XLI - Sembunyikan

7.1K 1.1K 646
                                    

Jika hanya boleh sebatas rahasia aku bisa menyentuh hatimu, maka biarkan aku terkunci di memori diam-diam itu.

👑

🎼 Sam Kim - Love Me Like That 🎼

👑

❗️agak WARNING :❗️
1. Vote dan komen dulu gasi 🤝
2. Chapter ini mengandung gula, yang bisa menyebabkan diabetes akut dan ketergantungan pada sosok bernama Noah.
3. Usahan baca di malam hari dan sendirian hehe
4. Reaksi berlebihan dan akibat lainnya tanggung masing-masing pihak

👑

Wajahnya yang memerah akibat mandi air hangat tadi kini sudah kembali normal. Bahkan kaca kamar mandi juga sudah tidak lagi berembun. Namun di sana Elata masih menatap pantulan dirinya yang tengah menggigiti bibir. Rambutnya masih benar-benar basah dan melihat kekacauan yang dibuatnya di sana membuat Elata tidak pernah merasa semalu dan sebodoh ini.

Gimana caranya kabur dari sini?

Elata perlu menghitung sampai sepuluh di dalam hati, menguatkan pendiriannya sendiri, sebelum keluar dengan tegas menuju pintu, lalu kemudian urung dan berbalik lagi. Ia berjongkok, memegangi dadanya sendiri yang sudah berdebar tak karuan sejak tadi.

Namun Elata tidak bisa menghindar. Bersembunyi di sini pun tak ada gunanya. Sekalian saja ia memotong urat malu. Sudah kepalang tanggung. Ia pun mendorong pintu tegas dan langsung menutupnya di belakang punggung.

Benar saja, Noah sedang duduk di sofa tempatnya biasa tidur. Dengan kaos longgar dan celana pendek, serta rambut yang setengah basah sehabis mandi membuat penampilan cowok itu keliatan lebih segar.

Mau mati rasanya!

Elata mendekat perlahan. Setengah takut, setengah enggan. Seperti seekor kelinci yang mencari mati dengan mendatangi sang pemangsanya.

Elata berdeham.

Noah yang tengah memainkan ponselnya itu langsung mengangkat tatap. Elata mengerjap, menyimpan tangannya yang berkeringat di belakang tubuh.

Elata menelan ludah.

"Jadi gini...," baru mengatakan dua kata itu saja, Elata sudah melihat senyuman perlahan terukir di wajah Noah. "Kenapa senyum?"

Noah menyimpan ponselnya, bersandar penuh pada sofa, menyerahkan seluruh perhatian cowok itu padanya. "Rambutnya masih basah, Elata. Mau masuk angin?"

"Noah," Jujur saja lutut Elata sudah gemetaran. "Kamu punya... gunting?"

Kerutan di dahi Noah menjelaskan seberapa bingung cowok itu akan pertanyaannya. "Excuse me?"

"Gunting," jari telunjuk dan tengahnya terangkat, dan bergerak mengapit. "Buat motong-motong."

"Iya, tau gunting. Buat dipake apa?"

Elata memiringkan tubuhnya, menjangkau rambut basah bagian belakangnya untuk diperlihatkan pada Noah. "Rambut aku kena permen karet. Udah aku coba bersihin pake sampo, tapi nggak bisa lepas malah makin banyak rambut yang nempel. Tanganku pegel. Jadi mau aku potong, aja."

Noah langsung bangkit menghampirinya. "Gimana ceritanya bisa kena permen karet?"

Sepanjang perjalanan dari kampus menuju apartemen dilewati keduanya dalam diam. Jika Elata sudah berpikir ingin melompat dari mobil, Noah justru bersikap tenang seolah tidak terjadi apa-apa. Sikap santainya itu yang membuat Elata semakin kelabakan menakar malu.

The Runaway Princess (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang