BAB DUA

2.3K 334 12
                                    

Ares berpikir kalau perempuan berambut merah itu akan pergi setelah selesai menggambar tubuhnya dengan pena. Norah turun dari atas ranjangnya dan sekarang mengibas rambut panjangnya. "The way out is th-there," kata Ares yang sekali lagi tergagap.

"Siapa bilang aku akan pergi?" tanya Norah dengan mata berbinar.

"Ka-Kamu tidak akan pergi?" Ares mengerutkan dahinya dengan bingung.

"Tidak, aku belum selesai berbicara denganmu," Norah berkata lalu mencari kursi terdekat. Ia lalu menarik kursi itu ke tengah ruangan, mendudukinya dan mengeluarkan kotak rokok dari belakang celana pendek yang ia kenakan. Ares mau tidak mau melihat kaki wanita itu yang jenjang dan terlihat sangat indah. Seketika ia kembali memikirkan kedua kaki wanita itu berada di atas pangkuannya.... Ya, Ares kamu mulai kehilangan akal sehatmu.

Norah juga mengeluarkan pemantik api dan menyalakan rokoknya. Dengan cepat Ares mengambil rokok dan pemantik dari tangan wanita itu. "No smoking in Escara House."

Norah memutar kedua bola matanya, "Peraturan dibuat untuk dilanggar, Ares Escara."

"Peraturan dibuat untuk tidak dilanggar, Miss Imogen."

"Namaku Norah."

"Miss Imogen, tolong keluar dari ka-kamarku."

"Apa kamu selalu tergagap ketika berbicara? Atau hanya ketika lawan bicaramu perempuan kamu tergagap?" tanya Norah kepada Ares ketika menyadari cara bicara pria itu.

"A-Aku tidak gugup," kata Ares.

"So, you're just lame—like super lame."

Ares mendesah, "Terserah."

Norah menarik napasnya, "So, let's settle this. Apa kamu mempunyai wanita yang kamu sukai di kampus ini? Karena wanita itu akan menjadi targetmu. You need a goal."

Ares memperbaiki letak kacatamanya, "Isn't the goal to win the NCAA Bowl?"

"Memenangkan NCAA Bowl adalah target kita berdua. Tapi memenangkan perempuan yang kamu suka adalah targetmu. You're a male species, your brain operates on sex. So, who is this one unlucky lady that you like? Atau kamu menyukai sesama jenismu? We can work on that as well."

"A-Apa?"

"You need your own goal. That's what I'm saying. Like a trophy for you. A woman."

"Aku tidak menyukai siapa pun."

"Liar," kata Norah kepada Ares.

Ares mengedikkan bahunya, "I don't know."

"Jangan berbohong kepadaku, Ares Escara."

"Miss Imogen," kata Ares. "Kalaupun aku menyukai seorang wanita, aku tidak akan memberitahumu."

Norah dengan percaya diri berkata, "You need to tell me. Aku akan memastikan kamu mendapatkan wanita ini. Siapa namanya dan jurusannya? I will guarantee you—you'll have sex with her before you win the NCAA Bowl."

"..."

"..."

Norah menunggu tapi Ares tidak menjawabnya. Sehingga ia mengeluarkan handphone-nya dan berkata lagi, "Okay, so you're not just lame, you're quiet as well. Kamu beruntung aku telah melakukan riset terhadapmu, Ares Escara. I know every move you make in this school. Aku punya beberapa nama dan kamu akan memberikanku reaksi. Bridgette Thomas—art school? Oke, tidak? Riverra Haus—medicine? Aku melihatmu berbicara dengannya kemarin? Tidak? Oke, next. Filly Fred—physics? Filly meminta sesuatu darimu dua hari yang lalu, bukan? Tidak? Bukan Filly? So, hmm, Nara Teagan dari jurusan matematika murni sama sepertimu. It's her isn't it?" Nora mendapatkan jawabannya ketika tiba-tiba Ares kembali kecegukan dan ia tersenyum dengan lebar.

"Kamu kecegukan," kata Nora.

"Bagaimana kamu bisa tahu aku menyukai Nara?"

"You always partnered with her. Setiap tugas grupmu bersamanya. Aku harus membayar mahal untuk informasi itu kepada asisten profesormu. But that's okay, it's all worth it. Ares Escara likes Nara Teagan. Apa Nara tahu kamu menyukainya? I guess not, you're lame."

"I'm that lame, huh?"

"But all your wild fantasy is Nara Teagan, yes?" tanya Norah.

"..."

"..."

Ares tersipu merah dan Norah terkekeh, "God, are you a virgin too?"

"..."

"..."

"Baiklah, aku akan memastikan Nara Teagan melihatmu lame boy. Our target—NCAA Bowl. Your trophy—Nara Teagan. Deal? Come on man, you'll have sex for the first time! Cheers for that," Norah mengangkat tangan Ares dan menepuknya dengan tangannya. "Virgin boy, we have loads of work to do."

Shall We Dance? | CAMPUS #03Where stories live. Discover now