Chapter 17 - Penglihatan (4)

523 28 0
                                    

Selamat Membaca! :D

***

"Tunggu, Kakak!" Dever mencegah ayah Charly berlalu meninggalkannya.

"Pergi! Aku tidak butuh nasehatmu!" Ayah Charly menghentakkan tangan Dever dan berjalan meninggalkannya. "Dan jangan panggil aku Kakak! Karena mulai detik ini kau bukan lagi adikku! Ingat itu!"

Kali ini wajah Dever berubah putus asa. Ia berdiri dengan lesu menatapku. Ia lalu berkata, "Bagaimana denganmu, Charly? Apa kau juga akan menganggapku bukan pamanmu?"

Aku menggeleng. "Aku hanya tidak mengerti apa yang kalian bicarakan." Lalu tanpa pikir panjang aku meninggalkan Dever yang ternyata adalah paman Charly itu.

Waktu kembali berjalan secepat kilat. Tiba-tiba saja aku berada di sebuah ruangan yang semua bagiannya terbuat dari kayu. Mulai dari lantai, dinding, dan atapnya. Tapi aku tidak yakin dengan pendapatku yang terakhir. Sepertinya yang di atas itu bukanlah kayu, melainkan lempengan kuningan yang hampir menyerupai kayu. Itu jelas tidak lazim. Rumah mana yang memakai kuningan sebagai atapnya, ha?

Kutemukan diriku sedang berdiri di depan tubuh Dad yang terbaring sangat lemah di atas dipan yang hanya beralas kain. Ia begitu pucat. Matanya sayu dan bibirnya berwarna abu-abu muda. Perut Dad terbebat kain putih yang di salah satu titiknya-cukup besar sebenarnya-berwarna merah kehitaman.

Ya Tuhan, Dad! Kau benar-benar tertembak!

Aku menangis dalam hati. Hanya itu yang bisa kulakukan. Aku menatapnya sedih. Terlebih saat ayah Charly mendekati Dad. Di wajahnya ada air mata yang menitik.

Dad menggerakkan bibirnya. "Dever sudah menceritakannya padaku sebelum bicara padamu-"

"Dasar brengsek kau, Dever!" Ayah Charly bangkit dan meraih leher Dever yang berdiri tepat di belakangnya. Ia diliputi amarah yang berkobar.

"Tunggu, Gordon! Jangan menyalahkannya!" Dad mencegah. Ayah Charly menoleh padanya.

Dad, bisakah kau diam saja? Lukamu butuh penyembuhan. Kau harus istirahat!

"Aku tidak yakin bisa bertahan dengan lukaku ini, Gordon. Mungkin hanya beberapa jam lagi. Meskipun Matt sudah melakukan apa yang kuperintahkan untuk merawat lukaku ini, tapi tanpa obat-obatan yang cukup aku takkan bisa-"

"Tidak! Kau seorang dokter, Gerard. Kenapa kau berkata seperti itu?!"

Dad tidak menjawab. Ia memejamkan mata. Aku dalam hati panik. Apakah dalam kondisi seperti ini Dad meninggalkanku waktu dulu?

"Aku akan membawamu pulang. Aku akan mengantarmu ke rumah sakit, Gerard. Bertahanlah!"

Dad mengangkat satu tangannya. Matanya masih terpejam, tapi wajahnya mengarah pada kami berenam yang berdiri menatapnya iba. "Kau butuh 30 jam untuk membawaku sampai di rumah sakit terdekat. Aku akan mati di jalan menuju ke sana. Kau hanya akan melihatku mati tidak berguna, Gordon. Aku bersedia melibatkan diri dalam perjanjian itu."

Apa?! Dad! Apa maksudmu?! Jangan!

"Kumohon padamu, Gordon. Kali ini saja." Dad tersenyum getir. Ia lalu meringis memegangi perutnya yang tertembus peluru itu.

The Protecting Blood Where stories live. Discover now