OMG-18

123K 5.5K 31
                                    

Renhard Romero Charlos

Tidak ada lelahnya mulut ini mengucap syukur.
Dia kembali. Dan sebentar lagi dia akan menjadi istriku. Sudah sebulan berlalu, kami sekarang sudah tinggal di New York.

Tapi aku belum menikahi Vlow karena banyak hal yang harus kuurus dulu.

Vlow juga setuju, jadi pernikahan kami di undur menjadi dua bulan lagi.

Aku masih sibuk mengurus kantor pusat di sini yang sekarang aku yang memegang menggantikan ayah.

Sementara perusahaan yang di Indonesia ayah yang mengambil alih.

Aku kadang tertawa sendiri mendengar Vlow yang sekarang berubah menjadi cerewet.

Vlow selalu marah kalau aku terlambat makan, hal positif. Dan juga karena tubuhku yang belum kembali seperti dulu.

Aku harus membagi waktuku untuk menyempatkan diri untuk olahraga.

Aku tidak keberatan di paksa makan banyak oleh Vlow. Asal dia senang aku juga senang.

Karena kebahagiaanku adalah Vlow dan juga jagoan kecilku; Agel.

Vlow sudah seperti asupan oksigen yang kubutuhkan untuk bernapas setiap hari.

Aku memasuki rumah yang tidak terlalu besar tapi sangat mewah dan nyaman ini dengan senyum yang mengembang.

Melihat dia yang sedang bersenandung kecil sambil menimang jagoan kami.

Aku meletakkan tas kerjaku di meja lalu menghampiri dia. Vlow.

Aku mengecup dahinya dan dia tersenyum manis padaku.

"Merindukanmu." Rengekku manja dan Vlow meletakkan Agel ke dalam boks bayi lalu memelukku.

"Kenapa lama sekali tubuhmu ini berkembang?" Nah, mulailah Vlow mengoceh lagi tentang tubuhku yang masih sedikit berisi.

"Sabar, Sayang. Semua butuh proses." Aku mengecup puncak kepalanya.

"Itu yang kamu bilang tiap hari. Aku juga tahu semua butuh proses!" Ucapnya tidak mau mengalah.

Aku terkekeh lalu melepas pelukanku.

Kubingkai wajahnya dengan ke dua tanganku. Lalu kukecup bibirnya yang berwarna merah muda alami dengan penuh perasaan. Dia membalasnya.

"Wajahmu selalu merona setiap aku cium." Godaku yang membuat wajahnya merah seperti kepiting rebus.

Vlow mencubit perutku dan bergumam tidak jelas.

"Padahal tiap ada kesempatan, aku selalu menciumu." Godaku lagi.

"Ren, berhenti menggodaku!" Ucapnya penuh peringatan.

"Sekarang mandi sana. Kalau belum mandi jangan harap bisa menggendong anakku!" Vlow menatapku tajam.

"Anak kita, Sayang." Aku menariknya lagi dan mencium Vlow yang sudah menjadi canduku. Kami berciuman lama sampai kami berdua kehabisan oksigen.

Vlow melepaskan ciuman kami dan mengipas wajahnya dengan tangannya.

"Aku mandi dulu." Ucapku dan menggigit bibir bawahnya lalu berlari menuju kamar.

Masih kudengar suaranya yang menggerutu kesal.

★•••★

"Ren..." Suara lembut nan merdu masuk ketelingaku dan memecahkan keheningan di antara kami yang sedang duduk berpelukan di balkon kamar kami.

"Hmm..."

Vlow menggeleng lalu mendongak menatapku. Mata kami bertemu.

Aku mengeratkan pelukanku di pinggangnya dan Vlow bersandar di dadaku. Mengelus dan membuat pola melingkar kecil di dada telanjangku.

OH MY GIRLWhere stories live. Discover now