LI - Bertahan Lagi

6.7K 1K 227
                                    

Jika terlalu banyak untuk meminta, maka biarkan aku mendoakanmu tetap baik-baik saja, bagaimana pun keadaannya. Cukup dengan kamu tetap ada, maka aku bisa bertahan memeluk hati ini.

👑

Elata menjawab setiap pertanyaan yang diajukan kedua polisi itu. Mereka masih di rumah sakit. Ia duduk di kursi tunggu dingin di ujung lorong yang sepi. Setiap pertanyaan dijawabnya tanpa ragu. Tentang apa keterlibatannya dengan Noah dan Lukman. Juga masalah apa yang mungkin memicu perkelahian.

Elata mengaku Lukman adalah kerabatnya. Dan Noah adalah kekasihnya yang melindunginya dari pemerasan Lukman. Ia menceritakan segalanya. Tanpa terkecuali. Memberitahu semua yang ia tau. Beberapa kali sang polisi terdiam setelah mendengar jawabannya.

Lalu Elata tercabik. Jauh di dalam kepalanya ia memaki diri sendiri. Memangnya untuk apa lagi melaporkan itu. Sudah terlambat. Lukman sudah mati. Dan menyebabkan Noah terluka. Sebersit bisikan mencemoohnya. Jika saja ia melaporkan Lukman sejak dulu, andai saja ia berani saat itu, mungkin Noah tidak akan berada dalam kondisi hidup dan mati seperti sekarang.

Elata kembali ke lorong ruang operasi. Ia bisa melihat Tante Miranda yang duduk lemah bersandar dirangkul William. Pasti lelah setelah menangis yang panjang.

Jefano yang melihatnya menghampiri. "Udah selesai, Ta?"

Elata mengangguk. "Belum ada kabar lagi soal operasinya?"

"Belum," Jefano memeriksa jam. "Kira-kira udah dua jam operasinya berlangsung. Kita tunggu aja, ya. Pasti berhasil. Noah itu kuat. Banteng, kan gue bilang. Dia pasti bisa bertahan."

Elata tak meragukannya sedikit pun. Ia hanya perlu menunggu dokter selesai menyelamatkan Noah. Cowok itu pasti bertahan. Noah pasti berhasil melewati masa kritis dan bangun lagi.

"Lo pucet banget, Ta. Mau gue beliin apa gitu? Atau mau ke kafetaria rumah sakit? Gue temenin."

Elata menggeleng sembari bergumam terima kasih. "Gue nggak mau ke mana-mana dulu, Jef." Ia bermaksud duduk di salah satu kursi di depan ruang operasi, namun Jefano menahannya. Menuntun Elata menjauh dari sana.

"Ada apa, Jef?"

Jefano mengusap leher belakangnya. "Ini soal Tante Miranda, lo jangan mikirin omongannya yang tadi. Gue ngomong gini, karena gue rasa kalo Noah ada di sini, dia juga bakal ngomong gitu ke lo."

"Nggak papa, Jef. Malah ngerti banget kok perasaan Tante Miranda. Ibu mana yang nggak marah anaknya dibuat celaka."

"Bukan salah lo, Ta."

"Yang barusan, kalimat yang mungkin Noah bilang juga?"

Jefano tergugu.

"Nggak usah khawatir, Jef." Elata menepuk bahu cowok itu. "Kejadian kayak gini udah pernah pernah gue lewatin. Kita fokus ke Noah dulu sekarang."

Elata sudah akan beranjak tapi Jefano kembali menahannya.

"Sorry, Ta. Tapi Tante Miranda ngelarang lo di sini. Gue sama Om Will udah berusaha ngebujuk. Tapi dia tetap keras kepala. Kalo dia liat lo, mungkin dia bakal ngamuk." Jefano mencengkram rambut. "Asli gue bingung banget sekarang. Gue ngerti lo pasti khawatir mampus sama Noah. Tapi demi kebaikan lo, dan ketenangan Tante Miranda juga, mungkin sebaiknya lo tunggu Noah di apartemen aja."

"Nggak, Jef. Noah minta gue nunggu," memang Elata tidak tahu apa yang dimaksud Noah di telepon mereka sebelumnya. "Gue nggak mau kemana-mana."

"Ta, gue nggak mau lo dimaki-maki Tante Miranda."

"Nggak papa. Justru bagus. Biar dia lega karena udah ngeluarin isi hatinya."

"Coba pikir lagi—"

"Jef, gue nggak tau apa yang pernah Noah bilang ke lo. Mungkin dia minta lo buat merhatiin gue kalo dia kenapa-napa."

The Runaway Princess (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang