OMG-13

115K 5.7K 66
                                    

Zoya akhir-akhir ini sudah tidak mengganggu hubungan Ren dan Vlow lagi. Bahkan Vlow sudah tinggal kembali di apartemen Ren.
Ren berpikir bahwa Zoya sudah menyetujui hubungan mereka.

Ren juga merasa aneh dengan Vlow. Vlow yang banyak berubah mulai dari sikap dan sifat, manja, dan juga agresif. Ya, meskipun Ren dengan senang hati melakukan semua kemauan dan permintaan Vlow.

Seperti saat ini, Vlow sedang merajuk karena ingin makan ice cream. Bukannya Ren tidak mau menemaninya, tapi saat ini dia sedang rapat penting. Dan Vlow sebagai sekretarisnya sedari tadi hanya cemberut. 

Ren menghela napasnya pelan, beberapa menit lagi rapat selesai dan Vlow sama sekali tidak mau melihat kearahnya. Hal itu membuat titik fokus Ren menghilang terus.

Selesai rapat, Vlow langsung keluar dengan menghentak-hentakkan kakinya. Ren tahu kalau Vlow pasti menangis. Vlow memang berubah sangat sensitif. Tidak di turuti, ya ujung-ujungnya menangis.

Ren mengikuti langkah Vlow. Dan selalu begini. Vlow selalu lari ke toilet dan Ren terpaksa juga ikut ke toilet wanita untuk menenangkan Vlow.

Untung saja toilet itu khusus, kalau tidak, Ren sudah mendapatkan tatapan membunuh dari para wanita-wanita di kantornya.

Ren mendekati Vlow dan memegang bahu gadis itu, tapi Vlow menepis tangannya.

"Vlow, jangan nangis lagi, ya. Kita beli es krim sekarang." Bujuk Ren dengan lembut. Vlow menggeleng lalu membalikkan tubuhnya.
Ren menarik Vlow ke dalam pelukannya.

"Kamu kenapa? Akhir-akhir ini sensitif sekali." Kata Ren sembari mengelus dan mengecup puncak kepalanya. Vlow menggeleng pelan.

"Sudah hampir jam makan siang, tidak ingin makan es krim?" Vlow menggeleng lagi.

"Tapi katanya tadi ingin es krim?"

"Tidak jadi," jawab Vlow sembari membalas pelukan Ren.

"Yakin?" tanya Ren lagi.

Vlow menghentakkan kakinya.

"Ya sudah, ayo..." rengeknya manja. Ren bergeming membuat Vlow menghela napas jengahnya.

"Ahh, sudahlah. Tidak jadi! Lepas!" desis Vlow sambil mendorong Ren hingga pelukan mereka lepas. Lalu Vlow berjongkok memegangi perutnya.

Ren ikut berjongkok di hadapan Vlow.
"Vlow, kamu tidak apa-apa, hmm?" tidak ada jawaban. Vlow hanya meringis dan menekan perutnya.

"Vlow, Sayang, apanya yang sakit? Kita ke rumah sakit, ya?" Vlow menggeleng kuat.

"Tinggalkan aku sendiri, kumohon..." pinta Vlow, dia menangis lagi. Ren menggeleng kuat. Tidak mungkin dia meninggalkan Vlow dalam kondisi kesakitan seperti ini.

"Wajahmu pucat, Vlow. Kita ke dokter, ya..." bujuknya dan lagi-lagi Vlow hanya menggeleng.

"Tapi aku takut terjadi sesuatu padamu, Vlow..." erang Ren panik.

"Kubilang tinggalkan aku sendiri! Kumohon, Ren. Ini cuman sebentar." Vlow menatap Ren memohon, Ren pun keluar dan menunggu Vlow di luar.

Lama.

Sudah hampir sejam Vlow di dalam. Tapi tidak ada tanda-tanda gadis itu akan keluar. Tanpa pikir panjang, Ren masuk ke dalam dan matanya terbelalak kaget dan melotot melihat Vlow yang terkulai lemas bersandar di dinding sambil memegangi perutnya.

Ren menghampirinya dan berjongkok di depannya. Ren semakin panik saat melihat darah mulai berserakan di sekitar Vlow.

"Ren ... ahh ... sakit...." ringis Vlow kesakitan dan Ren langsung meraih tubuh Vlow ke dalam gendongannya. Ren juga menutupi darah yang memenuhi rok kerja hingga betis Vlow dengan menggunakan jasnya.

OH MY GIRLWhere stories live. Discover now