BAB DUA PULUH DUA

1.1K 271 10
                                    

"Kamu memanggil namaku," gumam Norah dibalik punggung Ares. Mereka perlahan-lahan berjalan keluar dari stadion. Norah membantu Ares mengarahkan flashlight handphone-nya untuk melihat jalan sementara pria itu menggendongnya.

"Ya, Norah," kata Ares kepada wanita itu.

"You always called me Miss Imogen before."

"Ka-Kamu ingin aku terus memanggilmu Miss Imogen?"

"No," kata Norah.

"Norah—kalau begitu?" tanya Ares kepada Norah untuk memastikan nama panggilan wanita itu.

"Ya," Norah bergumam kembali.

Ketika Ares berjalan keluar dari stadion yang gelap menuju taman kampus utama, langkahnya berhenti untuk sejenak melihat dua penjaga yang ia temui sebelumnya. "Ada apa?" tanya Norah. "Apa aku terlalu berat? Turunkan aku saja."

"Tu-tunggu, aku perlu berbicara dengan mereka," kata Ares kepada Norah.

Norah mengerutkan dahinya ketika Ares berjalan ke arah dua penjaga kampus yang mengenali Ares. "Oh, kamu!" kata salah satunya menyadari siapa Ares.

"Sudah kukatakan tadi pria ini kembali ke arah stadion," penjaga lainnya berkata kepada temannya. "Kita seharusnya mengusirnya terlebih dahulu."

"Kamu mematikan listriknya." Sekarang mereka saling menyalahkan.

"Hei, anak muda, kamu kembali ke stadion untuk apa? Tadi listrik kami matikan dan kami menyalakannya lagi, berharap kamu keluar tepat waktu. It's already late, apa yang kamu masih lakukan? Are you playing around with your girlfriend in the stadium? Kami bisa melaporkan kamu kepada dekan asrama dan kampus."

Norah berpikir Ares sama sekali tidak akan berani membalas dua penjaga yang terlihat marah di hadapannya sekarang dan ia harus membantunya. "Aku akan berbicara dengan mereka, Ares—"

"Saya yang akan melaporkan Anda berdua ke atasan kalian," kata Ares yang terdengar marah. Apa? Norah berpikir ia salah mendengar kata-kata pria itu tapi sekarang Ares memperjelasnya dengan kembali berkata, "Kalian seharusnya berpatroli memeriksa seluruh ruangan di stadion sebelum mematikan listriknya, bukan? Saya mendengar rencana kalian yang terlalu malas untuk melakukan itu dan memutuskan untuk mematikan listrik dari saklar utama—solusi cepat agar kalian dapat menikmati hot cocoa di pos.

"Lalu kenapa kalian menyalakan seluruh stadion dan mematikannya lagi detik berikutnya? The whole stadium is now pitch black, kalian tidak memberikan kami waktu untuk keluar sama sekali. Kaki temanku terkilir karena kebodohan kalian berdua. Do you think we can see anything when everything is dark inside the stadium?"

"Anak muda, apa Anda baru saja memarahi kami?"

"Ya," jawab Ares dengan tegas.

"Who do you think you are, Son?" tanya penjaga kepada Ares.

"Ares Escara," kata Ares mengucapkan namanya kepada kedua penjaga itu.

"Escara.... Escara.... Escara?!" Sekarang kedua penjaga itu terlihat panik dan takut ketika menyadari siapa Ares sebenarnya. "Anda adalah salah satu anggota keluarga Escara? Escara seperti nama-nama gedung di kampus ini? Anak muda, hey, jangan bercanda dengan kami."

"Ya, aku adalah Ares Escara seperti nama-nama gedung di kampus ini. Keluargaku adalah benefactor utama Harvard dan memecat dua penjaga tidak akan berarti banyak untuk kami mengetahui kecerobohan yang kalian perbuat."

"Tunggu, Sir, Mr. Escara, bagaimana kalau kita menyelesaikan masalah sederhana ini dengan berbicara dengan kepala dingin?"

"Tidak," Ares menggeleng. "You made my friend here scared to death and hurt her ankle. Kami baru saja selesai berolahraga menggunakan ruang fitnes Crimson High. Hal berikutnya yang kami ketahui adalah lampu dimatikan tiba-tiba."

"We don't think anyone is using the stadium yet alone the fitness area."

"Bukannya menjadi tugas kalian untuk memeriksa setiap ruangan kalau begitu?" tanya Ares kepada penjaga itu. "Hanya karena seluruh anggota dan staf Crimson High mogok, bukan berarti fasilitas kami terbengkalai dan tidak digunakan. It's your duties to check the premises."

"Be-Betul," kata penjaga itu dan temannya mengangguk. "Betul sekali. Kami yang salah. Kami akan memeriksa setiap ruangan sekarang dan berhati-hati. Bagaimana kalau Anda, Sir, beristirahat dan kembali ke asrama—dan mungkin besok melupakan semua ini?"

"Saya tidak akan melupakan ini dengan mudah," kata Ares. "Teman saya bisa mengalami hal yang lebih parah dari sekedar cedera kaki."

"But she looks... fine?" tanya penjaga itu dengan panik.

"She doesn't look fine and she's not fine."

"Maaf, sungguh kami minta maaf," kedua penjaga itu bergantian meminta maaf kepada Ares sekarang. Norah yang berada di gendongan pria itu berbisik, "Ares, apa kamu benar-benar marah?"

Ares mengangguk sebagai jawaban kepada Norah. "But, why?" tanya Norah.

"Because they are reckless, Norah. You could've hurt yourself even more and if I didn't come to get you, you'll be alone in the dark. Being alone in the dark is one hell of a torture. Nobody should ever experience that, Norah. Do you hear me?"

Norah mendengar setiap kata-kata Ares dan sekarang ia mengubur wajahnya di punggung pria itu. Ares menyadari kalau Norah sekarang tengah menangis dan air matanya membasahi kaus yang ia kenakan. "Maaf kausku sangat basah karena keringat, Norah," kata Ares dan ia membiarkan Norah untuk terus mengubur dirinya dibelakang punggung untuk menangis.

Shall We Dance? | CAMPUS #03Where stories live. Discover now