XXV - Sisi Gelap

4.8K 815 149
                                    

Terdapat dua sisi yang selalu kita sembunyikan diam-diam seorang diri. Kita yang tampil di hadapan dunia, dan kita yang mengutuki tawa.

👑

Vodess Bar and Club, merupakan klub malam paling terkenal di Jakarta Selatan

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Vodess Bar and Club, merupakan klub malam paling terkenal di Jakarta Selatan. Menyediakan berbagai hiburan yang berbeda setiap malam. Panggungnya dikemas dengan pencahayaan modern, serta suguhan musik berkualitas tinggi.

Mereka memiliki banyak jenis minuman dengan harga jual fantastis. Makanan mewah racikan koki profesional. Memiliki daftar tamu beragam, dari yang sekadar coba-coba sampai yang berdompet tebal. Pelayanannya terkenal memuaskan, dan tentu saja persyaratan sulit untuk menjadi anggota member di sini.

Singkatnya, semua yang bisa masuk ke tempat ini adalah bukan orang sembarangan. Siapa pun rela melakukan apa saja untuk bisa duduk di salah satu meja dan menghabiskan sisa malam.

Terkecuali Elata. Ia menaruh nampan di atas meja panjang bar. Menarik turun rok sebatas pahanya meski itu sia-sia. Seragam pelayan di sini memang diharuskan terlalu ketat dan pendek. Tidak peduli itu membuatnya sulit bernapas atau pun tidak nyaman saat berjalan.

"Meja tujuh, ya." ucap sang bartender sambil mengerlingkan mata pada Elata.

Elata tersenyum basa-basi menanggapi godaan yang sudah kerap kali diterimanya itu dan berlalu dari sana.

Meja tujuh rupanya diisi oleh tiga laki-laki berpakaian necis. Dengan hati-hati diletakannya botol minuman di tengah meja karena ia tahu harga botol itu berkali lipat lebih mahal dari gajinya.

Kumpulan bapak-bapak yang sepertinya baru pulang kerja itu memerhatikan Elata dari kaki hingga kepala. Bahkan dengan sengaja menghembuskan asap rokok ke arahnya. Di minggu pertama ia bekerja, Elata tidak tahan dengan hal itu. Tapi setelah enam bulan berlalu, menghirup asap rokok tidak ada bedanya seperti bernapas.

"Silakan dinikmati minumannya."

"Namanya siapa, dek?" Salah satu laki-laki di sana bertanya. "Nggak keliatan nih tulisan di dadanya. Coba duduk di sini biar Om bisa lihat."

Elata mengeluarkan senyum terlatihnya. "Maaf, tugas saya cuma nganterin minuman."

"Halah nggak usah jual mahal, gitu. Duduk dulu temenin kita."

"Atau langsung aja, mau berapa? Tinggal sebut."

"Biasanya yang cantik begini emang gitu awalnya. Biar ditawar makin tinggi."

Seperti yang dikatakannya tadi, ada bermacam-macam tamu yang datang ke sini. Maka sudah jelas Elata juga menghadapi berbagai macam sikap salah satunya yang melecehkannya seperti ini.

Elata mengangguk sekali lagi, tidak ingin terkesan terlalu tajam memberikan penolakan. Lalu berbalik pergi namun tangannya ditarik oleh laki-laki yang duduk di paling pinggir.

The Runaway Princess (TAMAT)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora