chapter 6 - our little angel

4.2K 316 4
                                    

Sore menjelang malam,semua anggota keluarga sedang berkumpul diruang keluarga menunggu waktu makan malam tiba.

Para lelaki sedang membicarakan bisnis mereka,sedangkan Jay dan Gabriel tengah menjahili si anak buntal yang sedang menonton kartun favoritnya. Ricco,hanya diam melihat kejahilan mereka berdua sembari memvideokan.

"Jangan talik pipi Avin,sakit loh pipinya. Nanti melal pipinya,tidak seksi lagi." marah Avin pada mereka bertiga.

"Seksi darimana,ini tuh pipi bakpau bukan pipi seksi." geram Gabriel kembali mencubit pipi Avin karena kelewat gemas.

"Abang jangan nakal."

Ucapan Avin hanya angin lalu bagi mereka,mereka melanjutkan acara 'mari membuat kesal Avin' sehingga membuat si empu pipi geram bukan main. tangan Avin terkepal dan menatap mereka bertiga dengan kesal bercampur geram.

Avin meraih tangan Jay dengan secepat kilat kemudian menggigit tangan Jay dengan gigi susunya.

grekkkk

"AKHHHH iya iya Abang minta maaf,sakit loh ini dek." ucap Jay mencoba melepas gigitan Avin pada tangannya.

Mereka semua menatap ke sumber suara saat mendengar teriakan Jay dan terkejut saat melihat Avin yang masih menggigit tangan Jay.

Papa segera bangkit dan mengambil Avin kedalam gendongannya kemudian kembali duduk di tempat semula.

"Kenapa gigit tangan abangnya,hm. Sakit loh tangan abangnya." ucap papa mengelus punggung Avin.

Avin mendongak menatap sang papa dengan wajah memerah karena masih ada rasa kesal. Papa yang melihat raut wajah Avin segera mengecup pipi Avin karena terlampau gemas.

Avin menunjuk kearah Ricco "Abang nakal papa cubit cubit pipi Avin.Papa bilang kita tidak boleh nakal nanti masuk nelaka,kan papa?" ucap Avin polos dengan tangan yang masih menunjuk kearah Ricco.

"Loh kok Abang sih dek,kan yang nakal Abang Gabriel dan abang Jay." Ricco bingung saat telunjuk buntal itu malah mengarah padannya,padahal dirinya hanya diam sedari tadi.

"Abang diam saja Dali tadi tidak menolong Avin,jadi Abang juga nakal." Avin menoleh sekilas kemudian kembali menatap papanya. Avin termangu menatap wajah papanya yang terlalu tampan menurutnya,tapi itu tidak ia suarakan karena yang tertampan harus dia tidak boleh yang lain.

"Kenapa melihat papa seperti itu?" tanya papa setelah mencuri kecupan di hidung mungil Avin.

Avin terkesiap kemudian menabok wajah papanya dengan pelan "papa jelek,hanya Avin yang tampan." ucapnya kemudian menyandarkan kepalanya di dada sang papa.

"iya iya hanya adek yang tampan yang lainnya jelek." ucap papa karena tau mood Avin yang sedang tidak baik.

"kenapa,hm?" tanya mama yang duduk disamping papa mengusap punggung sang anak.

"Avin lapal loh ini,mama tidak mau kasih Avin mam?kasihan nanti anak-anak Avin." ucap Avin menunduk mengerucutkan bibirnya sembari mengelus perut yang sudah mulai membuntal itu.

mereka menggelengkan kepala mendengar ucapan Avin itu.

"Ututututu kacian cekali peyut bayi nya mama." ucap mama mengelus perut Avin dengan meniru suara bayi,sesekali juga mama menggelitik perut Avin mengundang si empu perut tertawa geli.

Yang lain tersenyum teduh melihat interaksi di hadapan mereka,semenjak kedatangan bayi buntal itu suasana mansion yang dulunya hanya diselimuti kegelapan kini berubah berwarna. Bahkan para bodyguard serta para maid pun ikut merasakan kebahagiaan itu. Avin itu laksana bulan purnama yang selalu menyinari langit gelap berubah menjadi terang. Mereka bersyukur memiliki permata kesayangan yang berada ditengah-tengah keluarga mereka. Berjanji satu sama lain untuk terus menjaga kesayangan mereka,berjanji untuk tetap menjaga tawa itu agar tidak menghilang.

our little angelWhere stories live. Discover now