Chapter 10 - Pergi

955 41 0
                                    

"Apa kau tidur di sini, Putraku?"


Charly dengan susah payah mengumpulkan kesadarannya. Matanya mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya ia mengangkat wajahnya dan melihat pria tua yang tak lain adalah ayahnya itu berdiri di depan meja menatapnya heran.

"Hm..mh.. Sepertinya saya ketiduran, Ayah."

Ayah Charly kemudian menatap Ricky di kasur lantai yang berada tidak jauh dari mereka. "Aku akan mengirimnya pulang dengan Kapal Pasar. Ibumu juga sepertinya setuju denganku."

"Apa ayah sudah membicarakan ini dengannya?" Wajah Charly mengedik menunjuk Ricky.

"Tentu saja. Bocah itu sangat gembira mendengar dia akan segera kembali."

"Tapi, bagaimana jika dia membocorkan keberadaan kita pada orang lain? Dia tahu 'kan bahwa kita semua hyoun?" Suara Charly lebih pelan ketika menyebut 'Hyoun'.

"Saat aku menolongnya tubuhku tetap seperti ini. Aku tidak berubah. Aku juga tidak menceritakan itu padanya. Ia sama sekali tidak tahu tentang hyoun. Mungkin lebih baik seperti itu. Aku hanya bilang padanya untuk jangan memberitahu orang lain bahwa aku sudah menolongnya. Anggaplah keajaiban."

Charly masih tidak mengerti dengan jalan pikiran ayahnya. Tetap saja Ricky mungkin akan menceritakannya. Jika tidak, bagaimana kemudian ia akan menjawab pertanyaan: Bagaimana bisa kau menghilang? (didasari oleh laporan teman-temannya) Lalu mungkin ia akan menjawab aku tersesat di hutan. Dan muncul lagi pertanyaan: Apa kau bertemu dengan hyena? (didasari oleh laporan kepolisian) Lalu mungkin ia akan menjawab 'ya' (tentunya). Setelah itu akan muncul lagi pertanyaan: Bagaimana kau bisa selamat setelah tersesat di hutan dan bertemu hyena? (logika dari pernyataan yang mungkin Ricky jawab sebelumnya) Saat itulah Charly tidak yakin Ricky akan bisa berbohong dengan mudah. Dan bagaimana juga jawabannya tentang kepulangannya dengan kapal pasar? Apa ia akan menjawab bertemu dengan kapal yang kebetulan mampir ke pulau itu?

"Ahh... Sial!" batin Charly.

"Aku juga akan mengirimmu ke sana untuk mengawasinya. Sekaligus melaksanakan tugasmu lagi mencari putri Gerard."

Cssss... Jantung Charly mencelos. Ia tidak punya kata untuk diucapkan detik itu.

"Jadi bersiaplah. Kau akan tinggal di rumah pamanmu lagi. Berikan saja surat ini. Ia pasti mengerti, dan kau pasti boleh menginap di rumahnya lagi." Ayah Charly memberikan sepucuk surat beramplop coklat.

Charly menerima surat itu dan mengangguk berusaha tidak membuat curiga ayahnya, karena sebenarnya setelah ini ia akan jadi anak durhaka selamanya.

***

Charly pamit pada kedua orang tuanya. Ia menyalami ayah dan ibunya dengan wajah datar. Adiknya juga tidak ketinggalan. Ia mencium pipi Elena yang tampak tidak rela melepas kepergian Charly. Jari-jari lentik Elena tidak mau lepas dari jaket musim dingin Charly. Ia menggenggamnya erat.

"Kau akan baik-baik saja 'kan, Bodoh?" tanya Elena yang tanpa sadar sudah membasahi pipinya dengan air mata.

"Tentu saja, Adikku Tersayang... Jangan menangis seperti itu. Aku pasti akan bersenang-senang di sana." Satu senyuman tulus terlukis di wajah Charly. Ia mengacak rambut adiknya pelan.

The Protecting Blood Where stories live. Discover now