BAB DELAPAN BELAS

1.1K 250 9
                                    

Norah menghabiskan harinya menyusun nama-nama yang akan ia diskusikan dengan Ares dan tidak menyadari kalau hari sudah sore ketika ia menyelesaikan daftarnya. Ia menutup laptopnya dan berjalan keluar dari perpustakaan. Ia mendongak dan melihat langit sore yang begitu indah berwarna jingga keunguan. Angin menerpa rambut merahnya dan Norah mengambil ikatan rambut dari dalam saku celananya yang robek, lalu mengikatnya.

Ia lalu mendengarkan perutnya yang mengeluarkan suara gemuruh yang hebat. "Oh, aku belum makan," katanya kepada diri sendiri. Norah lalu memegang perutnya untuk menghentikan suara yang terus terdengar karena ia kelaparan.

Norah menggigit bibirnya dan berpikir. Kalau ia kembali ke Gedung Annex, ia pasti akan mendapatkan jatah makanan staf karena ibunya. Namun masalahnya hanya satu, kakinya yang terkilir sekarang sangat bengkak dan sakit, kalau ia memaksakan dirinya berjalan melintasi taman menuju gedung terjauh dan terpencil kampus, Norah tahu ia tidak akan mungkin bisa kembali ke ruang fitnes.

Norah memegang perutnya sekali lagi dan bertanya, "What about a one dollar chips, tummy?"

Perutnya mengeluarkan suara ketika ia memberikan ide itu dan ia berkata lagi, "That'll do. One dollar is already too much. Kita seharusnya makan di kafetaria staf secara gratis, tapi hari ini kita harus mengeluarkan uang. We spent too much yesterday and today, right?"

Norah lalu mengingat ia telah mengeluarkan hampir delapan dolar kemarin untuk bus karena ia membayarkan tiket Ares dan hari ini ia harus mengeluarkan lebih banyak uangnya untuk makan siang yang ia lewati. "Baiklah, ayo kita membeli sebungkus keripik kentang yang sangat mahal itu."

Norah mencari snack machine di kampus dan memasukkan koinnya ke dalam mesin. Ia lalu memilih keripik kentang kecil yang sangat mahal baginya dan mendesah. "This should do," pikirnya.

Ia menatap bungkus keripik itu dan membukanya. Norah lalu menghitung isi keripik kentang yang baru saja dibelinya. Lima belas, kamu harus memakannya dengan hati-hati dan pelan-pelan, Norah.

Dirinya menemukan kursi di taman dan memakan makan siangnya selagi menatap langit sore. Norah seketika memikirkan ibunya yang mungkin melihat langit yang sama. Apa Eomma menganggap langit ini indah? Atau ia terlalu sibuk menunduk menatap lantai yang selalu kotor walaupun ia telah membersihkannya setiap hari?

Lima menit kemudian ia telah menghabiskan makan siangnya dan masih merasa lapar. "Ya, Norah, kamu bisa makan nanti malam. Just wait a little bit more tummy."

Jam tangannya sekarang menunjukkan pukul enam sore. Norah memiliki dua jam sebelum bertemu dengan Ares dan memutuskan kalau sekarang ia berjalan ke arah ruang fitnes, dirinya memiliki cukup waktu untuk mengistirahatkan kakinya. Lagipula tidak akan ada yang menggunakan ruangan itu semenjak seluruh anggota football Crimson High mogok.

Memerlukan waktu hampir dua puluh menit dan seluruh tenaganya untuk sampai di ruang fitnes. Ia membuka kunci dan menyalakan semua lampu seperti yang telah diarahkan Eric tadi pagi. Nora lalu menurunkan tasnya di depan dinding kaca yang biasanya digunakan para atlet untuk berkaca dan melihat tubuh mereka, dan duduk bersandar membelakanginya.

Norah tidak perlu melihat dirinya yang terlihat terlalu kurus dan memakai celana robek. Sekarang ia hanya perlu beristirahat sebelum Ares Escara datang untuk sesi olahraga malamnya. Tentunya setelah pria itu mengantarkan Nara kembali ke asrama wanita itu. Norah menguap dan memutuskan untuk memeluk dirinya sendiri dengan mendekatkan pahanya ke dada.

"Lihat hasil kecerobohanmu, Norah," gumamnya kepada diri sendiri ketika melihat luka dan celananya yang robek. Lukanya sekarang terlihat telah mengering dan tidak ada lagi darah basah. Norah memutuskan untuk memikirkan lukanya di salah satu lututnya nanti karena sekarang sepertinya ia baik-baik saja. Ia menunduk dan memejamkan matanya. Tidak sulit untuk tertidur dan terlelap seketika karena Norah kelelahan.

Beberapa menit saja, pikir Norah. Namun menit berubah menjadi satu jam, dan ketika ia menyadari dirinya telah ketiduran terlalu lama, Norah terperanjat membuka matanya. "Shit!"

Ia baru saja akan melihat jam tangannya, tapi matanya bertemu dengan pemilik mata biru itu yang berjongkok di hadapannya. Norah lalu menyadari tiga hal—satu, mata biru itu sangat indah. Dua, ia pasti bermimpi, karena tiga, ketika ia menunduk ia melihat plester di kakinya yang terluka.

"Ka-kakimu berdarah. Aku menyadarinya."

Norah membalas pemilik mata biru itu, "Aku mengerti kenapa matamu berwarna sama seperti langit dan lautan, Ares Escara. It's a color so beautiful that only beautiful things could have it—including you. Aku juga berpikir mata birimu sangat indah. Biarkan aku tidur sebentar lagi dan bangun. Di mimpiku kamu mendengarkanku."

"..."

"..."

"Ini bukan mimpi, Norah."

Shall We Dance? | CAMPUS #03Where stories live. Discover now