagi, aja?"

Curhatan Elata pada Mamanya di rumah sakit subuh tadi kembali terngiang di telinganya. Yang juga terus memenuhi pikirannya. Siapa sangka, jika setelah mendorong cowok itu pergi, sekarang ia harus kembali menghadapi Noah.

Elata menghela napas dan menundukkan kepala di antara lututnya. Ia tengah berjongkok di parkiran, di samping sepedanya ketika matanya melirik pada jam di ponsel.

Gawat, kelasnya dimulai sebentar lagi.

Elata berdiri, berulang kali melihat ke arah masuk parkiran. Ia sudah menunggu setengah Jam di sana. Kakinya mulai gelisah, bergerak ke sana ke mari. Ia menunduk untuk membenarkan sepatunya yang robek karena terjepit rantai sepeda tempo hari.

Akhirnya bunyi mobil menderu yang ditunggunya terdengar, dan berhenti tidak jauh dari Elata. Ia pun segera menghampiri, mengetuk kaca jendela pengemudi.

Noah langsung turun dari mobil. Ekspresinya berawal bingung dengan kening mengerut, lalu sekilas panik mengisi wajah cowok itu.

Sejenak aroma wangi maskulin yang segar menerpa penciuman Elata karena ia berdiri terlalu dekat dengan Noah. Wangi sabun sehabis mandi bercampur woody dan sedikit floral. Elata selalu merasa wangi cowok itu intens dan liar.

Intens karena selalu membuat penasaran walau tercium dari jauh, liar karena Elata senang mengendusnya, menenggelamkan hidungnya di pergelangan tangan atau di dada cowok itu.

Itu dulu, ya.

Sekarang Elata harus mundur beberapa langkah. "Kamu lama banget datangnya. Bentar lagi kelas aku mulai."

"Kenapa emangnya?" Noah memindainya hati-hati, kedua tangan cowok itu lalu mengepal. "Ada apaan?"

Masih pagi udah tegang aja.

Elata merogoh ke dalam tas. "Ini roti buat sarapan. Aku jamin enak, kok. Udah ya aku kelas dulu." Ia melambaikan tangan ingin pergi, namun Noah menarik tasnya. Membuat Elata kembali berdiri di hadapan cowok itu.

"Apa ini?" Noah menatapnya bingung.

"Itu roti, kamu nggak tau roti?"

"Kenapa ngasih gue roti?"

The Runaway Princess (TAMAT)Where stories live. Discover now