BAB LIMA BELAS

1.1K 249 7
                                    

"Eomma, aku harus pergi," kata Norah ketika ibunya memaksa untuk mengambil piza yang ia bawa kemarin. Ia sengaja tidak memakan piza yang dibelikan Ares dan berharap ibunya akan memakan semua, karena Norah tahu betapa jarangnya mereka mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan makanan enak dan mahal.

Norah dengan cepat memakai sepatunya dan melangkah keluar dari kamar kecil mereka, "Eomma, aku harus pergi. Please eat the rest of the pizza, aku akan sarapan dengan temanku."

"Norah, aku tidak mungkin menghabiskannya sendiri—"

Norah tahu kalau seorang Sarah Kim akan menghabiskan semua piza itu sendiri dan sangat menginginkannya, tapi hati lembut ibunya masih saja memikirkannya. Norah menggeleng dengan cepat dan berkata, "Habiskan saja, Eomma. Kemarin aku sudah makan err, satu kotak sendiri."

Norah menutup pintu dengan cepat dan melihat jam tangan yang diberikan oleh neneknya. Sial, pikirnya. Ia akan terlambat. Ia hanya memiliki waktu sepuluh menit untuk berlari ke kampus dan bertemu dengan Ares di ruang fitnes utama yang dipakai anggota Crimson High.

Norah sekarang berlari dan mengeluarkan handphone-nya dari saku celana ketika melihat nama Eric di layar meneleponnya. "Hei, kamu ada dimana?" tanya Eric Vernandez, temannya dan juga asisten pelatih fitnes Crimson High.

"Di jalan, I'll be latefifteen minutes," kata Norah dengan napas terengah-engah.

"Apa Ares Escara akan datang tepat waktu atau terlambat juga sepertimu?"

"Apa ia belum datang? Pria kurus dan memakai err kaus hitam atau putih, atau mungkin abu-abu itu harusnya datang tepat waktu. Can you wait? It's not even six yet."

"It's almost six and I hope he knows how to be on time."

"Aku akan meneleponnya," kata Norah kepada Eric.

"Norah, for this to work, he needs to know how to be on time."

"He'll be on time," kata Norah. "I'll make sure of it."

Norah mematikan teleponnya dan sekarang mencari nama Ares Escara di layar handphone-nya. Ia lalu menelepon pria itu dan terus berlari ke arah kampus utama. Secepat apapun ia berlari, jarak antara Gedung Annex dengan kampus utama sangat jauh dan ia tahu dirinya akan terlambat bagaimanapun juga. "Ares?" Norah berteriak ketika pria itu akhirnya mengangkat teleponnya.

"Y-Ya?"

"Apa kamu sudah dekat?" tanya Norah dengan panik.

"Aku baru sampai."

"Good, okay, please meet Eric. He's in the fitness room."

"Ka-Kamu baik-baik saja?"

"Ya," kata Norah. "Paru-paruku mungkin akan meledak setelah ini tapi aku baik-baik saja. I'm running as fast as I can, please start with Eric. He's a tall and build Mexicanyou'll hardly missed him. Okay, bye."

Detik berikutnya Norah yang baru saja mematikan hubungan telepon antara dirinya dan Ares, sama sekali tidak menyadari kalau ia berlari di jalan yang tidak stabil dan berkerikil. Salah satu kaki Norah tersandung kerikil besar yang berada di hadapannya dan sekarang terjatuh dengan tiba-tiba.

"Argh," kata Norah menggeram kesakitan. Sialan!

Norah mencoba untuk berdiri tapi gagal karena ia tahu dirinya bukan hanya terjatuh tapi sekarang juga terkilir. Ia juga sekarang melihat celananya robek dan mengeluarkan darah karena kerikil menggoresnya.

"Great," Norah berkata. Dengan perlahan-lahan ia mencoba untuk berdiri dan mengembalikan keseimbangannya. Norah sekali lagi melihat celananya yang robek dan bergumam, "Eomma akan marah."

Ketika akhirnya ia menemukan kembali keseimbangannya, ia tahu dirinya harus berjalan perlahan-lahan, atau ia akan membuat kakinya yang terkilir semakin sakit. Lima belas menit yang ia janjikan kepada Eric, sekarang berubah menjadi dua puluh menit dengan kecepatan jalannya. Setidaknya Eric sudah menemukan Ares—mereka tidak benar-benar membutuhkanku ketika latihan, pikir Norah kepada diri sendiri.

Norah berjalan dengan tertatih-tatih dan selama perjalanan ia memarahi diri sendiri karena kecerobohannya. "Kalau saja kamu tidak bodoh, Norah...." Ia mengulangi kalimat itu beratus-ratus kali dan menahan rasa sakitnya. Setiap langkahnya menjadi sangat berat dan sulit. Ia harus melewati taman kampus yang sangat luas untuk sampai ke ruang fitnes utama Crimson High. Namun, langkahnya sepenuhnya terhenti ketika ia melihat Nara Teagan sedang berjalan ke arahnya bersama dengan seorang temannya.

Nara terlihat sangat cantik dan sederhana pagi itu mengenakan sweater kasmir berwarna krim dan celana jins hitam. Ia membawa beberapa buku di kedua tangannya dan rambut panjang hitamnya terurai dengan sempurna. Norah terdiam ditempat dan membiarkan mereka berjalan melewatinya. Pada saat itu ia mendengar pembicaraan antara Nara dan teman wanita itu yang menarik perhatiannya, "...ia selalu mengucapkan selamat malam setiap menjemputku di perpustakaan...."

"...setiap malam ia akan menjemputmu...."

"...he'll walk me back to the dorm every night...."

"...setiap malam?...."

"...ya dan setelah itu ia akan mengirimkan pesan singkat...."

"...God, to be loved by an Escara boys...."

Norah lalu tersenyum ketika menyadari siapa yang mereka bicarakan. Ares Escara.

Oh, pria itu tidak membalasku karena ia pergi menjemput Nara di perpustakaan semalam.

Norah mengangguk dan berkata kepada dirinya sendiri, "He's a gentleman and a romantic? Si Cupu ternyata hebat juga."

Shall We Dance? | CAMPUS #03Where stories live. Discover now