XLVIII - Giliran Kembali

6.6K 1K 2.1K
                                    

Hidup memiliki rencananya sendiri. Yang merahasiakan ceritamu besok, dan mengajarimu kesalahan kemarin.

👑

🎼 Kina Granis fear Imaginary Future -
I Will Spend My Whole Life Loving You 🎼

👑

Panduan;
Yang jomblo hati-hati deh ☠️
Mohon maaf banget aja ini 🤣
Salam dalam warga Allard, salaman dulu 🤝

👑


Sedetik berlalu dalam ketegangan. Elata benar-benar terperanjat, tidak menyangka melihat sosok itu hadir di depan pintu yang juga menatapnya dengan sama terkejutnya. Entah apakah perbuatannya dengan Noah tadi sempat terlihat atau tidak. Ia menyeka bibir seraya menunduk, membawa perasaan malu dan pijakan kaki yang lemas.

Noah yang lebih dulu memecah kungkungan sunyi, sembari meraih tangannya untuk digenggam. Ia kemudian menatap dua tamu di ambang pintu. "Ibu kapan dateng?"

Miranda kemudian menarik kuping Noah sampai cowok itu meringis. "Gimana ngasih tau kapan dateng kalo telepon ibu nggak diangkat?! Kamu ini susah banget dihubunginnya? Emang kuliah kamu sesibuk apa?"

Noah mengekeh walau telinganya dijewer. Cowok itu lalu memeluk Tante Miranda, meski wanita cantik itu tetap mengomel.

"Hi, you must be Elata, right?"

Laki-laki jangkung dengan rambut sewarna madu itu mengulurkan tangan pada Elata. Terlalu terkejut membuatnya tidak sadar Tante Miranda tidak datang sendirian. Elata buru-buru menyambar jabat tangan itu.

"Dia Daddy aku," Noah menjelaskan, sudah berdiri di sisi Elata. Memegangi pinggangnya, menarik Elata mendekat. "Namanya William."

William berpenampilan rapi dan wangi. Kini ia tau dari mana Noah mendapatkan warna kehijauan di matanya, karena Will juga memilikinya. Wajahnya sarat akan keramahan karena garis senyum yang terlihat dengan mudah.

"Nice to meet you, sir William." ucap Elata kaku.

"Let's do in bahasa. Cukup panggil saya Will," laki-laki itu menepuk pundak Noah. "Dia secantik yang kamu ceritakan."

"Ini belum seberapa. Tunggu dia senyum, Dad."

Elata menyenggol rusuk Noah. Meminta cowok itu jangan berlebihan yang hanya membuatnya bertambah malu.

"Kalian mau pergi?"

"Mau anter Elata, Dad," Noah berpaling pada Miranda. "Bu, aku tinggal sebentar ya."

Miranda menyela. "Tadi katanya ada yang mau Daddy bicarakan sama kamu. Biar Ibu yang anter Elata,"

Pelukan di pinggang Elata mengerat ketika Noah bertanya. "Soal apa?"

"Soal keributan tempo hari, Noah. Ada sedikit hal yang mau Daddy tanyakan."

Noah mengangguk. "Aku cuma pergi sebentar, kok."

Miranda menepuk lengan Noah. "Kamu ini kenapa, sih? Udah sama Ibu aja. Elata mau, kan? Lagian udah lama nggak ketemu."

Bukannya mengalah, Noah malah merangkul bahunya. "Gimana, ya Bu. Nggak bisa tenang kalo bukan aku sendiri yang anterin."

Will tertawa geli. "Dia makin mirip aku, ya ngomongnya." Celetuk laki-laki itu. "Okay, Daddy tunggu di sini."

"Enggak!" Miranda bersikeras. Wanita itu lalu menarik Elata, di saat Noah juga menahan tangannya. "Ibu bisa anter dia dengan selamat. Jangan gitu, Noah. Daddy jauh-jauh dateng ke sini buat ngurusin masalah yang kamu bikin. Jangan keras kepala."

The Runaway Princess (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang