- 03

517 82 20
                                    

Aku menjatuhkan ponselku lagi ke tanah.

Orang itu meraba-raba tanah, mengotori tangannya sendiri, mencari tongkat kayu kokoh dari ranting mentah yang dibicarakannya barusan. Tadinya ia mengenakan tudung di kepala, namun kini kain itu tersibak penuh. Matanya tidak reaktif dan konstan terhadap hal di sekelilingnya. Baiklah. Aku mendiagnosis, dia tidak bohong.

Tongkatnya ada di ujung heelsku. Tergeletak melintang di bawah sana. LoopBot berinisiasi mengamankan tongkatnya, dan menyerahkan tongkat itu pada di pria. Robot berbudi luhur.

"Biar aku bantu, ini tongkatnya." LoopBot berkata.

Si pria menggapai-gapai udara, mencari dimana tongkat yang ditawarkan LoopBot. Karena tidak kunjung ketemu, LoopBot menggamit tangan si pria, dan membawanya pada sebatang kayu kasar itu.

Si pria mengulum senyum, "M-makasih."

Aku memungut ponselku lagi dan mundur ketika si pria berusaha berdiri. Ia kelihatan ragu-ragu luar biasa. Aku menunggunya bertanya sebab aku tahu, orang ini kebingungan dan buta navigasi.

Aku tidak mengerti apa maksudnya si pria ketika ia mengatakan ia mengalami kebutaan belum lama ini. Kedengarannya naas, dan itu menjadikan aku menyesal telah mengatainya sebelumnya.

"Apakah benar, ini Teras Guruh? Permisi, maaf?" Tanyanya. Aku dan LoopBot bersitatap sejurus. Jelas, ya. Namun aku membendung jawabanku karena tidak mau meladeni si pria lebih jauh.

"Ya. K-kalau boleh tahu, siapa namamu? Dan kenapa kamu ada di sini?" LoopBot malah penasaran.

Aku menghela napas kasar dan membalikkan badan. Aku perlu bergegas pulang ke bumi. Aku tidak ingin menyia-nyialan waktuku lagi di Gur'latan tanpa tujuan karena misi ini nggak valid. Di sini baunya tidak enak karena adanya abu vulkan yang gembur dan mudah terurai. Itu sangat berpotensi mengotori pakaian mahalku dan Louboutin edisi terbatas di kedua kakiku. Aku tidak betah.

"Arumugam." Katanya, memperkenalkan diri.

Aku berusaha menghubungi stasiun TAPOPS lagi. Namun jaringannya masih tidak mendukung. Aku sampai berkali-kali mencoba dengan mengotak-atik jam tangan digital ini.

"Bisakah aku tahu, dimana rekuitmen TAPOPS dilaksanakan?" Arumugam, di belakangku, bertanya. "Aku berniat ikut serta."

Seketika, tenggorokanku tercekat. Aku kembali berhadap-hadapan dengannya. Aku perlu mendongak untuk mengidentifikasi wajahnya. Arumugam tidak berkapabilitas masuk ke tentara galaktik. Dia hanya akan mati ketika Nebula menyembur radiasi dan itu akan merusak sel-sel yang memproduksi darah di sumsum tulangnya.

"Wah. Kebetulan. Kami petugas TAPOPS." LoopBot sama linglungnya denganku, namun entah kenapa ia bertubi-tubi berjuang memperbaiki situasi. Seolah ini begitu penting baginya. Aku merotasikan mata malas sambil menyilang tangan di dada. Mengapa aku mengajak LoopBot kemari, ya? Semestinya aku meninggalkannya saja di charging station dan menolak mentah-mentah visinya mengenai probabilitas kedatangan Nebula dan kehadirannya yang akan selalu membantu.

"Tidak." Aku menyela sebelum pria itu berterimakasih lagi. "Kamu tidak bisa."

Permintaan telponku tersambung. Tapi bukan pada TAPOPS. Ini tepon pribadi. Sai. Aku sempat mengharapkan alien itu dapat membantu.

"Sai!" Aku memekik.

Sai memunculkan hologramnya. Sai tidak cukup sibuk untuk mengabaikan aku. Aku jadi iri.

"Tidak ada sukarelawan di Gur'latan." Aku melaporkan.

Mendadak, LoopBot terbang di depan mukaku, "Bohong. Dia bohong, ada satu."

Boboiboy x Reader | Alternate Route of SupeheroWhere stories live. Discover now