BAB SEMBILAN

957 241 7
                                    

Ketika Norah kembali dengan cardboard takeaway untuk pizanya, ia melihat Ares yang kembali membaca buku matematikanya. Norah mendekat dan memasukkan pizanya ke dalam carboard untuk ia bawa pulang. Selama ia melakukan itu, Ares Escara sama sekali tidak mendongak dan terlalu serius membaca bukunya.

Entah kenapa tangan Norah tergelitik untuk mengambil kamera Fujifilm X100VI yang ia beli dengan mengumpulkan uang dari kerja paruh waktu di dalam tasnya dan mengarahkan lensanya kepada pria yang sibuk membaca itu.

Klik!

Kali ini Ares Escara mendongak dan mengerutkan dahinya, "Excuse me?" tanya pria itu.

Lalu Norah tersenyum melihat foto pertama Ares Escara yang diambil olehnya. Rambut pria itu sangat panjang, tubuhnya sangat kurus, dan pakaiannya terlihat kebesaran. Pria itu terlihat sangat serius membaca buku matematika yang tidak mungkin dimengerti oleh banyak orang dan piring kosong yang tadinya berisi piza, terletak di hadapannya, menjadi bukti kalau seorang Ares Escara bisa memakan makanannya.

"Here," kata Norah kepada Ares menunjukkan hasil fotonya.

"Kamu mengambil fotoku. Ta-tanpa seizinku," kata Ares kepada Norah.

Norah mengangguk, "Yes, my first picture of you."

Ares berdiri dan mengambil tasnya, lalu memasukkan bukunya dengan cepat, ia terlihat marah ketika berkata, "Aku tidak mengizinkanmu."

"I need a glow up before and after picture. Get used to me taking pictures of you."

"Aku tidak mengizinkanmu!" kata pria itu yang setengah berteriak mengejutkan banyak orang di restoran Alfredo's yang mendengar percakapan mereka.

Ares berjalan keluar dengan cepat dari restoran Alfredo's dan Norah untuk sesaat terdiam ditempatnya dengan bingung. Apa yang membuat pria itu sangat marah? Pikirnya. Norah mengambil pizanya yang sekarang sudah berada dalam carboard takeaway dan berjalan keluar. Ia dapat merasakan tatapan beberapa pengunjung restoran menatapnya karena Ares Escara baru saja berteriak marah kepadanya.

Norah memasukkan kembali kameranya ke dalam tas dan berbalik ke arah pintu keluar. Ketika ia mendorong pintu dan melangkah kembali ke taman kampus, ia melihat pria itu setengah berlari ke salah satu pohon rindang.

"Ares!" teriak Norah memanggil pria itu, tapi ia sama sekali tidak mendengarnya.

Norah berlari dan berhenti tepat di belakang pria itu yang sekarang memegang batang pohon dengan salah satu tangannya, sementara tangannya yang lain terlihat terarah ke mulut pria itu. Norah terdiam di tempatnya ketika ia dapat melihat jelas apa yang Ares lakukan selanjutnya. Pria itu menusukkan kedua jarinya ke dalam mulut dan memuntahkan isi perutnya ke rerumputan di depan pohon rindang itu.

"Ares...." bisik Norah dan untuk kali pertama ia baru menyadari betapa serius apa yang sedang dialami pria itu. "Maafkan aku...." Norah berbisik kembali. Hanya dua kata itu yang dapat ia katakan. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan sekarang melihat pria itu. Norah menunggu dan ketika Ares akhirnya berbalik ke arahnya, pria itu menatapnya dengan mata biru yang kosong.

"Puas?"

"Aku tidak bermaksud untuk—"

"Puas?" tanya pria itu lagi.

"I don't know this will happen—"

"How stupid can you be?" tanya Ares yang sekarang berjalan melewati Norah untuk menjauh dari wanita itu. Norah mengejar pria itu dan berkata, "Aku tidak tahu, oke? Stop, can we talk? Can we talk just for a second."

"Hidupku baik-baik saja, Miss Imogen, sampai kamu datang tiba-tiba dan berpikir harus mengubahku. I'm fine being a third string quarterback. I'm also fine being bullimic. I'm fine with my feelings not being reciprocated by the woman I loved as well. I'm okay being this lame guy. Kenapa kamu harus membangunkan sisi buruk diriku?"

"I'm so sorry if I triggered you, Ares."

"This will not work, okay...."

"Kamu belum memberikanku kesempatan, Ares."

"Kamu melihatnya tadi, bukan?" tanya Ares dengan amarahnya yang memuncak. "Kamu melihat sisi terburukku tadi, bukan? You saw me purgeis that not enough?"

"Aku melihatnya, Ares, sekarang kita coba untuk—" kata Norah yang mencoba menahan Ares untuk tidak pergi darinya. Ia harus menjelaskan kepada pria itu dan membuatnya mengerti, tapi Ares sepertinya tidak ingin mendengarkan sama sekali. Norah baru saja akan menahan Ares berjalan lebih jauh ketika tidak sengaja tubuh mereka bertabrakkan dan Ares menjatuhkan cardboard takeaway berisi piza yang dipegang Norah.

"Get that fucking pizza away from me," kata Ares.

Norah melihat piza itu yang terbalik dan sekarang jatuh ke rerumputan membuatnya kotor. "That's my pizza."

"I don't want to see them ever again."

"That's my pizza," gumam Norah yang melihat makanannya yang terjatuh.

"Aku tidak peduli—"

Norah mendongak dan menatap pria itu, "That's my pizza, Ares."

"Pergilah—"

"My pizza," kata Norah yang sekarang tidak dapat lagi menahan amarahnya sendiri. "Apa kamu pikir hanya dirimu di dunia ini yang memiliki masalah? Apa kamu pikir kamu satu-satunya yang sakit? Apa kamu pikir dirimu yang paling menderita? You are born with a fucking golden spoon Ares Escara! You are spoiled from the day you were born. You are over privileged with wealth and power. Kamu mempunyai masalah dengan dirimu? Fine, let's address that. Let's try to fix that together. But fucking have empathy. Lihat orang-orang disekitarmu. Pizaku jatuh karenamu! Aku ingin kamu membelikanku piza Alfredo's lagi!"

Shall We Dance? | CAMPUS #03Where stories live. Discover now