Last Chapter - Pernikahan

927 28 0
                                    

Note: nggak janji kalian bakal puas sama endingnya. Maaf kalo ini terkesan maksa hehe. Aku takut ceritaku nggak rampung karena ketabrak berbagai aktivitas yang bikin aku males nulis *sokbanget 😂 jadi gini deh. Voila! TPB rampung! 😇😇

Sekali lagi maafkan aku ya kalo endingnya nggak sebagus yg kalian harapkan. Maaf bgt 🙇🙏 Tapi sekedar bocoran aja. Ini happy ending kok.

Ah, kebanyakan ngomong ya aku?
Yaudah deh. Ini dia.......... The Protecting Blood chapter terakhir.

***

Pagi yang cerah seolah merengek padaku untukku bangun lebih awal. Setelah membersihkan diri dan menenggak segelas air putih, aku melangkah ke kamar sekaligus membukakan pintu untuk siapa saja di luar yang menekan bel rumahku. Aku segera membuka pintu tanpa mengintip terlebih dulu siapa di baliknya. Dan ternyata yang di sana adalah Stefan dan Maureen.

"Apa kami baru saja membangunkanmu, Nona Pirang?" tanya Stefan dengan senyuman setengah mengejek. Di sampingnya Maureen tersenyum menahan tawa. Ia menggelayut di lengan Stefan seperti biasa.

"Tentu saja." Aku tertawa dan mereka mengikutiku.

Aku menyilakan mereka masuk dan segera mengeluarkan kelakar khas di antara kami. Kebetulan sekali mereka datang karena hari ini memang hari liburku bekerja. Ya, dengan pekerjaan yang berbeda dari sebelumnya. Sekarang aku menjadi barista di kedai kopi yang tidak jauh dari rumah.

"Ada apa datang pagi-pagi begini? Biasanya kalian mengabariku dulu jika mau datang?"

"Benar, Jun. Ada hal penting yang ingin kami sampaikan. Dan ini harus secara langsung," terang Stefan masih dengan sisa senyuman yang sepertinya tidak berniat dihapusnya.

Di saat bersamaan Maureen merogoh tas tangannya dan mengeluarkan selembar kertas yang ternyata undangan. "Kami akan menikah bulan depan, Jun!"

"Ya ampun, sungguh?" tanyaku memastikan mereka tidak sedang mengerjaiku.

"Sungguh, Jun!" sahut mereka hampir bersamaan.

Tanpa sadar aku menitikkan air mata haru selagi menatap kedua sahabatku itu. "Selamat Maureen, Stefan. Akhirnya kalian benar-benar menuju ke sana. Aku tidak tahu lagi harus berkata apa, aku sangat gembira mengetahuinya." Aku berlanjut memeluk mereka.

Tidak ada yang lebih menyenangkan dari pada melihat sepasang insan manusia yang sedang jatuh cinta dan akan bersatu dalam ikatan suci pernikahan, terlebih mereka adalah sahabat-sahabatku. Mana mungkin aku tidak gembira mendengar ini?

***

Sejak pagi bahkan sebelum matahari memunculkan sinarnya, aku sudah sibuk mencari gaun yang tepat untuk kukenakan di acara pernikahan Maureen dan Stefan. Ya, aku memang sedikit buta soal gaya berpakaian yang menarik. Apalagi masalah gaun pesta dan semacamnya. Aku tidak pernah hadir dalam acara pesta resmi kecuali prom night semasa SMA. Selama ini aku hanya memakai apa yang menurutku nyaman. Tidak peduli dengan orang lain yang mungkin mencibirku. Tapi sumpah apa aku juga harus begitu di acara sepenting ini? Di acara pernikahan sahabatku? Tidak, aku hanya akan membuat mereka malu nantinya.

Ada tiga baju yang akhirnya ternobat menjadi kandidat 'yang akan kupakai siang ini'. Satu berwarna putih panjang yang bagian punggungnya terbuka sampai di atas pinggang.

The Protecting Blood Where stories live. Discover now