- 02

534 89 28
                                    

Mechabot menontonku sambil memakan kue basah. Kurasa dia satu-satunya power sphera yang dapat makan tapi tidak BAB. Kalau muntah sih bisa. Aku tidak begitu memahami seperti apa sistem pencernaan robot, dan bagaimana kue basah itu berakhir di dalam tubuhnya. Apakah makanan pada tubuh robot diolah menjadi metabolisme, dan sampahnya menghasilkan tumpukan bilirubin, atau entahlah. Dasar teknologi alien.

Aku memasukkan linggis, kunci inggris, dan macam-macam osiloskop digital ke tas. Karena aku mengemas terlalu banyak hal, jadi aku pusing sendiri, dan laboratorium robotika ini memang sungguh berantakan—makanya aku tersandung benda MPS Festo dan hampir jatuh.

"Awas jatuh." Peringat Mechabot.

Aku mendesis marah. "Bantu aku beres-beres."

Mechabot menarik lengan robot lengan industri berhias kabel-kabel yang berada di bagian eksternalnya dan menperagakan gerakan menolak dengan benda itu. "No no. Aku power sphera, bukan robot AI pembantu."

Aku menghela napas dan memerhatikan sekeliling ruangan, "Lihatlah sarang babi ini. Berantakan sekali."

"Memangnya kamu babi?" Mechabot bertanya.

Aku beranjak, mengangkat curve tracer, dan melemparkan benda yang menghasilkan out put seperti kurva itu ke Mechabot. Mechabot terbang ke samping, menghindarinya, lalu kembali mengejekku, "Tidak kena."

"Sini kamu!" Aku naik ke meja lab. Aku menginjak caliper digital serta beberapa benda penguji rangkaian elektronik lain dan mengejar Mechabot sampai dapat. Mechabot terbang menjauh, ia melesat seperti meteor ke sudut lain ruangan sambil teriak-teriak minta diselamatkan. Aku hampir kepleset karena menginjak lantai licin sebab barusan, aku baru saja menumpahkan oli steering di sana. Aku juga terjungkal ketika dijegal oleh kabel logic probe yang terbentang dari terminal listrik ke meja merakit.

Mechabot menertawai aku seraya mengejek.

Emosiku terpancing. Isi kepalaku memanas. Aku bangkit dengan dengkul nyeri. Di tengah itu, aku mengambil seonggok spatula penggorengan yang tadinya aku curi dari dapur TAPOPS untuk menyangga cup mobil bekas—aku perlu membedah dan mengambil mesin turbochargernya, dan mengalokasikannya sebagai bahan merakit robot.

Aku menjunjung spatulanya tinggi-tinggi, bersiap memukul Mechabot sampai ringsek.

Tapi entah siapa orang tolol bin idiot yang makan pisang di sini dan membuang kulitnya sembarangan—tunggu, akulah yang makan pisang—sehingga aku menapakkan kaki di atasnya, kepleset, dan hendak mencium solder menyala di bawah. Aku tidak mematikan sambungan listriknya karena berpikir begini; aku tidak butuh berhemat, aku kaya dan dapat membayar tagihan listrik TAPOPS, jadi aku meninggalkannya tetap terkoneksi pada inverter listrik lantaran ingin mengelas sejumlah bagian logam pada teknologi garapanku.

Aku tidak tahu aku mesti bagaimana. Namun di detik itu, tangan seseorang menarikku, menolongku dari kecelakaan mengerikan yang dapat merusak sisa hidupku. Aku mendongak ke atas. Rupanya Pak Amato, salah satu jajaran penting di TAPOPS.

"Hati-hati, Putri." Pak Amato menegakkan badanku.

Pak Amato datang dengan papi. Wah, wah. Kenapa mereka berdua repot-repot mengunjungi aku, ya?

"Oh tidak!" Setelah aku berpotensi terbakar solder di muka, Mechabot mendekat dan memeriksa wajahku dengan teliti. "Kamu tidak apa-apa?"

Aku menjauhkan jidatnya yang bundar, sekalian memegangnya seperti bola basket dan memperagakan manuver three point ke tong sampang di pinggir sofa. Mechabot tidak masuk ke ring tong sampahnya, karena ia memiliki gaya aerodinamis untuk melayang di udara.

Boboiboy x Reader | Alternate Route of SupeheroWhere stories live. Discover now