BAB TUJUH BELAS

942 238 13
                                    

"Oke, nerd boy, kamu dan aku akan bertemu lagi jam delapan malam nanti. Sebaiknya kita membicarakan mengenai calon anggota timmu nanti malam saja. We'll talk while you exercise tonight," kata Norah kepada Ares setelah Eric meninggalkan mereka.

"Ki-Kita tidak akan berbicara sekarang?" tanya Ares kepada Norah.

"Tidak," kata Norah. "Lebih baik nanti malam saja. Aku sedang menunggu beberapa hal dari Eric. Ia akan memberitahu menu diet-mu dan juga pelatihmu Peter Markov. Peter adalah asisten pelatih, he's very junior, but he knows the game well and he can teach you the basics. Sementara itu, aku akan membuatkan daftar nama pemain yang harus kamu dekati dan pilih sebagai anggota tim."

"Tu-Tunggu," kata Ares.

"Ya?" tanya Norah berbalik dan menunggu Ares.

"Are we choosing players from the current roaster?"

"Maksudmu apa aku akan membuat daftar nama dari pemain Crimson High yang mogok? The answer is no—mereka semua tidak akan kamu dekati. Mereka akan mogok season ini, Ares. Mereka tidak akan kembali untukmu apalagi Crimson High."

"Then where are you getting the names?" tanya Ares.

Norah tersenyum dengan puas karena pria itu menanyakan pertanyaan yang ia suka. "Aku menonton olahraga di kampus ini. Aku melihat pemain terburuk di setiap olahraga dan mengambil nama-nama mereka."

"Do you think the weakest players in each sport would be a good fit to play for the Crimson High football team?" tanya Ares.

Pertanyaan lainnya yang Norah suka, pikirnya. "Ya," jawab Norah dengan percaya diri.

"What? Why?"

"Apa kamu tahu film The Replacements?"

"Ti-tidak."

"Aku terinspirasi dari film itu. Quarterback yang tidak diketahui dan tidak terkenal, memimpin timnya—termasuk seorang narapidana dan mafia—ke Super Bowl. The team was solid as hell at the end. Of course, they were shit the first few games, but then they got it. They know how to play and win. Aku merasakan itu yang akan terjadi kepadamu dan timmu nanti."

"So, are you putting prisoners and mafias to my team?"

"I would love to, but Harvard students are just rich kids. Kita akan bertemu nanti malam. Jam delapan malam. Jangan terlambat, Ares Escara. Aku harap kamu mengantar Nara sebelum latihan malammu dimulai."

"Ka-Kamu tahu aku mengantar Nara setiap malam kembali ke asramanya."

"Aku tahu," kata Norah mengangguk.

"How?"

"Aku terjatuh tadi," kata Norah. "She walked pass me."

"She talked about me?" tanya Ares. Norah berpikir kalau Ares sama sekali tidak mendengar kaliamat sebelumnya dan hanya peduli dengan hal yang berkaitan dengan Nara. Ia sama sekali tidak tersinggung dan mengangguk menjawab pria itu. "Ya, Nara berjalan melewatiku dan sedang membicarakanmu. Siapa lagi yang Nara bicarakan kalau bukan dirimu? Kamu satu-satunya yang mengucapkan selamat malam kepadanya—kamu mengatakannya sendiri kepadaku kemarin. Kamu juga tidak membalas pesanku dan aku tahu alasannya sekarang. You're with her. You went out again after we parted ways yesterday."

"Oh, Nara me-membicarakanku."

"Okay, Buddy, sampai bertemu nanti malam," kata Norah yang siap mengakhiri pembicaraan dengan Ares. Namun pria itu sama sekali tidak berniat menyelesaikan pembicaraan mereka mengenai Nara Teagan.

"A-Apa ia terlihat senang mengetahui aku mengucapkan selamat malam kepadanya setiap malam?" tanya Ares kepadanya. "Ma-Maaf aku penasaran."

Norah mengangguk, "She looked happy."

"Jadi mungkin ia me-menyukaiku juga?"

"Maybe," jawab Norah dengan jujur. "Just out of curiosity, why do you like her? Apa karena ia sangat pintar sepertimu?"

"She's so pretty," kata Ares dengan begitu tulus. "Like a ray of sunshine."

"That's the only reason?" tanya Norah yang masih penasaran.

Ares menggeleng dan berkata, "Aku se-sedang menjelaskan de Rham cohomology kepadanya suatu hari di perpustakaan. Lalu aku melepaskan kacamataku, entah kenapa, aku lupa, mungkin karena aku terlalu lelah waktu itu dan perlu mengistirahatkan mataku. Aku menutup mataku dan ketika membukanya kembali, mataku bertemu dengan matanya. Mata cokelatnya yang begitu indah menatapku dengan tatapan tercengang. Aku kira Nara menemukan sesuatu di wajahku yang menyedihkan ini melihat tatapannya. You know what she said that made me so speechless? She said these words I play over and over again in my head, 'Ares, there's a reason why the color blue is associated with the sky and the sea. It is right, the color of the sky and the color of the sea. It is just beautiful. It is perfect. I'm just finding it hard to believe the color blue is the same color with your eyes. I'm mesmerized and couldn't find the reason to explain what I see.' Aku menyukai Nara bukan karena ia memujiku, tapi karena ia membuatku merasa seperti pria yang dapat dicintainya. Ada seorang wanita yang mencintai seorang Ares Escara—that's one hell of a surprise, even for me."

Norah membalas pria itu dengan datar, "Okay, Bud. I'm going now. Feel free to dwell with your thoughts and think about your ray of sunshine some more."

Ares berdeham dan mengangguk, "Ma-maaf."

"Jam delapan, jangan terlambat."

"Aku akan mengantarkan Nara se-sebelum jam delapan."

"Nice," kata Norah yang mengacungkan jempolnya ke arah pria itu. "See you."

Norah berbalik dan berpikir kepada dirinya sendiri—oh, ternyata Nara yang kali pertama menyadari betapa indahnya mata pria itu. Mungkin tidak sesulit itu untuk menyatukan Nara dan Ares. Mereka saling menyukai, bagaimana kamu tidak bisa melihatnya, Norah?

Shall We Dance? | CAMPUS #03Where stories live. Discover now